Chapter 9 - Penantian

Euforia malam ini berakhir, satu per satu mereka beranjak pergi. Masih tersisa beberapa yang sibuk berpose, mengambil beberapa foto, sedang di satu sisi nampak seseorang yang sibuk mencari-cari barangnya yang terjatuh. Begitu halnya Krisnanda, dia belum beranjak, memilih untuk tetap di tempat itu, menunggu di depan ruangan sambil sesekali memainkan gitarnya. Dia sedang menunggu seseorang yang pastinya, seseorang yang berhasil membuatnya terpesona hingga tidak mampu mengedipkan mata.

Sonya dan timnya masih di dalam aula, sibuk membersihkan dan merapikan ruangan dari sisa-sisa acara. Memang ada cleaning servis yang bertanggungjawab untuk membersihkan tempat tersebut, tapi setidaknya itu bisa meringankan sedikit beban mereka. Sambil Sonya mengecek semua perlengkapan yang digunakan, mengumpulkannya di satu tempat agar siap dikembalikan ke tempatnya esok hari.

Selama merapikan barang-barang tersebut, Sonya merasa sedikit terganggu. Dia masih terbayang-bayang ekspresi dan tatapan mata Krisnanda ketika bernyanyi. Dia merasa ada hal aneh yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Awalnya dia hanya penasaran dengan Krisnanda, tapi kini tumbuh lebih besar rasa peduli yang sangat membingungkan. Sama halnya ketika dia benar-benar ingin menghibur Krisnanda yang begitu murung dan gelisah kala itu. Kini, dia selalu ingin berada di dekatnya, selalu ingin melihatnya tersenyum. Lama dia terdiam memikirkan hal tersebut, tanpa sadar seseorang semakin mendekat padanya.

"Hi," (Seila menepuk bahunya) "Kamu ngapain bengong? Lagi mikirin apa atau lagi capek nih?" tanya Seila kemudian.

"Ah, nggak apa-apa kok La, tadi cuma keinget sesuatu aja," jawab Sonya sedikit terkejut.

"Iya, aku kira kenapa. By the way, tadi kak Krisnanda keran banget ya, ganteng banget lagi," puji Seila dengan matanya yang berbinar.

"Iya-iya, keren banget," timpal Sonya.

"Tapi aku masih penasaran, buat siapa ya dia nyanyi lagu yang terakhir, romantis banget," Seila tak henti-henti memujinya.

(Sonya hanya menatapnya tanpa berkomentar)

"Yaudah, ngapain juga mikirin itu terus," berusaha menyadarkan dirinya, "Yuk lanjut lagi, jangan bengong terus. Awas nanti kesambet, udah mau tengah malam nih," ucap Seila kemudian berlalu.

Sonya masih terdiam, seketika dia teringat lagi dengan momen itu. "Benar juga, kak Krisnanda nyanyi lagu itu buat siapa ya? Bodoh banget aku malah berpikir dia nyanyi lagu itu buat aku," gumannya. "Ah, kamu mikir apasih, ayo fokus Sonya," dia berbicara sendiri sambil terus menepuk pipinya, berusaha mengembalikan dirinya ke kesadaran penuh.

Begitu sabar, Krisnanda masih menunggu di depan aula, walau sesekali menoleh ke dalam aula. Masih terlihat olehnya Sonya yang sibuk. Dia menangkap ketidaknyamanan yang dirasakan Sonya, dia terlihat sesekali memegang kakinya. "Pasti kakinya sakit," pikir Krisnanda. Sesekali dia bangkit, ingin menghampiri dan membantunya, tetapi dia selalu mengurungkannya. Lebih memilih untuk tetap sabar menunggu.

Sekian lama menunggu, akhirnya mereka selesai merapikan dan mengecek semuanya. Terlihat wajah-wajah lelah dan kantung mata yang mulai menggantung. Tetapi terlukis pula betapa puasnya mereka karena acara Prom Night berjalan dengan lancar. Mereka berkumpul, membentuk lingkaran. Berdoa sambil mengucap syukur atas semua kelancaran dan diakhiri dengan yel-yel penyemangat. Mereka keluar bersama kemudian seseorang mengunci ruangan tersebut. Sonya yang sedari tadi memikirkan Krisnanda, begitu terkejut melihatnya masih di tempat itu.

Krisnanda menoleh, berusaha mencari sosok Sonya yang berusaha memalingkan wajahnya dan berpura-pura tidak melihat Krisnanda.

"Kami duluan kak ya," kata teman-teman Sonya kompak. Sedangkan Sonya masih berusaha menghindar, tetapi tiba-tiba Krisnanda memanggilnya.

"Sonya, bisa ngomong bentar nggak," panggil Krisnanda

Sonya pasrah, dia tertangkap dan dengan terpaksa menghampiri Krisnanda.

"Iya kak. Ada apa kak?" tanya Sonya sambil berusaha mengalihkan pandangannya.

"Aku antar kamu pulang ya, udah malem nih," ajak Krisnanda.

"Nggak apa-apa kak, nanti aku pesan ojek online aja, aku nggak mau ngerepotin kakak," tolak Sonya. "Masa kak Krisnanda nunggu di sini cuma buat nganter aku pulang?" tanyanya dalam hati.

"Aku dari tadi nungguin kamu loh," respon Krisnanda sedikit kesal.

"Iyadeh kak, aku pulang sama kakak aja. Maaf ngerepotin kak ya," akhirnya Sonya setuju.

"Yaudah, ayo. Tapi ke ruang OSIS dulu ya, aku mau nitip gitar," sela Krisnanda.

"Iya kak,"

Krisnanda meletakkan gitarnya di salah satu sudut ruang OSIS, kemudian mereka menuju tempat parkir. Masih dengan motor japstyle nya, mereka melaju menembus malam. Seperti biasa, hanya hening sepanjang perjalanan, walau sesekali suara jangkrik nyaring terdengar. Sesungguhnya dalam diri masing-masing pun timbul banyak pertanyaan, tapi mereka memilih terdiam, hingga mereka sampai di depan rumah Sonya.

"Terimakasih kak, udah anterin aku pulang," ucap Sonya.

"Iya, santai aja. Oh ya, kamu hari ini cantik. Tumben aku lihat kamu pake gaun, terus rambutmu digerai, biasanya kan kamu kuncir," puji Krisnanda dengan malu-malu.

(wajah Sonya memerah) "Kakak berlebihan, jadi malu. Sebenernya aku nggak suka make gaun sama high heels, ganggu banget," jawab Sonya.

"Kamu cuma belum terbiasa aja," sambil tertawa kecil, "Oh ya, udah malem banget, aku pulang ya," Krisnanda pamit.

"Bentar dulu kak," sambil memegang tangan Krisnanda, "Aku boleh minta nomor WA kakak nggak?" tanya Sonya ragu.

"Oh, boleh kok," dia ingin sekali meminta nomor Sonya tetapi selalu mengurungkannya.

Mereka akhirnya saling bertukar nomor. Krisnanda pamit pulang, karena memang sudah lewat tengah malam. Dia tidak ingin sampai di rumah ketika fajar menyapa. Begitu bahagia, Krisnanda tak henti-henti bernyanyi di sepanjang jalan menuju rumahnya. Bukan hanya dia, Sonya pun merasakan hal yang sama. Tak satupun dari mereka yang bisa tidur malam ini, mereka terlalu bahagia, enggan untuk memejamkan mata, takut semuanya akan berubah ketika hari berganti.