Chereads / dulcis mendacium / Chapter 6 - - his pain -

Chapter 6 - - his pain -

*****

everyone has a dark side, no matter what the background. If you already know that, will you stay by their side? they told about that side, so that you stay by they side, not go and leave wounds. You know, the dark side can turn someone into a very big person. everyone deserves love.

***"

Pagi ini, aku kembali beraktivitas seperti biasanya, pergi ke kantor dan akan kembali ke apartemen saat siang atau malam hari.

"Laura, bisakah kau pulang sendiri hari ini? Sepertinya ada yang harus aku kerjakan." Ucap Taehyung saat kami baru sampai di parkiran mobil di kantor.

"Tentu saja." Ucapku sambil melihat kearahnya.

"Terimakasih." Taehyung mengatakannya dengan suara yang pelan.

"Untuk apa? Itu bukan sesuatu yang berarti. Jika butuh sesuatu kau bisa menghubungi aku. Aku duluan ya!" Ucapku dan keluar dari mobil terlebuh dahulu.

"Laura!" Tidak. Itu bukan Taehyung, itu Adelina.

"Ya?" Tanyaku.

"Kau sedang date ya tadi malam? Wah! Kau berpacaran dengan tuan Taehyung tapi tidak bilang bilang padaku ya! Omong omong, selamat ya!" Ucap Adelina tiba tiba.

"Hah? Aku tidak berpacaran dengannya, jangan mengatakan omong kosong." Ucapku.

"Lalu? Tadi malam kalian ke mall bersama, itu apa maksudnya kalau tidak sedang berpacaran?" Tanya Adelina heran.

"Aku satu apartemen dengan Taehyung, dia menawariku untuk berjalan jalan, dan aku memilih ke mall." Jawabku dengan singkat.

"Apa?! Sejak kapan kau satu apartemen dengan Taehyung?!" Ucap Adelina kaget.

"Dua tahun, Mungkin? Aku lupa." Ucapku.

"Pantas saja kau pulang pergi dengannya, aku kira kalian hanya satu arah, kau benar benar jahat, bisa bisanya kau tidak memberitahu hal ini kepadaku." Ucap Adelina mendramatisir.

"Kau tidak bertanya." Ucapku acuh.

"Adelina!" Seorang pria memanggil nya.

"Oh! Ya? Ada apa?" Tanya Adelina.

"Tuan Taehyung memanggilmu keruangannya." Ucap pria itu.

"Oh? Baiklah, Terimakasih banyak!" Jawab Adelina, dan pria tadi langsung berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Laura, aku pergi dulu ya. Kurasa laporan kemarin ada yang salah, sampai jumpa saat makan siang nanti!" Ucap Laura dan pergi ke ruangan Taehyung.

Apa yang akan Taehyung bicarakan? Mungkinkah dia ingin menyatakan perasaannya kepada Adelina? Tapi apa dia senekat itu? 

Tapi Taehyung kan pria gila, jadi mungkin saja.

Argh! Taehyung sialan, kau membuatku banyak berfikir di pagi hari seperti ini.

"Aku tidak ingin memikirkan apapun yang berpotensi merusak suasana hatiku. Ayo Laura, kau bisa!" Ucapku menolong diri sendiri, dan mencoba fokus pada pekerjaanku.

Akupun menyelesaikan pekerjaan kantorku hari ini, dan pulang ke apartemen sendiri.

Ini sudah pukul 10 malam, dan Taehyung belum pulang juga, padahal diluar sedang hujan deras sejak dua jam yang lalu. Apa dia sedang berteduh?

15 menit kemudian pintu apartemen terbuka.

"Taehyung?" Aku berlari dengan wajah yang sangat khawatir.

"Yaampun Tae, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa basah kuyup seperti ini?" Tanyaku sambil membawa tubuhnya menuju ke sofa.

"Kenapa kau tidak berteduh terlebih dahulu? Jika kau sedang patah hati, tidak dengan cara seperti ini. Pikirkan juga kesehatan dirimu sendiri!" Ucapku sambil mendudukkan Taehyung di sofa.

"Laura, dimana malaikat ku berada?" Taehyung berucap tiba tiba dengan pandangan mata yang kosong.

"Kau bicara apa Tae?" Aku bingung.

"Aku lelah dengan semua ini, bisakah aku bahagia? Aku hanya ingin kebahagiaan." Ucap Taehyung yang sudah mulai menggigil.

"Kau akan bahagia, Tae. Pasti. Percayalah kepadaku." Ucapku meyakinkan dirinya.

"Lalu kenapa semuanya terus terlihat kelabu dimataku? Semuanya biru dan abu abu. Kenapa tempat yang aku pijak saat ini terasa semakin berat?" Ucap Taehyung lagi.

Taehyung sudah sangat pucat.

"Gadis yang aku cintai pergi meninggalkan diriku sejak 4 tahun lalu, kemudian aku menemukan gadis yang baru baru ini membuatku jatuh cinta lagi, dan ternyata dia sudah mempunyai kekasih, yang sudah menjalin hubungan selama 5 tahun, kekasihnya bahkan sahabat SMA ku dulu. Dia adalah pria yang merebut gadisku. Dan dia juga yang selingkuh dari gadisku." Ucap Taehyung dengan bibir bergetar.

"Apa salahku? Kenapa semua terlalu menyakitkan? Aku tidak dapat mengambil ini semua, aku hanya ingin bahagia, kenapa sulit sekali ya?" Tanya Taehyung lagi.

"Tidak Tae, kau pasti akan bahagia, kau harus bersabar, aku akan selalu ada disisimu, jangan khawatir. Bahkan jika bumi tidak mau menerima mu, maka aku yang akan menjadi bumi untukmu." Ucapku memeluknya, tidak perduli jika tubuhku akan ikut basah.

Nyatanya Taehyung-ku tidak terlihat sebaik yang mata pandang.

Nyatanya Taehyung-ku sudah hancur lebih dahulu.

"Sekarang, ganti bajumu. Kenapa kau harus main hujan seperti ini sih?" Ujarku menguraikan pelukan kami.

"Menangis bersama hujan membuatku lebih baik, karena mereka jatuh bersamaan dengan air mataku. Rintik hujan membawa pergi air mata yang berasal dari sesak yang ku alami, dia tahu bahwa aku sedang bersedih. Dia memelukku dengan butirannya." Ucap Taehyung.

"Mau dengar ceritaku?" Tanya Taehyung tiba tiba.

"Tapi, ganti pakaian mu dulu ya? Aku tidak ingin kau tambah sakit lagi nantinya." Ucapku membujuknya.

Taehyung menurut dan pergi mengganti pakaiannya.

Aku menunggu Taehyung kembalu ke ruang tamu.

"7 tahun yang lalu, ada seorang pria nakal, namanya Kim Taehyung. Dia hanya tau merokok, minum minum, tauran, dan berganti ganti setiap minggunya." Ucap Taehyung mulai bercerita, setelah mengganti pakaian.

"Dan pria nakal bernama Taehyung itu, memiliki sahabat bernama Jeon Jungkook. Jungkook adalah pria yang sangat cerdas dan memiliki banyak bakat."

"Awalnya semua berjalan dengan baik, aku dan Jungkook bersahabat, hingga suatu hari aku melihat seorang gadis bernama Berliana di sekolah itu. Kurasa gadis itu tidak populer karena aku baru melihatnya saat itu saja. Kupikir akan sangat menyenangkan jika bermain main sedikit dengan gadis itu, akupun menghampiri gadis itu dan mengajaknya berkenalan. Namun gadis itu justru mengatakan "aku tidak ingin berkenalan dengan pria yang mempunyai banyak catatan hitam dimana mana." Gadis itu langsung pergi meninggalkanku yang justru membuatku merasa tertantang karena sikapnya. Gadis lain tidak ada yang menolakku, sekalipun mereka harus mempertaruhkan harga dirinya untukku. Karena itu, akupun semakin gencar mendekati gadis itu, dan hal yang aku dapatkan, selalu saja sama, yaitu penolakan."

" Waktu itu malam sabtu, aku sedang mengarah pulang ke apartemen ku sehabis melakukan balapan, yang aku temukan dijalan justru gadis itu yang hampir dilecehkan oleh pria mabuk pada malam hari saat gadis itu ingin menuju kerumahnya setelah membeli camilan dari supermarket." Taehyung menghela nafasnya.

"Semenjak saat itu, aku dan Berliana semakin dekat, awalnya hanya ingin bermain main, ternyata aku benar benar mencintai gadis itu. Akhirnya aku mengajaknya bertemu, aku menunggunya selama 3 jam, karena aku ingin memberitahu mengenai perasaanku kepadanya. Ternyata dia tertidur karena lelah mengerjakan tugas. Aku tidak marah, aku merasa gemas kepadanya, dan akhirnya dia datang setelah aku menunggu selama 4 jam di cafe. Saat dia datang, ada Jungkook juga disana, mereka datang bersama, dan sebelum aku mengatakan perasaanku kepadanya, Berliana bilang kalau dia sudah berpacaran dengan Jungkook selama 3 hari."

"Kau tahu betapa sakitnya hatiku saat itu? Sakit sekali, disaat sahabat yang selalu kau jadikan tempat cerita mengenai gadis yang kau cintai, ternyata yang mengambil gadismu secara diam diam. Sejak saat itu, aku mulai menjauhi Jungkook. Berliana bahkan sama sekali tidak menghiraukan semua yang aku lakukan, dia hanya fokus kepada Jungkook-nya hingga satu bulan setelah kejadian itu, ibuku meninggal karena kecelakaan." Taehyung menjeda ucapannya.

Aku tidak bisa melakukan apapun selain mengusap lembut lengannya, dengan tujuan membuatnya merasa lebih baik.

"Waktu itu, disaat ibuku ingin menjemput aku yang sedang mabuk berat, dia mengalami kecelakaan. Ditabrsk truk yang mengalami masalah di rem nya. Aku mabuk hanya karena melihat Berliana dan Jungkook berciuman. Bukankah aku ini sangat bodoh?" Taehyung mati matian menahan air matanya, aku tahu itu.

"Jangan lanjutkan, Tae. Kau sedang tidak baik baik saja." Ucapku sambil menatap dalam matanya.

"Aku, aku tidak akan pernah baik baik saja jika menceritakan mengenai masa laluku. Baik siap maupun tidak siap, sakit itu pastinya akan tetap ada. Mau tidak mau, luka itu akan tetap berbekas, tanpa ada obat penghilang bekas itu. dan aku hanya bisa terus membawanya bersama dengan diriku yang saat ini. Biar bagaimanapun juga, itu tetap akan menjadi bagian dari diriku juga, tanpa ada tertinggal satupun." Taehyung mengucapkn itu, rasa sakitnya yang sangat banyak.

"Semua akan baik baik saja, Taehyungie." Aku menggenggam hangan jemarinya.

"Hatiku semakin hancur, saat mengetahui bahwa ibuku, wanita nomor satu di hidupku, harus pergi karena aku. Aku adalah putera yang paling buruk di dunia ini. Aku sudah membunuh ibuku sendiri. Aku membencimu, Kim Taehyung."

"Kau tahu, penderitaanku belum cukup hingga disana. Ayahku, dia selalu bekerja dan terus bekerja, jika ada waktu luang, dia hanya akan menggunakannya untuk menghampiriku dan memukuliku, karena aku tidak bisa sehebat dan sebaik Jungkook. Ayahku selalu membanggakan Jungkook dibandingkan aku, anak kandungnya sendiri. Ayah selalu memberikan aku kata kata tidak pantas seperti "kau bukan anakku, kau adalah masalah paling besar yang ada dihidupku, kau adalah pembawa sial, kau adalah pembunuh ibumu sendiri, kau tidak pantas hidup, seharusnya kau saja yang mati bukan istriku, kau benar benar anak sialan, kau tidak pernah membuat ibumu bahagia, bahkan hingga akhir hidupnya. Kau seharusnya tidak pernah terlahir kedunia, Taehyung sialan! Cepat pikiran cara agar kau cepat mati." Ayah selalu berkata seperti itu kepadaku, setiap kali kami bertemu."

"Selain pukulan yang bertubi tubi, kata kata yang membuatku ingin mengakhiri hidup terus saja berputar dikepalaku. Tapi ibu selalu menghantuiku di mimpi, ibu selalu berkata "apapun yang terjadi, jangan pernah coba untuk mengakhiri hidup mu sendiri, apapun yang terjadi aku akan tetap mencintaimu. Jangan pernah salahkan dirimu ataupun takdir untuk apa yang sudah terjadi. Jalan hidup ibumu ini memang sudah seperti ini, maka ibu minta kepadamu, jalani hidupmu dengan baik, Taehyungie anakku. Kau pantas mendapatkan kebahagiaan yang ada di dunia ini."  dan karena itulah aku berusaha untuk bertahan hidup dengan berbagai obat obatan yang aku konsumsi, itu semua karena ibuku, pahlawan nomor satu dihidupku."

"Aku juga selalu berdoa kepada Tuhan. Aku ingin ada seseorang yang datang dan menyelamatkan hidupku, membawaku pergi dari neraka yang diciptakan oleh orang orang yang aku sayangi. Kau tahu, Tuhan itu ada, dan sangat adil. Ternyata doaku itu dikabulkan."

"Saat aku benar benar tertekan, dan hampir memilih mengakhiri hidupku, bahkan tidak perduli lagi dengan kata kata apapun, sekalipun kata kata ibuku sendiri di dalam mimpiku. Aku hanya butuh satu tangan saja, cukup satu, yang mau terjulur untuk membantuku berdiri, aku butuh penopang, entah siapapun itu. Aku disini sendiri, tak ada siapapun yang menemaniku, kecuali kegelapan.

"Saat aku hampir melompat dari jembatan, seorang pria bernama Yoongi datang dan menarikku dari jembatan itu, membantuku keluar dari kekelaman hidupku, dan dari zona gelap yang diriku sendiri tidak dapat lewati. Pria itu adalah penyelamatku. 

Aku  akhirnya bisa mengawali hari dan hidup baruku dengan lebih baik di Jepang. Yoongi membawaku bersamanya, aku dikuliahkan disana selama 4 tahun, dan kembali lagi ke Korea setelah studiku selesai. Selama di Jepang, Yoongi selalu membawaku ke psikiater dan apapun tempat yang dapat membuatku seperti sekarang, dan aku sangat sangat berterimakasih kepada Yoongi. Jika bukan karenanya, mungkin saja aku sudah mati karena menjatuhkan diriku sendiri."

"Selain itu, untuk mengisi waktu luang agar aku tidak kembali mengingat hal-hal pahit yang aku jalani, yang bisa mengakibatkan gagalnya semua usaha yang sudah Yonggi dan aku usahakan untuk sembuh, aku akhirnya mengikuti les alat musik, biola dan saxophonist.

Sebenarnya aku juga belajar piano, Yoongi yang  mengajarkannya padaku, ternyata dia sangat mahir dalam memainkan alat musik tekan itu, jarinya sangat mahir menari di tuts berwarna putih dan hitam itu."

"Setelah menyelesaikan studiku di Jepang dan kembali ke Seoul, aku melamar pekerjaan sebagai seorang saxophonist, yang hasilnya dapat memenuhi kebutuhan hidupku selama beberapa bulan, dengan tambahan terkadang aku menjadi seorang vokalis juga, disaat ada waktu yang mendesak. Namun, ayahku tiba tiba datang datang menemuiku di apartemen lamaku, dan tanpa persetujuan dariku, ayah mengangkat diriku sebagai Bos di perusahaan miliknya."

"Aku mencoba berbagai usaha untuk menghindari ayahku sendiri, tetapi dia selalu menemukanku, meskipun aku bersembunyi di lobang semut maupun di kantong kangguru sekalipun, Dia pasti akan selalu menemukan diriku. Akhirnya, tidak ada yang bisa ku lakukan selain menerima itu, dan menghabiskan hari hariku selama satu tahun penuh untuk mempelajari teknik mengenai perusahaan. Dan perusahaan yang dulu dibangun ayahku dengan darah keringat dan air mata, bisa menjadi sebesar ini.  Dan aku juga menemukan seseorang yang menemaniku, dan ada disaat saat aku membutuhkannya, hingga aku kembali berani untuk memberikan jati diri dan masa laluku kepada orang asing yang aku percayai, yaitu kau, Laura."

" Dan sekarang aku pun baru menemukan satu fakta baru yang cukup menghantam hati dan pikiranku. Fakta bahwa pria bermarga Jeon itu ternyata berselingkuh dari Berliana, satu tahun setelah mereka berpacaran, dan lucunya  Adelina tidak aku ketahui sama sekali kabarnya seperti apa hingga sekarang."

"Aku menjalani banyak masa kelam dalam hidupku, aku menjalani banyak rasa sakit di seluruh tubuhku, aku menyimpan banyak duri dan beling tertancap diseluruh raga dan jiwaku. Tapi, aku masih tetap bisa bertahan. Ternyata semesta masih menginginkan aku untuk hidup dan berdiri hingga sebesar ini, hingga semua orang mengenalku, dan bahkan mengagumi ku." Ucap Taehyung dengan air mata yang menetes.

Taehyung-ku rapuh dihadapanku.

Taehyung-ku percaya kepadaku.

"Kau tahu, Laura? Kau adalah gadis pertama dalam hidupku yang tau masa terkelam ku. Kau sangat special untukku, kuharap kau tidak menghancurkan rasa ini lagi. Rasa percaya terhadap orang lain, rasa nyaman dari orang lain, dan rasa hangat dari pelukan lain, selain kegelapan, dan itu semua aku berikan kepadamu." Ucap Taehyung dan kemudian menghapus jejak air matanya.

"Dulu, aku selalu berkata "tolong, keringkan air mataku." tapi sekarang, aku sudah bisa mengeringkannya sendiri. Jadi kau tidak perlu khawatir. Aku ini pria kuat, yang sudah melewati banyak hal pendewasaan yang sangat berat." Lanjut Taehyung.

"sekarang aku punya rumah, dan kau adalah rumahku satu satunya, Laura. Kumohon tetap menjadi rumahku untuk selama lamanya. Tapi jika kau ingin berhenti menjadi rumahku, maka katakan padaku, dan aku akan segera meratakan rumah yang telah aku bangun padamu." Ucap Taehyung dan membawaku kedalam dekapan hangatnya.

"Aku memanggil diriku sendiri sebagai seorang pembohong. Apakah kamu menganggilku sebagai pembohong juga?" Tanya Taehyung yang masih memelukku.

Aku menggelengkan kepalaku di dadanya.

Merasakan detak jantung Taehyung yang tenang.

Aku meneteskan air mataku dipelukan Taehyung. Aku benar benar sangat menyayangi pria ini, aku tidak ingin membuatnya bersedih, aku harus kuat, dan aku langsung menyeka air mataku dengan menggesekkan wajahku di baju piyama biru milik Taehyung. Aku tidak ingin jika Taehyung melihatku menangis karenanya. Sudah cukup banyak penderitaan yang Taehyung lalui selama masa pendewasaannya.

Kini, Taehyung harus bisa melepaskan semuanya dan berbahagia.

Aku harus bisa menjadi rumah untuk Taehyung.

Aku harus bisa menjadi cahaya untuk Taehyung,

Aku harus bisa menjadi udara untuk Taehyung

Aku harus bisa menjadi pohon untuk Taehyung

Dan aku juga harus bisa menjadi air untuk Taehyung. 

Sekarang, aku tahu kalau dia tidak baik baik saja. 

Taehyung yang ku kenal sebagai pria yang sangat menyebalkan dan memiliki banyak aura memikat, ternyata mempunya jutaan luka yang tidak diketahui orang lain. 

Taehyung benar benar penipu yang sebenarnya. 

Dia sangat pandai menipu banyak orang,

bahkan termasuk dirinya sendiri.

Dan kini aku tahu satu fakta, bahwa Taehyung membutuhkanku.

*****