Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 8 - Bab 8: Balon-balon cinta

Chapter 8 - Bab 8: Balon-balon cinta

"Inget kelen sama balon yang kusuruh bawa kemaren kan? Nah coba dulu kalian tiup yang betul ya, kukasi waktu 1 menit untuk 2 balon. Bila ada 1 pecah, kelompok itu langsung dapat nilai 0 ya", ancam kak Naga Bonar. Wah ini gawat, gumam Jasmin. Ia melirik Sharon. Dengan perut serata tripleks dan bibir setiis kertas, entah ia bisa meniup balon dalam waktu satu jam, alih-alih 1menit. "Kita Mulai yaaaa, satu, dua, tiga Prrritttt!!". Jasmin tidak kesulitan meniup 2 balon. Sebagai produser berbagai acara, meniup dan menghias balon ada salah satu keahliannya. Ia melirik Devon dan Bagas yang tentu saja juga tidak ada kendala.

"Haduhhh kok balonnya ga kembang-kembang sih! Sudah banget ini, 2 balon uda penuh ama ludahku begini", rengek Sharon frustasi.Sedetik kemudian Bagas dengan sigap merebut balon itu dan mulai meniupnya satu persatu. Jasmina dan Devon terperanjat melihat adegan itu, semoga para senior tidak ada yang memperhatikan bahwa ada sedikit kecurangan. Iyuuhhhh ciuman secara tidak langsung kah? Apakah Bagas menikmatinya atau menyelesaikannya hanya demi poin sempurna untuk kelompok 17? Entahlah. Yang penting beres. Mereka menatap 8 anggota kelompok yang sudah berjongkok lesu, tanda salah satu balon dari kelompok mereka pasti ada yang pecah. Aihhh, tragis.

"Kelompok yang balonnya utuh, mari kita mulai dengan babak penyisihan sekaligus acara hiburan dulu ya. Main balon dulu kita. Kan tadi sudah pemansan dengan olahraga, pendinginan dengan niup balon, nah sekarang giliran acara hiburan dulu ya sekalian ice breaking", jelas kak Baja jahil. Maksudnya apa? Mau diapakan balon-balon malang ini? "Tiap anggota berpasangan,berdiri saling memunggungi, mengapit 2 balon di antara mereka. Kupasang musik, Joget kalian ke kiri dan ke kanan ya! Anggota yang balonnya jatuh, out! Bagi 10 pasang terakhir akan mendapatkan nilai sempurna untuk kelompoknya.

Semua orang ternganga. Ini kan permainan untuk acara ulang tahun, bagaimana bisa ini ice breaking? Jasmina mulai menatap Sharon, calon pasangannya dalam dansa balon yang penting ini. "Jangan lihat aku gembrot! Aku ogah pasangan sama kamu. Yang ada aku bisa terpelanting kamu sundul pakai itu", sambil menunjuk pinggul Jasmina dengan pandangan jijik. Sedetik ada sensasi terbakar mengalir dari tenggorokan Jasmina menuju perutnya. Tangannya mulai mengepal sampai kuku pendeknya bahkan bisa menusuk daging tangannya sendiri. Kalau mereka tidak berada di dekat para senior, ingin sekali menjambak piggy tale Sharon dan mengubahnya menjadi Lion hair.

"Hayo Jasmine, Nilai kita pasti sempurna", Bagas menarik tangan Jasmin dan menyambar 2 balon dan menuntunnya ke tengah-tengah lapangan basket. Jasmina merasakan perasaan yang campur sari. Ada lega, sedih, rasa ingin menangis dan menampar seseorang. Ya beberapa orang juga boleh, tapi siapa saja coba? Bagas mencoba menarik napas yang panjang dan menghembuskannya panjang-panjang juga. Ia seperti sedang mengendalikan emosi. Hey, pinggul siapa yang dibahas, emosi siapa yang terusik sih? Ah so sweet juga si gunung es ini.

"Jasmine, fokus! Kita memiliki tinggi yang cuma berselisih 5 centi, postur tubuh kita sedikit sama. Bila kita bergoyang serasi, kita bisa menahan 2 balon ini dengan baik. Kuncinya, himpit balon ini cukup erat, tapi tidak terlalu kuat sampai ia bisa meletus atau kabur. Paham?". Sejenak Jasmina tergelak. Ada pepatah yang mengatakan, bila kita mencintai seseorang, ibarat menggenggam seekor merpati. Genggamlah ia dengan erat agar ia tidak terbang, tapi tidak terlalu kuat hingga bisa menyakitinya. Sama gak sih? Jasmina mulai tersenyum sumringah sehingga memberi kesan ia tidak fokus pada Bagas. "Fokus Jezz!", bentaknya. "Ok baiklah Pak Bagas", balasnya sambil tersenyum.

sejumlah 100 pasang sudah berkumpul di lapangan dengan 2 balon terampit di punggung mereka. Jasmin melihat sharon yang kontras sekali berdiri memunggungi Devon yang tingginya 187cm. Sharon mirip cicak yang menempel dengan tingginya yang cuma 160 dan kurus seperti tripleks. Lagu mulai berkumandang... lagu yang aneh, familiar tapi rasanya aneh. "Cit cit cuittt cit cit cuiitt cit", yang ternyata adalah lagu anak-anak pada era 80-an. Sontak hampir seluruh calon anggota dan para senior tertawa. Ini akan menjadi siksaan lain untuk permainan ini. Tidak saja mereka harus menjaga keseimbangan dengan 2 balon mengapit, mereka juga harus menahan tawa.

Dan tawa lebih kencang ketika lagu berikutnya berkumandang secara medlet. Lagu Bolo-bolo oleh Tina Toon. Beberapa anggota tidak tahan menahan gelak dan mulai tertawa yang sontak menjatuhkan balon di punggungnya. Kesalahan itu langsung cepat menular. Sharon dan Devon sudah tereliminasi dari tadi karena mereka tentu saja, tidak bisa menjaga keseimbangan. Devon hanya tertawa ramah ketika mereka harus kalah. Tidak begitu dengan Sharon. Lah salah siapa? Ketika Devon harus menahan balon itu dengan punggungnya, balon-balon itu letaknya saja sudah di leher dan kepala Sharon akibat jomplangnya tinggi mereka.

"Kita pasti bisa Jezz. Hayo bergerak sesuai aba-abaku saja. kekiri tiga langkah kecil dan kenana 3 langkah kecil dan coba untuk tersenyum santai. Kita pasti stabil", saran Bagas. Benar saja, mereka salah satu peserta yang kompak langkahnya. Walau mereka berani melangkah ke kiri dan kekanan, Balon tetap menempel. Sesekali Bagas menggenggam tangan Jasmina, ketika salah balon terbawah mulai merosot. Apaan tuh? Sengaja? Cari kesempatan? Atau sekali lagi, demi memenangkan tugas ini? Benar saja. Ketika lagu ke empat selesai, sudah tersisa 10 pasang yang masih utuh 2 balon di punggung mereka, termasuk Bagas dan Jasmine. Nilai sempurna. Akhirnya.

"Jasmine, Bagas dan Devon! Kumpulkan semua balon dan masukkan ke sanggar seni sekarang juga, Perintah kak Baja.