Chapter 15 - Janji

Menempuh perjalanan yang cukup panjang, kali ini adalah makan malam pertama antara Krisnanda dan Sonya. Sesungguhnya Krisnanda tidak mengetahui tempat tersebut, hanya Sonya yang tahu dan dia yang menjadi penunjuk jalan kali ini. Sebuah rumah makan di daerah Tabanan tepatnya. Tempat yang tanpa sengaja Sonya temukan ketika tersesat karena aplikasi penunjuk jalan. Sedikit tersembunyi, bisa dibilang cukup jauh. Setelah sekian persimpangan, sekian belokan dan beberapa jalan pintas yang cukup sempit, akhirnya mereka sampai. Sepanjang perjalanan, Sonya tak henti-hentinya tertawa melihat Krisnanda yang kebingungan.

"Akhirnya sampai juga, aku pikir kamu mau mengajak aku kemana. Tempatnya bagus, pintar kamu milih tempat," ucap Krisnanda sambil membantu Sonya membuka helmnya.

"Iya kak," jawab Sonya sambil tersenyum.

Jantungnya berdegup kencang, "Kenapa dia cantik banget," gumannya. "Yaudah, ayo masuk," ajak Krisnanda sambil mengalihkan pandangannya.

Memasuki tempat tersebut, mereka disambut dengan begitu ramah. Rumah makan bertingkat dengan konsep alam. Konstruksi dan interiornya sebagian besar berbahan kayu, ditambah dengan sawah yang tengah menguning di sekeliling. Setelah memesan makanan, mereka memutuskan untuk memilih tempat di lantai dua. Benar saja, pemandangannya begitu indah. Krisnanda sangat menyukainya, apalagi Sonya duduk tepat di depannya.

Menunggu beberapa lama, pesanan mereka datang. Dua porsi nasi putih, satu porsi ikan bakar kesukaan Sonya, satu porsi ayam bakar penyet dan dua gelas besar jus jeruk. Sangat menggoda, mereka cukup lapar karena perjalanan yang panjang. Tanpa menunggu lagi, mereka langsung menyantapnya. Baik Krisnanda ataupun Sonya, mereka sama-sama menikmatinya. Sambil berbincang, tanpa terasa mereka sudah menghabiskan semua menu yang telah mereka pesan.

"Enak banget. Penuh rasanya perutku," ucap Sonya puas.

"Awas meledak," (tertawa) "Iya, memang enak, tumben aku ke sini," ucap Krisnanda, "Habis ini kamu mau kemana lagi? Mumpung belum malam banget" tanyanya kemudian.

"Dekat sini ada pasar malam. Gimana kalau kita ke sana aja, setuju?" ajak Sonya.

"Boleh juga. Aku juga mau ngasih tahu kamu kabar baik," jawab Krisnanda.

"Kabar baik apa kak?" tanya Sonya.

"Nanti aja aku kasih tahu ya," jawabnya membuat Sonya penasaran.

Mereka beranjak, Krisnanda membayar tagihan. Kemudian mereka menuju pasar malam yang tidak begitu jauh dari tempat itu. Sonya masih menjadi penunjuk jalan. Kali ini lebih mudah, tidak begitu banyak persimpangan ataupun belokan. Setelah membayar tiket masuk dan memarkir motor, mereka berkeliling mencoba berbagai wahana yang ada. Lelah berlarian ke sana ke mari, mencoba ini dan itu. Mereka akhirnya duduk di kursi taman tepat di bawah pohon tambebuya. Indah nian di mata, bunganya tengah bermekaran, merah muda bercampur putih warnanya.

Hembus angin membawa kelopak bunga yang lepas, jatuh menyelip di rambut Sonya. Krisnanda melihatnya, dia mengelus kepala Sonya untuk membersihkan bunga-bunga itu. Sonya terdiam, begitu lembut elusan tangan Krisnanda. Tenang dan nyaman.

"Maaf, ada bunga di rambutmu, aku cuma bantu bersihin aja," kata Krisnanda gugup.

(Sonya masih memandang Krisnanda) "Oh, iya kak. Terimakasih," jawab Sonya malu-malu, wajahnya memerah. "Bunganya cantik kak ya? Pas banget lagi mekar," Sonya berusaha mencairkan suasana.

"Iya, cantik banget, secantik orang yang sedang duduk di sampingku sekarang," ucap Krisnanda.

"Ah, kakak ada-ada aja," jawab Sonya, berusaha terlihat tenang.

Krisnanda hanya tersenyum, "Oh ya, aku mau ngasih tahu kamu sesuatu."

"Oh iya, tadi kakak bilang mau ngasih tahu kabar baik. Kabar apa kak?" tanya Sonya penasaran.

"Coba tebak." tantang Krisnanda.

"Apa ya? Tadi kakak bilang mau ngasih tahu, tapi sekarang malah disuruh nebak," gerutu Sonya.

"Iya-iya," (Krisnanda tertawa) "Aku kasih tahu kamu," jawabnya sambil mengelus kepala Sonya lagi.

"Terus..." respon Sonya.

"Aku mau ngasih tahu kamu, kalau aku udah memutuskan di mana aku mau kuliah," (masih menatap Sonya)

"Serius, dimana kak?" tanya Sonya semakin penasaran.

"Aku udah daftar kuliah di Melbourne, aku ngambil jurusan Manajemen Ekonomi Bisnis. Aku udah lolos test pertama, beberapa minggu lagi test kedua dan juga interview," jelas Krisnanda.

"Wah, keren. Seneng banget aku dengernya." (Sonya tersenyum, matanya berbinar) "Aku yakin, kakak pasti lolos dan diterima kuliah di sana," doa Sonya.

"Iya, terimakasih banyak ya doanya," (Krisnanda tersenyum)

"Iya kak, semangat kak ya. Pokoknya aku dukung kakak. Kalau kakak perlu bantuan, kasih tahu aku, pasti aku bantu," jawab Sonya.

"Iya-iya, tapi memangnya kamu mau bantu apa?" tanya Krisnanda berpura-pura ragu.

"Ya bantu apa aja, pokoknya aku bantu kakak," jawab Sonya begitu bersemangat.

"Iya, terimakasih banyak Sonyaku," jawab Krisnanda, lagi-lagi dia mengelus kepala Sonya. "Kalau aku perlu bantuan, aku pasti kasih tahu kamu kok," Krisnanda tersenyum.

"Iya, janji ya," pinta Sonya.

"Iya, aku janji," Krisnanda berjanji.

Saling mengaitkan jari kelingking, tanda janji diikrarkan. Malam bisu menjadi saksi, desau angin menjadi paksi, bahkan riuh pasar malam masih mengiringi. Masih duduk berdua, merajut malam, bersama kilau demi kilau kelopak bunga tambebuya yang terbawa angin. Di bawah temaram lampu taman, berharap waktu membeku dan tak lekas berlalu.