Tanpa Krisnanda sendiri sadari, dirinya semakin menaruh perhatian pada Sonya. Setiap gerak-gerik Sonya dan hal-hal kecil lainnya, semakin menarik perhatiannya. Setiap dia melontarkan candaan diikuti tawa riangnya, selalu berhasil memunculkan senyum di bibir Krisnanda, si pria dingin itu. Tidak banyak yang menyadari perubahan itu pada Krisnanda, bahkan dia sendiripun tidak sadar. Kecuali Dimas, dia menangkap perubahan itu pada temannya, tetapi kali ini dia memilih diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kayanya, kata-kata gue waktu ini udah masuk ke otak dan hati loe, Kris," kata Dimas dalam hati.
Krisnanda masih saja diam di tempatnya, memperhatikan Sonya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tapi lagi-lagi Dimas datang mengagetkannya.
"Woi, bengong aja loe, awas kesambet," Dimas mengagetkan Krisnanda
"Apa sih loe, Mas. Kebiasaan banget loe," jawab Krisnanda kesal.
"Ke kantin yuk, cari makan. Laper banget gue," ajak Dimas
"Yaudah, ayuk, gue juga laper," Krisnanda setuju
Merekapun bersama-sama menuju kantin. Tidak begitu jauh dari ruang OSIS, hanya perlu menuruni tangga, lurus menyusuri koridor kemudian belok kanan, sampailah di kantin sekolah. Waktu memang sudah menunjukkan jam makan siang, jadi tidak heran jika kantin sudah mulai ramai. Seperti biasanya, dimanapun dia berada, semua mata selalu tertuju padanya, terutama para wanita yang sedikitpun tidak bergeming.
"Kris, loe mau makan apa?" tanya Dimas
"Kaya biasanya aja, Mas," jawabnya.
"Oke, gue pesan dulu ya," kemudian Dimas memesan makanan.
Merekapun mengambil makanan pesanan meraka, kemudian mencari tempat duduk. Mereka memutuskan untuk duduk di kursi yang dekat dengan taman, sembari menikmati sejuknya hembusan angin. Sonya yang tadi mereka tinggalkan di ruang OSIS bersama anggota lainnya, ternyata juga menyusul ke kantin kemudian memesan makanan.
"Kak, aku ikut duduk di sini ya?" tanya Sonya pada mereka.
(Krisnanda sedikit terkejut sambil memandang Sonya)
"Iya, duduk aja Sonya," jawab Dimas lebih dulu.
"Iya, terimakasih kak. Aku duduk ya," Sonya tersenyum sembari duduk.
Sonya mulai menikmati makanannya, "Emm, enak banget. Jadi makin suka makan di kantin. Kalau kakak?" tanyanya.
"Ya, pastinya enak juga, apalagi nasi gorengnya. Iya kan, Kris?" timpal Dimas. Krisnanda hanya tersenyum simpul menanggapi pertanyaan Dimas, mulutnya masih penuh berisi makanan.
Begitulah siang itu berlalu, mereka saling melempar canda dan tawa. Lagi-lagi hal itu tanpa disadari Krisnanda sendiri, semakin menarik perhatiannya. Namun sayang, siang itu berlalu begitu cepat, jam makan siang sudah mulai habis. Mereka kemudian bergegas, kembali ke kelas masing-masing karena pelajaran berikutnya akan segera dimulai.
(memegang pundak Krisnanda) "Gue salut sama loe bro, tetep kaya gini ya," kata Dimas kemudian pergi berlalu meninggalkan Krisnanda. Dia hanya terdiam, sedikitpun tidak mengerti perkataan temannya, lalu berjalan menyusul Dimas.
"Woi. Mas, tungguin gue dong," pintanya. "Ya, cepetin jalan!" perintah Dimas.
Merekapun berjalan bersama menuju kelas.