Chereads / dulcis mendacium / Chapter 2 - - his girl -

Chapter 2 - - his girl -

Choose your choice, give it all for yourself, and don't let dark side to attack you, because you deserve to be happy. Don't let grief deprive you of yours.

****

Pagi ini, kami masih harus kembali ke kantor, karena ini belum hari libur, "Ada jadwal apa untuk hari ini?" Tanya Taehyung sesaat setelah dia duduk di meja makan, dengan pakaian kantor yang sudah lengkap.

aku memang selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk kami berdua, walaupun hanya roti yang diolesi oleh selai dan susu hangat, tetap saja itu penting untuk mengisi tenaga di pagi hari, walaupun aku juga menyediakan pisang.

Aku menatap Taehyung sekilas dan kembali fokus menuang susu kedalam gelas, "Hanya meeting dengan perusahaan Park, mereka ingin melihat pengajuan kerja sama yang kita kirim di bidang elektronik minggu kemarin." Ucapku sesaat setelah selesai menuangkan susu dan beralih memotong pinggiran roti, yang kemudian ku olesi dengan banyak selai stroberi, dan memberikannya kepada Taehyung.

Taehyung tidak suka pinggiran roti, katanya keras. Padahal itu tidak keras, dia saja yang manja dan banyak mau, merepotkan.

Untuk pengajuan di bidang elektronik, sebenarnya itu bukan bidang perusahaan Taehyung, tetapi itu bidang perusahaan milik Park, perusahaan Taehyung sebenarnya menjalankan bidang otomotif, dan jika dilihat dari segi keunggulan, T'Vante company lebih unggul dari perusahaan Park, meskipun keduanya sama sama terkenal di Korea Selatan, hanya saja Taehyung ingin mencoba hal yang baru katanya.

Taehyung mengunyah roti selai itu dengan mulut yang sangat menggemaskan, "Oh, baiklah, pukul berapa? Aku harus mencari gadis itu lagi. Ah dia benar benar sangat menguras banyak waktu dan tenagaku, kalau bukan karena aku mencintainya, aku tidak akan mau membuang buang banyak waktu hanya untuk melakukan hal ini selama bertahun tahun." Ucapnya dan kembali menggigit roti isi selai stroberi itu.

Pria ini, bukankah dia memiliki pemikiran yang sangat acak?

Aku mengernyit tidak suka, dan menatap tajam Taehyung, walaupun hanya dua detik, karena dia sedang fokus menatap roti miliknya dengan tatapan yang terlihat seperti tidak pernah melihat makanan itu sebelumnya, padahal setiap pagi dia selalu mengkonsumsi makanan itu, dan dia juga tidak menyadari kalau aku menatapnya dengan beringas. 

Aku akhirnya berdecak kesal karena ucapannya yang tidak disaring terlebih dahulu itu, "Jika kau mencintainya, kau tidak akan mengeluh seperti ini. Jika kau siap mencintai, bukankah kau juga harus siap berjuang dan sakit hati? Jika kau tidak ingin mengambil resiko, maka jangan pernah mencoba untuk jatuh cinta, Tae. Kata cinta tidak sebercanda itu untuk dilontarkan. Hanya dengan kata "cinta" orang lain bisa saja mati,"

Aku menghela nafas ku dengan berat, menatap Taehyung dengan tatapan yang datar, dan kembali berkata, "Rapat pukul 10 pagi, jangan datang terlambat. Aku pergi sendiri hari ini." Aku kemudian meraih segelas susu milikku.

Aku merasa malas jika Taehyung sudah mengatakan hal yang tidak masuk akal. Daripada semakin panjang dan tak ada ujungnya lagi, sebaiknya aku pergi saja, aku hanya akan mendapatkan lelah jika mendengarkan pria gila modelan seperti Taehyung. Aku bahkan sampai tidak menyentuh roti coklat yang sudah aku buat,

Padahal, aku hampir menyuapkan roti itu, tapi ucapan Taehyung membuatku menjadi tidak berselera untuk makan.

"Kenapa kau buru buru sekali? Kantor kan masuk masih lama." Ucap Taehyung melihat arloji mahal yang melingkar ditangannya, dan beralih mengambil buah pisang.

Dia memang suka makan pisang jika pagi hari, agar tidak cepat lapar katanya. 

"aku sebenarnya tidak terlalu menyukai buah ini. Tapi, apa boleh buat? Ini membuatku kenyang lebih lama. Jadi, mau tak mau aku akan memakannya." Alibinya.

Padahal, tinggal bilang saja, kalau dia memang menyukai buah pisang. Dia saja yang gengsi, padahal jelas jelas dia memiliki sifat seperti monyet afrika yang lepas.

Berbeda denganku, disini hanya Taehyung yang memakan buah itu, aku tidak terlalu menyukai buah pisang. Entahlah, aku hanya tidak terlalu menyukainya saja, bukan berarti tidak mau memakan buah berkulit kuning itu, tapi terkadang jika ingin memakan buah itu, aku harus mengolahnya terlebih dahulu, dan aku tipe orang yang tidak ingin repot, jadi aku memakan buah itu jika sedang berselera untuk mengolahnya saja.

Aku mendelik kesal atas ucapan Taehyung, "Suka suka aku lah! memangnya kau siapa mengatur aku mau masuk kantor jam berapa?!" Jawabku keras.

Taehyung sedikit terkejut, aku bisa melihat matanya yang membulat sesaat, tetapi dia langsung mengubah raut wajah terkejut itu, "Kau pasti ingin menemui pria terkasihmu itu, kan? Hey! Ajak aku sesekali untuk bertemu dengannya, aku ingin melihat, siapa yang lebih tampan di antara aku dan dia. Walaupun aku tahu, kalau tetap saja aku yang paling tampan. Hey, Laura! Apa kau mendengarku? Jawab aku jika aku sedang bertanya! Aku ini atasanmu tahu!" Taehyung berteriak, padahal aku ada di meja makan yang sama dengannya. 

Aku mendelik tajam ke arah Taehyung, mengerang kesal dalam hati dan melemparkan tatapan permusuhan kepada Taehyung, sambil meminum segelas susu hangat yang sudah kubuat tadi.

Jika sedang tidak berselera untuk sarapan ataupun makan, aku setidaknya minum susu saja, itu lebih baik karena dapat menggantikan tugas roti atau makanan lainnya, walaupun hanya beberapa saat, tapi itu lebih baik, daripada aku harus pingsan nantinya, itu kan tidak lucu.

Dan untuk Taehyung, Taehyung itu memang pria yang menganggap hanya dirinya saja ya yang tampan? Cih, kepercayaan dirinya sangat tinggi, aku sampai ingin muntah.

Aku kembali menatap Taehyung dengan tatapan yang jengah, "Tidak sekarang, atau kapanpun. Jika kau ingin, kau harus menunggu dengan waktu yang lama, itupun karena aku tidak pernah berniat untuk memberitahukannya kepadamu." Ucapku sesaat setelah menghabiskan susu, kembali berjalan meninggalkan meja makan, mengambil tas milikku dari ruang tengah.

Taehyung masih memperhatikan setiap pergerakan yang aku lakukan sambil menggigit satu buah pisang yang sudah dia kupas.

Aku menutup pintu apartemen dengan sangat keras, hingga dentumannya bisa terdengar hingga ke kamar tetanggaku, kurasa.

Aku tahu pria Kim itu pasti terkejut, karena aku benar benar menutup pintu itu penuh dengan emosi.

Bayangkan saja dia terkejut dengan wajah melongo sambil memegang buah pisang, pasti benar benar sangat mirip dengan seekor monyet.

Sesaat setelah aku membanting pintu apartemen, aku meringis dan merasa menyesal juga. Aku berharap agar pigura mahal koleksi Taehyung yang ditempelkan di dinding tidak ada yang jatuh dan hancur berkeping-keping, karena harga satu figuranya hampir setara dengan harga satu mobil hasil produksi perusahaan miliknya.

Terkadang, aku bingung dengan Taehyung, Tiga pigura miliknya apabila disatukan dan dijual, maka bisa mendapatkan hasil yang setara dengan harga dua ginjal dan satu jantung manusia. Tapi, kenapa dia tidak membeli rumah saja ya?

Kenapa dia justru memilih apartemen sebagai tempat dia berlindung?

Ah! Bukankah sudah kubilang, pria Kim ini benar benar aneh. Antara aneh dan stress, kau bisa menyimpulkan hal itu sendiri.

*****

Seseorang tiba tiba menepuk pundakku saat aku baru sampai di kantor, membuatku sedikit menegang karena ulahnya, "Hey, Laura! Selamat pagi, kenapa kau tidak datang dengan tuan Taehyung?" Dia adalah Adelina, dia adalah teman satu kantorku, yang paling sering mengajakku berbicara maupun makan bersama, sejak aku pertama kali bekerja di kantor ini.

Adelina adalah gadis yang berparas cantik dan bertubuh tinggi, memiliki rambut panjang sepinggang yang berwarna coklat alami, karena dia merupakan campuran antara Korea dan Eropa.

Matanya berwarna coklat terang seperti madu, dan kulitnya sangat putih dan bersih dengan bulu mata yang lentik alami.

Bisa bayangkan secantik apa Adelina?

Aku memutar bola mataku jengah dengan topik yang sedang dibicarakan, pasti selalu saja Taehyung, "Aku malas dengannya." Ucapku singkat sambil mendudukkan tubuhku.

Gadis itu membulatkan matanya terkejut dan menutup mulutnya seolah sangat terkejut atas apa yang baru saja kukatakan, "Apa kau gila?! Bagaimana bisa kau bosan dengan pria tampan seperti Kim Taehyung?! Bisa bisanya kau menyia nyiakan kesempatan emas untuk bisa terus bersama tuan Taehyung selama yang kau bisa?! Aku benar benar tidak menyangka dengan jalan pikiranmu, kau sangat aneh!" Ucapnya sangat cepat sambil geleng-geleng kepala.

Aku menghela nafas gusar, "Entahlah," Ucapku sambil mengangkat kedua bahuku, dan bangkit dari tempat duduk itu, berlalu keruangan pria gila yang baru saja dibicarakan oleh Adelina sambil membawa berkas berkas untuk rapat.

Jika saja dia tahu Taehyung itu seperti apa...

*****