*****
Whatever your choice, I hope there is always happiness for you. You really deserve the happiness and love of this world. No one can break you, including yourself.
*****
Aku sedang menunggu Taehyung datang, dan kemudian pergi rapat bersama. Aku adalah sekertaris nya, asal kau tahu itu.
30 menit lagi rapat akan dimulai, dan dia belum datang juga, pria itu benar benar sangat sinting.
Aku mengerutkan keningku dalam, sedikit kesal, tapi masih bisa kutahan agar tidak mengobrak abrik ruangan ini "Kemana pria aneh itu? Apa dia tidak memikirkan perusahaannya sendiri? Bagaimana dia bisa terlambat saat dia sendiri yang mengajukan ajakan kerjasama? Pria itu benar benar sudah gila." Ucapku sambil mengalihkan perhatian dari ponsel ke laptopku.
"Apa pria gila yang sedang kau maksud itu, adalah aku? Nona Laura yang terhormat?" Taehyung tiba tiba datang dan berbicara tepat di telingaku.
Aku terkejut. Sungguh. Sejak kapan pria itu ada disini? Aku tidak mendengar suara pintu dibuka atau ditutup, atau mungkin itu karena aku terlalu fokus bermain ponsel.
Aku kembali mengontrol wajah ku saat Taehyung menyentuh pundakku "Tentu. Memangnya siapa lagi? Hanya kau pria gila yang aku kenal." Ucapku santai, mencoba menutupi rasa terkejutku.
Taehyung berdecak kesal dan dengan cepat melepaskan tangannya dari pundakku "Kau benar benar tidak ada sopan santun nya sama sekali ya kepada atasanmu sendiri!" Taehyung menyentil keras jidatku.
Aku menatap Taehyung dengan ekspresi jengah, sangat malas meladeni pria satu ini lagi "Berhenti. Jangan banyak omong dan ayo cepat berangkat. Rapat akan segera dimulai." Ucapku dan menariknya keluar ruangannya menuju ke ruang rapat.
Sejujurnya, aku menahan sakit di keningku akibat sentilannya, sentilannya tidak main main juga ternyata, dan kuharap tidak akan ada tanda kemerahan di dahi ini nantinya.
*****
Rapat sudah selesai, dan T'Vante company akhirnya berhasil menandatangani kontrak dengan Park company.
Taehyung meregangkan otot tubuhnya setelah berdiri dari kursi rapat, dengan raut yang cukup lelah dia masih menatapku, aku hanya diam dan menunggu dia hingga Ia membuka suara "Baiklah. Rapat sudah selesai. Mari makan siang bersama, aku sudah sangat lapar!" Ucap Taehyung dengan senyum kotaknya sambil mengelus-elus perutnya.
Aku langsung duduk dan tidak menatap kearah Taehyung lagi "Kau saja sana yang makan, aku tidak lapar," Ucapku dan beralih untuk merapikan barang barang meeting milikku.
Taehyung bergumam kesal dengan bibir yang menekuk "Tidak, tidak! Ini semua bisa berhasil karena berkat dirimu. Jadi, kita harus merayakannya dengan makan siang bersama. Cepat masuk mobil, aku tidak terima penolakan ya!" Ucapnya dengan sesuka hati.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Taehyung, dia ini sangat pemaksa, aku jadi sedikit emosi "Aku tidak mau. Apa apaan, kau ini memaksa!" Ucapku dengan menekankan ucapanku.
Aku menatap Taehyung dengan tatapan tajam, kulihat dia sedang menatap keatas, dengan ibu jari dan telunjuk yang di letakkan di dagu, berpose seolah olah dia sedang berpikir "Oh! baiklah kalau begitu, ini adalah perintah! Tidak boleh ada penolakan karena ini adalah perintah dari Bos kepada bawahannya!" Ucapnya dengan senyum tanpa dosa, dan menarik paksa diriku menuju ke parkiran mobil.
Dia benar benar pria gila.
Taehyung benar benar sinting!
*****
Pekerjaan ku sudah selesai, dan aku sudah berada di apartemen ku meminum hot chocolate sambil menonton televisi.
Taehyung entah ada dimana, aku tidak perduli dan tidak ingin tahu juga.
Bunyi "bib" dari tanda pintu apartemen yang terbuka memasuki gendang telingaku, dan setelahnya aku melihat persepsi Kim Taehyung yang sedang melepaskan sepatu dan sebuah topi yang membungkus kepalanya "Apa kau sudah makan malam?" Taehyung baru tiba, entah darimana dan kemudian dia langsung bertanya.
Aku meminum sedikit hot chocolate milikku dan menatap Taehyung sejenak "Menurutmu?" Tanyaku balik dengan acuh dan kembali fokus pada siaran telivisi.
Taehyung berjalan mendahului ku ke ruang tamu, dengan kaus kaki hitam yang masih melekat pada kaki besarnya "Itu artinya kau belum makan. Kemari cepat! Aku membeli beberapa makan cepat saji." Ucapnya sambil berjalan ke arah meja makan dan mengeluarkan semua makanan yang dia beli.
Aku mengambil piring dan peralatan makan lainnya, tidak lupa menyiapkan untuk Taehyung juga, dan kemudian mendudukkan diriku di hadapannya.
Aku menatap Taehyung dan tersenyum sekilas kepadanya "Terimakasih banyak, dan selamat makan,"
Aku meniup makanan milikku "Eits!" Taehyung tiba tiba bangun dan menahan tanganku yang hampir menyuapkan makanan ke dalam mulutku.
Aku terdiam dengan mulut yang masih menganga dan menatap Taehyung dengan raut geram.
Taehyung menatapku dengan wajah tanpa beban "Aku juga mau hot chocolate! Buatkan dulu untukku, baru kau boleh makan setelahnya!" Ucap Taehyung.
Aku menggeram kesal dan menurunkan tanganku yang memegang sendok.
Aku menarik tangan Taehyung yang menahanku tadi, dan menggigitnya dengan cukup kencang karena sangat kesal "Cep--AWW!" Taehyung langsung berteriak.
Aku menjulurkan lidahku mengejeknya, dan berlalu kedapur untuk membuat hot chocolate.
Setelah selesai membuat hot chocolate, akhirnya aku bisa makan dengan tenang, dan sama sekali tidak ada percakapan selama kami makan. Aku tidak berniat untuk membuka percakapan, maka hening yang menyelimuti kami selama kami makan.
Aku sudah selesai makan, sedangkan Taehyung tinggal menyuapkan beberapa sendok lagi, namun diantara kami berdua, tidak ada yang ingin beranjak dari tempat, namun tetap saja hening yang ada di ruang makan ini.
Aku menatap Taehyung yang sedang memegang ponsel "Apa kau sudah menemukan gadismu?" Tanyaku yang akhirnya membuka suara karena merasa tidak nyaman dengan keheningan yang terlalu lama, serta menjadi pengalihan topik.
Taehyung mendongakkan kepalalanya, membalas tatapanku dengan mulut penuh makanan dari suapan terakhirnya, dan meletakkan ponselnya "Tidak, dia sangat sulit ditemukan. Apakah gadis itu pindah planet? Kenapa sangat sulit menemukannya." Ucap Taehyung dan bermonolog juga.
Aku mengerutkan keningku "Apakah kau sudah mencari tahu informasi mengenai gadis itu melalui keluarganya?" Tanyaku lagi.
Taehyung menelan makanan yang ada didalam mulutnya sebelum berucap "Sudah pernah. Satu kali, dan mereka tidak memberikan jawaban yang memuaskan dan malah mengusirku. Cara mereka menyuruh itu, mirip seperti seperti mengusir tikus selokan!" Ucap Taehyung sambil berdecak.
Aku melebarkan sedikit mataku, membayangkan ucapan Taehyung barusan "Kenapa kau tidak mencobanya lagi?" Aku masih penasaran, dan bertanya sambil sedikit terkekeh.
Taehyung mengambil sapu tangan dan mengelap bibirnya yang baru saja selesai meminum air "Percuma, karena aku pasti akan mendapatkan jawaban yang sama. Kurasa aku akan menyerah, perasaan ku perlahan lahan mulai menguap dan menghilang entah kemana. Ini sudah 4 tahun lamanya, aku juga membutuhkan pendamping yang bisa selalu ada disamping ku." Ucap Taehyung.
Aku bingung, sejak kapan Taehyung melupakan gadis itu, aku mencoba berpikir dan bertanya lebih lanjut lagi tentang Taehyung "Lalu? Bagaimana bisa kau melupakan gadis itu? Apa sudah ada gadis lain yang mulai membuat celah dihatimu?" Tanyaku pelan.
Taehyung berpikir lagi, menegadahkan kepalanya, namun kali ini dengan tatapan yang menerawang "Ya, ada. Aku selalu melihatnya setiap hari." Ucapnya.
Apa itu aku?
Tapi mana mungkin.
Kumohon, jangan berikan aku harapan Tae.
Aku bersikap sok tidak berminat untuk mengetahui gadis yang ingin Taehyung maksud "Siapa? Mungkin aku bisa membantumu." Ucapku datar.
Taehyung menundukkan kepalanya, dan kembali mendongak, menatap ke arahku "Adelina, teman makan siangmu." Jawab Taehyung dengan sangat pelan.
Apa itu? Kenapa aku mendengar suara sebuah retakan, tapi darimana asal suara itu?
Oh, iya. Hatiku.
Aku hancur.
Tapi itu lebih baik.
Ya, dia seharusnya tidak mengetahui perasaan ini, walaupun cukup menyakitkan, tapi aku tahu dia pria yang serius.
Aku melayangkan tatapan antusias kepadanya, seakan sangat berminat untuk cerita selanjutnya "Bagaimana kau bisa mencintainya? Kau bahkan sangat jarang berkomunikasi dengannya, bukankah itu cukup aneh?" Tanyaku yang dengan mati matian menahan sesak dan mengontrol wajah sedihku, dengan senyuman yang terlihat senang.
Taehyung bergumam pelan dan melanjutkan "Entahlah, semenjak dia pertama kali masuk keruangan ku saat ingin mengajakmu makan siang, aku terpesona padanya, dan mulai memperhatikannya sejak saat itu, padahal waktu dia pertama kali datang dan melamar di kantor, aku sama sekali tidak tertarik kepadanya, entah kenapa bisa jadi tertarik dan perasaanku mulai meluap secara perlahan, entah kemana." Ucapnya dengan seulas senyum.
Aku harus mulai melangkah mundur dengan perlahan sekarang, Taehyung tidak mencintaiku.
Semesta, tolong bantu aku untuk menghilangkan perasaan ini secara perlahan, kumohon.
Aku hanya mengangguk anggukkan kepalaku pelan "Jadi? Apa ada yang bisa kubantu?" Tanyaku lagi.
Aku terlihat sangat bahagia bukan?
Ya, aku tahu. Aku sangat munafik.
Taehyung diam sesaat, seperti sedang menimang nimang sesuatu "Tidak perlu, aku akan berjuang sendiri." Ucapnya.
Aku menatap kosong kearah pundak Taehyung "Tanpa perlu berjuang pun, kau akan tetap mendapatkannya, dia menyukaimu." Lirihku.
"Benarkah? Baiklah aku akan segera mendekatinya." Ucap Taehyung dengan senyum senang, yang jujur justru membuat hatiku menangis.
Ada aku, Tae.
Aku yang merasa patah.
"Ya benar. Semoga beruntung! baiklah, kalau begitu aku akan kekamarku. Selamat malam, Taehyung." Ucapku dengan wajah yang sangat senang, dan langsung bergegas pergi ke kamar dan menguncinya.
Aku berbaring, dan menenggelamkan wajahku dibalik bantal, memeluknya erat diwajahku, mengeluarkan sesak yang sejak tadi aku tahan di ruang makan, dan pada akhirnya menumpahkan semua tangis ku disana, hingga lelap malam menelanku,merarikku dan membuatku tertidur.
*****