*****
There is no lasting happiness, neither is sadness. But, why does sadness feel like it lasts so long, compared to happiness? The key to it all is yourself.
*****
Aku terbangun dari tidurku karena suara ketukan pintu yang sangat berisik.
"Laura! Apa kau tidak lihat jam? Ini sudah siang, kenapa kau belum keluar dari kamarmu?" Tanya Taehyung berteriak sambil menggedor-gedor pintu dengan tergesa gesa.
Aku terbangun dan langsung melihat jam, ternyata sudah pukul 07.30 pagi.
Aku memegang kepalaku yang sedikit pening "Apa apaan ini?! Aku kesiangan, sial!" Ucapku mengumpat.
Saat aku ingin berjalan, kepalaku menjadi terasa sangat berat dua kali lipat saat aku terbangun, dan mataku cukup perih.
Ah, ini pasti efek menangis semalam.
Aku menundukkan kepalaku "Sialan, bisa bisanya aku demam disaat seperti ini!" Ucapku menggerutu.
Aku berjalan kearah pintu dengan perlahan lahan karena Taehyung sangat berisik. Dia tidak berhenti menggedor pintu dan meneriakkan namaku berkali kali, seakan akan aku adalah buronan polisi.
Taehyung langsung berhenti mengetok pintu saat aku sudah tertangkap oleh netranya "Apa kau tidak lihat pukul berapa sekarang? Aku sudah berdiri disini selama satu jam untuk menunggumu, dan lihat! Ternyata kau baru bangun? Benar benar gadis ini ya! Eh? Tunggu, kenapa wajahmu pucat?" Tanya Taehyung yang tiba tiba terkejut saat aku mendonggakkan wajahku untuk menatapnya.
Aku kembali menundukkan kepalaku "Maaf Tae, aku benar benar tidak mendengar suara alarm dan suaramu, aku sedang merasa tidak sehat hari ini, bisakah aku meminta izin satu hari ini? Aku sangat lelah." Ucapku dengan suara serak dan tangan yang mengusap mataku yang berair.
Ucapan Taehyung melembut "Apa yang terjadi? Kemarin malam kau baik baik saja, apa karena makanan yang aku bawa?" Tanya Taehyung khawatir.
Aku langsung menggelengkan kepalaku pelan "Tidak, bukan itu. Tapi, kurasa ini karena aku terkena hujan saat pergi sendiri kemarin, aku menerobos air hujan, hanya karena aku takut terlambat." Ucapku, dan memang benar, saat di perjalanan kemarin, hujan turun beberapa saat, dan aku menghiraukannya karena tidak ingin terlambat ke kantor jika menunggu hingga hujan mereda.
Taehyung berdecak dan menggelengkan kepalanya "Kau ini benar benar sangat ceroboh!" Ucap Taehyung kemudian maju selangkah dan memegang keningku.
"Tubuhmu cukup demam, baiklah sebaiknya kau beristirahat saja disini, dan jangan kemana mana. Aku akan meminta Adelina untuk membantuku hari ini, hitung hitung sekalian masa pendekatan! Hahahaha!" Ucap Taehyung dengan girang, dan merangkul diriku menuju ke tempat tidur.
Kau tahu Tae?
Kau membuatku bertambah sakit hati.
Aku mencoba untuk tersenyum "Hahahaha, semoga beruntung, sahabat!" Ucapku lemah.
Antara sakit hati, dan sakit fisik, keduanya sangat membebani diriku.
"Terima kasih banyak cantik!" Ucap Taehyung dan mengelus rambutku sebelum beranjak dari kamar dan pergi ke kantor sendirian.
Setelah pria itu pergi, tanpa sadar air mataku jatuh kembali karena pria itu.
"Semoga sukses ya, Tae!" Bisikku pada keheningan.
Keheningan yang sangat menyakitkan.
Saat aku ingin tidur, ponselku tiba tiba berdering, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal, karena aku ragu menjawabnya, jadi aku membiarkannya saja.
Namun, panggilan itu tidak berhenti sama sekali, dan ini sudah ke 7× orang itu menelepon ku.
"Hallo?" Akhirnya aku menjawab telepon itu setelah dering ke 7× hampir berhenti.
"Laura!" Suara riang seorang pria menjawab ku dari sebrang sana, suaranya tidak asing, hanya saja aku melupakan suara ini, aku tidak ingat siapa pemilik suara ini.
"Ya? Benar ini aku, kau siapa ya?" Tanyaku heran, sambil memijat pelan kepalaku yang sedikit berdenyut.
"Kau ini jahat sekali! Bisa bisanya kau melupakanku ku? Bahkan kau tidak ingat suaraku? Akan ku gelitiki dirimu jika kita bertemu nanti! Tega sekali!" Ucap pria itu diseberang sana, sepertinya aku mengenalnya, tapi aku lupa siapa pria ini.
"Eum, bisakah kau beritahu aku dulu siapa dirimu? Aku benar benar bingung." Ucapku kemudian setelah menjeda dengan keheningan.
Pria itu berdecak di sebrang sana "Aku Hoseok! Jung Hoseok! Apa kau sudah bisa ingat aku?" Tanya pria yang bernama Hoseok itu.
Aku bergumam, menyebutkan nama pria itu "Hoseok?" Aku masih bingung.
Pria itu tambah berdecak kesal "Ya Tuhan! Jiwoo noona! Aku adalah adiknya, sunshine mu! Bisa bisanya kau melupakanku, aku merasa sangat sedih." Ucapnya sambil mengeluarkan suara tangis yang aku tahu itu adalah sebuah tangis gurauan.
Aku kembali terdiam, mengingat nama itu, hingga pria di sebrang sana memanggil manggil namaku "HOSEOK?! Apa benar ini kau?! Kau ini darimana saja?! Kenapa kau baru menghubungiku?! Kau mengingkari janjimu tentang selalu mengabariku tahu! Aku benci kau ya! Sana pergi saja dan jangan kembali lagi!" Ucapku yang berteriak senang dan sedikit mengejeknya.
Seketika aku lupa kalau aku sedang sakit dan baru saja menangisi pria gila yang tinggal satu apartemen denganku.
"Maafkan aku, ponselku hilang saat itu, aku tidak mempunyai nomor siapapun, bahkan Jiwoo noona sekalipun, aku sangat kesepian saat itu kau tahu? Aku sangat merindukan ocehanmu!" Ujar Hoseok dengan semangat.
Aku merasa sedikit prihatin kepada Hoseok "Mari bertemu! Aku sangat merindukanmu! Astaga, aku sangat ingin memelukmu secepatnya!" Aku berucap dengan sangat semangat.
Hoseok bergumam, sepertinya dia sedang berpikir "Kita bisa mengatur waktu yang baik, mungkin hari Sabtu? Apa kau bisa jika hari itu?" Tanya Hoseok tak kalah bersemangat diseberang sana.
Mataku berbinar senang, aku sangat merindukan pria menyenangkan ini "Bisa! Aku akan usahakan bisa jika untuk bertemu denganmu! Tapi, apa kau bisa? Kapan kau kembali ke New York lagi?" Tanyaku.
Hoseok tertawa di sebrang sana, suara tawanya tidak berubah sama sekali "Kau sangat manis gadis cantikku! Aku tentu saja bisa, aku akan tetap disini, aku sudah selesai kuliah, dan kau tidak hadir, aku sangat sedih." Ucap Hoseok, yang diakhiri dengan nada sedihnya.
Aku tertawa pelan dan kemudian tertegun "Aku memang manis! oh? benarkah? Maafkan aku, aku benar benar tidak tahu, selamat untuk kelulusannya ya, sunshine ku! Aku sangat mencintaimu! Mari kita bertemu secepatnya!" Ucapku dengan sangat gembira.
Astaga, aku sangat merindukan pria yang bernama Hoseok ini. Pria yang selalu membuatku tertawa dalam setiap situasi. Tapi, dia pindah ke New York 4 tahun lalu untuk melanjutkan studinya.
Dia meninggalkan aku.
Omong omong, kami adalah sahabat. Aku mengenalnya dari Jiwoo eonnie, karena Jiwoo eonnie adalah Kakak kandung Hoseok dan juga teman dari kakak sepupu yang aku temani untuk bertemu dengan temannya.
Waktu itu, aku disuruh berjalan jalan dengan Hoseok, karena sepupuku dan Jiwoo eonnie sedang membicarakan mengenai bisnis fashion yang dijalankan oleh Jiwoo eonnie, sepupuku tahu kalau aku mudah bosan, jadi dia menyuruhku untuk berjalan jalan saja, dan Jiwoo eonnie juga menyuruh Hoseok untuk ikut dan menemaniku.
Ternyata, Hoseok adalah pria yang menyenangkan, dia dapat mencairkan suasana dengan sangat cepat. Aku dan Hoseok bahkan langsung berteman saat pertama kali bertemu, kami langsung saling berbagi kontak, dan banyak bercerita mengenai pengalaman masing masing. Dia sangat manis dan hangat. Dia sangat mudah tersenyum, aku sangat nyaman didekatnya.
Jangan salah paham. Aku bilang mencintainya, karena kami memang terbiasa mengatakan hal itu dulu, dan aku sama sekali tidak berniat untuk merubahnya.
Aku sangat menyayangi pria yang selalu memiliki aura positif untuk sekitar.
Dan itu ada pada Hoseok.
*****