Miko memarkirkan mobil jeep putihnya di parkiran ruko kompleks dunia. Ia tersenyum ke arah cewek di sebelahnya. Gianni. Gadis itu masih sibuk mengoreksi polesan bedak dan mengoleskan lipgloss warna pink berani. Cuaca hari ini panas terik, padahal waktu masih menunjukkan pukul 10.30.
"Turun yuk", ajak Miko yang langsung turun dari mobilnya. Ia berjalan ke arah belakang mobilnya menunggu Gianni turun. Tapi gadis itu tak kunjung turun. Ia berjalan menuju pintu Gianni. Gadis itu memandangnya tajam. Miko Mengangkat Bahu dan kedua tangannya. Ada apa? Miko lalu membuka pintu mobil itu untuk segera mencari tahu masalahnya.
"Nah gitu donk, sekali-kali bukain pintu untuk cewek", Gianni berkata sambil turun dengan anggun. Gadis kurus itu mengenakan kaos putih tanpa lengan, rok mini jeans, dengan sandal tali temali yang terlihat mahal. Ia mengenakan sling bag berwarna merah keluaran brand ternama. Rambutnya yang panjang bergelombang ia biarkan tergerai. Ketika ia turun, tidak ayal banyak yang memandangnya. Cantik banget kayak selegram!
Kak Miko tersenyum. Ada perasaan super bangga bisa berjalan beriringan dengan seorang cewek yang membuat iri banyak cowok. Mereka berjalan menyusuri beberapa ruko. Sesekali kak Miko menjelaskan isi toko itu apa, makanan apa, dan yang spesial tentang itu apa. Sepertinya kak Miko sudah terlalu sering kesitu sehingga hampir hapal dengan seluruh penghuni ruko itu. Mereka memasuki lorong menuju taman di tengah-tengah ruko: meja-meja piknik.
"Waaahhh keren banget! Gak nyangka di bagian tengah ada ginian ya kak. Kirain cuma toko-toko doank", seru Gianni antusias. Kak Miko tersenyum puas. "Mau kemana dulu?", tanya kak Miko. Gianni menunjuk sebuah butik kecil. Mereka akhirnya berjalan memasuki butik kecil itu. Ternyata di dalamnya banyak baju-baju, aksesoris dan tas-tas lucu. Gianni langsung mencoba beberapa barang dan meminta kak Miko untuk memotretnya satu per satu. Sattuuuuu per satuuu. Setelah 30 menit, kak Miko mulai bosan.
"Gianni, cari cemilan yuk! Aku laper nih!", seru kak Miko males. Gianni masih antusias mematut-matut dirinya di cermin besar. Akhirnya ia mengambil beberapa aksesoris, sebuah tas lucu dan sebuah gaun dan membawanya ke kasir. Ia menatap kak Miko, ternyata cowok itu sedang duduk dengan malas yang posisinya agak jauh dari kasir. Cowok itu mulai memainkan HP dengan muka datar. Gianni masih menatap dan menunggu. "Apa kak Miko ga mau bayarin belanjaannya?", gumamnya dalam hati. Ia masih menunggu. Kasir masih menatap dan menunggu. Gianni kembali menoleh kak Miko.
"Ok baiklah, tidak ada harapan". Giani langsung menghempaskan tasnya ke meja kasir dan membuka tasnya dan mengambil dompetnya dengan kasar. "Berapa semua mbaaaaakkkkk?", tanyanya dengan nada agak keras. "325 ribu mbak", jawab sang kasir pelan. Gianni mengeluarkan uangnya dan membayar belanjaannya. Paperbag butik itu segera dialihkan ke tangannya. "Huhhh pelit amat sih kak Miko", gumamnya dalam hati.
"Sudah belanjanyaaaa? Yuk ah. Mau makan apa? Makan di meja piknik ini yuk! Kamu bisa pilih makanan apaaaaa aja, aku yang traktir deh", kata kak Miko sambil merentangkan tangannya dan sedikit memutar untuk menunjukkan para penjual-penjual makanan yang mengelilingi 10 meja piknik itu.
Gianni mencoba tersenyum kecut. Ia masih kesel. "Ah males ah kak makan disitu. Panas. Aku mau tempat yang agak adem", jawabnya Giani sambil mencoba melihat mana restoran yang paling mahal.
"Mau makan Pizza? Enak banget loh! Ada pasta juga", kata kak Miko menunjuk sebuah restoran pizza yang pernah di datangi Jasmina dan Bagas. Sebenarnya kak Miko malas, tapi entah kenapa ada jiwa kompetisi bergelora di hatinya. Ingin ia mengajak Gianni makan disitu.
"Hemmm, aku mau disitu aja", Gianni menunjukkan sebuah restoran Jepang yang sangat apik penampilan luarnya. Miko pernah makan disitu dan sajiannya super duper enak. Bahkan ada chef yang akan memasakkan steak untuk mereka di dapur terbuka, lengkap dengan atraksi api-api spektakuler.
"Hemmm OK!", jawab kak Miko santai. Mereka memasuki restoran itu dan mulai duduk didepan dapur terbuka dan memesan makanan dan minuman. Seperti harganya, makanan dan atraksi yang ditampilkan benar-benar spektakuler. Beberapa kali Gianni mengambil foto untuk keperluan instagramnya. Mulai dari review makanan, memotret makanan untuk kesekian ribu kali, dan sampai selfie bolak-balik dengan sang chef. Awalnya Miko geli melihat Gianni, sampai akhirnya ia malas dan ingin cepat-cepat keluar dari tempat itu.
"Siniiii aku mau nunjukkin kamu ke sebuah tempat, kata kak Miko", ia menggapai tangan Gianni dan mengantarkannya ke lorong cinta. Gianni langsung paham. Ia terkesima dan mulai memuji-muji tempat itu. Dan tentu saja, mulai selfie secara menggila. "Hayooo kak Miko kita selfieeee!", pintanya. Miko menurutinya sambil tertawa. Kemudian Gianni berjalan dengan perlahan sambil menyentuh gembok-gembok itu, seakan mencari sesuatu...
"Kak Miko, lihat! Gembok warna ungu ini. Tulisannya Jasmina dan Bagas. Di dunia ini, ada berapa pasang yang kebetulan namanya Jasmina dan Bagas ya? Apa ini orang sama yang kita kenal?", tanya Gianni sambil menggoda. Ia sengaja menunjukkan ini kepada kak Miko, agar cowok itu sadar kalau bukan hanya Jasmina tidak selevel dengannya, tapi gadis itu bahkan milik orang lain. Miko menatap gembok itu sekilas, namun mengalihkannya ke gembok-gembok lain dengan pikiran kosong. So what kalo mereka punya gembok?
Ia berjalan pelan ke arah danau dan membiarkan Gianni masih tetap mengagumi lorong itu. Ketika akhirnya Gianni menyusulnya di dekat danau, seperti biasa, gadis itu kembali terpukau dengan kilauan pantulan danau yang seperti butiran-butiran kristal berserakan di atas danau. Angsa-angsa yang tidak merasa kepanasan, tetap dengan anggun ice skating di atas danau itu. Indah sekali. Panas terik, tapi indah.
Mereka berjalan mendekati danau itu. Seperti biasa, ada beberapa pasang yang sedang menikmati keindahan danau. Ada yang duduk di kursi-kursi sebelah danau, ada yang tiduran di selembar tikar dan membaca buku atau bermain tablet, beberapa keluarga sedang berpiknik dan anak-anak berlarian bermain bola. Kak Miko menggenggam tangan Gianni dan berjalan menuju tempat penyewaan sepeda angsa.
"Naik itu yukk! Setengah jam aja", pinta kak Miko. Gianni memandang kak Miko dengan mimik heran dan terperanjat.
"Hah! Naik itu? Ahhh gak mauuu hahahahah kayak bocah aja. Lagian panas kak, ntar aku meleleh lagi", jawab Gianni sambil berjalan sambil mendekati daerah yang lebih teduh. Ia duduk di sebuah kursi panjang dan menunjuk gerai es krim dengan corong.
"Aku mau ittuuuuuu", pintanya manja. Kak Miko mengikutinya Mereka makan es krim dengan tenang. Pikiran Miko melayang kemana-mana.
Untuk apa dia kesini? Hari ini dia cuma ingin bersenang-senang, dan ini adalah tempat pilihannya selain mall. Ia membawa orang spesial ke tempat yang ia rasa sangaaatt spesial. Tapi kenapa hari ini rasanya begitu hampa? Apa yang kurang?
Ia mencoba memakan lelehan-lelehan es krim, karena ia sebenarnya sedang tidak ingin sesuatu yang manis. Mau semanis apapun yang ia rasa di lidah, hambar ketika sampai di hatinya. Kenapa waktu itu Bagas dan Jasmina terlihat lebih bahagia? Bahkan terlihat lebih indah dibanding waktu Miko membawa Bagas kesini. Begitupun, ia masih merasa nyaman bersama Jasmina disini. Kenapa ia tidak bisa merasakan hal yang sama dengan Gianni disini?
Miko menatap Gianni, dan gadis itu masih sibuk selfie dengan es krim di tangannya sambil membetulkan letak kaca mata hitam di kepalanya. Hemmm... repot juga ya kencan dengan selegram. Mereka duduk santai disitu sampai salah satu menyudahi karena bosan. Miko melihat-lihat HP dan mulai membuka media sosial teman-temannya. Pandangannya tertuju pada media sosial Bagas yang saat ini sedang ada di bioskop. Hatinya mendidih. Sialan Bagas!
"Kak Mikooooooo. beliin itu!", pinta Gianni sambil menunjuk toko bunga. Miko bengong menatap toko bunga itu. Seumur-umur, dia belum pernah membelikan bunga untuk siapapun. Ia tidak melihat ada manfaatnya. Bunga itu toh sebentar akan layu, kering dan harus dibuang. Apalagi ia dengar bunga itu memiliki arti yang bermacam-macam, sesuai dengan keperluannya. Bagaimana bila ia membelikan bunga yang salah?
Miko memasuki toko bunga itu sendiri, dan mulai meneliti buket-buket bunga yang sudah jadi. "Mau beli yang mana mas"", tanya sang penjaga toko. Miko gelagapan.
"Ga tau mbak, bagusnya yang mana ya?", mata kak Miko terpaku pada bunga yang pernah dipajang Bagas di media sosialnya. Bunga yang ia belikan untuk Jasmina. Ungu dan putih. Tiba-tiba Gianni masuk dan memeluk lengannya.
"Kakkkk beliin yang mawar merah donkkk", pintanya sambil menunjuk buket mawar merah ukuran sedang yang sudah jadi. Super cantik dan terlihat paling mahal disitu.
"Alasan terbesar kenapa seorang suka diberi bunga adalah karena bunga hubungannya sangat erat dengan emosi. Mau itu Cinta, Kesenangan, kasih sayang, simpati, romansa atau permintaan maaf. Memberikan bunga tuh sebuah bentuk komunikasi yang paling intim dengan cara yang paling elegan. Jenis-jenis bunga dan warnanya juga memiliki arti-arti tertentu. Bila seseorang menerima bunga yang tepat, akan membangkitkan perasaan terdalam dan membuat hubungan mereka menjadi lebih erat", jelas Gianni sambil memeluk buket ukuran sedang itu di tangannya.
"Jadi kenapa kamu minta dibeliin mawar merah menyala begitu?", tanya kak Miko. Gianni tersenyum manja.
"Kakak suka sama aku kan?".
Miko terdiam. Tidak ada reaksi lain yang bisa ia tunjukkan, ia tidak mau Gianni salah paham. Ia mengambil sebuah buket besar campuran bunga lily putih dan mawar pink. Ia lalu ke kasir dan membayar kedua buket bunga itu. Gianni memperhatikannya dengan ekspresi kuatir. "Buat dirumah", tutur kak Miko sambil tersenyum ramah. Ya buat dirumah. Tapi rumah siapa?
Miko Menggandeng tangan Gianni menuju mobilnya. Tapi kemudian ia ingat sesuatu. "Gianni! Bentar ya! Ada yang mau aku beli!", kata kak Miko setengah Panik. "Kamu tunggu disini aja dulu", jawabnya sambil setengah berlari menjauhi Gianni. Gianni tersenyum. "Apa kak Miko akan membelikannya coklat almond yang aku suka kemaren?",gumamnya dalam hati.
Miko memasuki toko buku dan menyusuri rak yang sangat ia hafal. "Buku itu... buku itu dimana? Buku yang selalu aku datangin bak pacar?", Miko bergumam dengan panik. Ia langsung mendatangi sang pemilik toko.
"Mas, buku yang judulnya Last Destination: Five Ways To Your Heart?", tanya kak Miko lemas. Sang pemilik toko langsung mengecek.
"Ooooo sudah laku mas. Udah lama malah. Beberapa minggu yang lalu kayaknya", jawabnya mantap
Miko bingung. "Ada buku yang sama gak mas?" tanyanya Panik.
"Ooooo ga ada mas, saya tu kan penjual buku second ya. Jadi saya nerimanya ya satu satu gitu. Belon pernah ada yang 1 judul ada 2 buku gitu. Maaf ya. Coba aja mas cari di luar negeri lewat online gitu. Atau siapa tau ada buku yang mirip...?", jelas sang pemilik toko. Kak Miko menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan keluar toko.