Jasmina memasuki ruangan berukuran 5x5 di lantai 2 sekolahnya. Ruangan ini merupakan ruangan club atau ekskul terbesar disekolah itu. Walau bangga, tapi para anggota cukup tersiksa. Ruangan itu tentu saja tidak hanya harus menyimpan seluruh inventory pesta seni seperti baju, sepatu, dekorasi, tapi juga menjadi tempat latihan bagi anggota. Terkadang club lain juga meminjam ruangan mereka untuk latihan bila mereka akan mengikuti lomba di luar sekolah. Cihhh menyebalkan!
"Kak Jasmin, fighting sampai akhir ya nanti di penyisihan OSIS. Kami juga akan berusaha. Bersama kita akan membuat sanggar ini menjadi club yang paling bergengsi!", semangat Tania, salah satu siswa kelas 10. Jasmina tersenyum. Saat ini, dana yang bisa mereka tarik untuk kemakmuran club sangat kecil. Mereka harus pintar-pintar mencari donasi sana sini dan sponsor ini itu untuk kegiatan kesenian mereka. Sekolah sebenarnya cukup berhutang kepada mereka, dimana instansi-instansi pemerintah terdekat suka meminta mereka mengisi acara-acara resmi dengan bayaran seadanya. Tim sangggar seni sekolah selalu siap.
Jasmina dengan cekatan mampu mengambil hati para senior di sanggar seni dan menjadi produser yang baik untuk kegiatan-kegiatan yang terencana ataupun yang sifatnya Roro Jongrang, sim salabim abra kadabra harus jadi secepat kilat. Ia sudah memiliki koneksi yang kuat dengan beberapa sponsor yang selalu mengisi acara-acara SMA, dan dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan para guru dan petinggi sekolah, termasuk ibu-ibu di Komite sekolah. Masih kurang, ia kadang harus merangkap menjadi MC heboh atau crowd leader pada acara-acara sekolah.
"Kalo kamu jadi ketua bidang kesenian, jangan lupain kita beb. Minta AC di sanggar nih biar kita kalo latihan ga pengap. Ganti sound system biar anak-anak paduan suara bisa latihan lebih ok. Itu Mikrofon diganti, mosok kita nyanyi pake TOA mulu sih!", canda kak Tiur, seniornya di sanggar. "Pokoknya kita harus mengalahkan pamor club Paskibraka dan Klub basket tahun depan, menjadi club paling bergengsi di sekolah ini", tambahnya lagi. Baiklah...
"Eh by the way ya... tau ga sih, ada gosip hot, couple of the year tahun ini deh", celoteh Mila serius. "Siapaaa, siapaa??" anggota sanggar seni tersisa mulai tidak sabar. "Itu tuhhhh, Queen Bee Sharon, sama si itu tuuuhhh...."
--------
Sementara, di lapangan basket sekolah, ada 2 orang yang sedang berdebat.
"Apakah sudah saatnya?" sang pria bertanya dengan lembut.
"Saat untuk apa?", sang perempuan bertanya dengan mata mengawang dan senyum tipis.
"Kita pacaran kan?", sang pria sambil berusaha mencari tatapan perempuan itu yang hilang di tengah kesunyian.
"Sejak kapan?", sang perempuan berusaha untuk menghindari tatapan lekat sang pria dengan menoleh cepat kesamping.
Sang pria berusaha untuk bernafas tenang, sambil meremas bola basket di tangannya. " Ok, aku akan kasih waktu sampai pemilihan pengurus OSIS dimulai. Kamu milikku, aku gak mau orang lain berharap untuk mendapatkanmu".
"Kamu takut ga kepilih jadi anggota OSIS kah?" tanya sang perempuan sambil tersenyum mengejek dan berlalu, seakan-akan itu ada hubungannya. Sialan!
"I love you, I have always love you...", bujuk sang pria penuh harap.
Sang perempuan tertawa renyah. "You are not enough for me, sorry", jawabnya sekenanya sambil berlalu pergi.
Sang Pria berusaha menahan emosinya, namun tidak berhasil. Ia melemparkan bola basket menuju ring, gagal. Bola terpental keras menuju arah parkir sekolah.