"Hi kak, sore," sapa Sonya.
"Terimakasih kak untuk hadiahnya, tahu aja aku suka bunga mawar."
"Untuk makan malamnya, bagaimana kalau besok lusa aja, mumpung malam minggu. Traktir aku makanan yang enak kak ya."
Krisnanda yang sedari tadi menunggu dengan gelisah, bahkan berulang kali mengecek handphonenya, tetapi tak kunjung mendapat pesan dari Sonya. Masih menanti walau tak pasti. Akhirnya terlelap tidur hingga malam menjelang.
Tiba-tiba dia tersentak, teringat akan dirinya yang tanpa sengaja terlelap. Mencari-cari handphonenya yang ternyata terselip di bawah bantal. Setengah berteriak, mendapati nama Sonya tertulis pada pesan yang masuk. Dia membuka pesan itu dengan harap-harap cemas. "Kira-kira dia terima ajakanku nggak ya?" tanyanya dalam hati. Lega, bahagia. Ternyata Sonya menerima ajakannya. Tanpa pikir panjang dia langsung membalasnya.
"Hi, Sonya," sapa Krisnanda kembali.
"Boleh kok kalau kamu maunya lusa, pas juga malam minggu. Tenang aja, pasti aku traktir makanan yang enak-enak kok," balasnya.
Waktu yang tidak tepat, kali ini Krisnanda harus menunggu lagi. Sebab, Sonya sedang di depan meja makan, duduk berhadapan dengan orang tuanya. Menyantap makan malam dengan menu yang cukup beragam. Piringnya setengah penuh, tidak begitu tersentuh, karena dia sibuk membayangkan respon Krisnanda. Teringat pula kejadian demi kejadian yang terjadi pada dirinya belakangan ini. Turut juga berubahnya sikap Krisnanda yang semakin tak terduga. Terbawa terlalu dalam, Sonya tidak menyadari dirinya terus tersenyum dan tertawa kecil. Dia bahkan tidak tahu, bahwa di kejauhan Krisnanda menanti balasan pesan darinya.
Suasana berbanding terbalik. Krisnanda duduk di depan meja makan, sendiri. Tanpa orang tuanya yang memang selalu sibuk mengurus pekerjaan dan kerap kali pulang larut malam atau bahkan tidak pulang. Bukan masalah baginya, dia sudah terbiasa. Hanya bik Wati, selain dirinya yang terasa benar-benar ada di rumah yang besar itu. Tapi hari ini sedikit berbeda, dia begitu bahagia walau masih menanti dengan harap-harap cemas. Tidak bisa menahan dirinya lagi, dia terus saja tersenyum. Tertangkap mata oleh bik Wati yang selalu memperhatikan Krisnanda setiap harinya. Dia banyak berubah.
"Ini den makanannya, silahkan dimakan dulu," ucap bik Wati sambil menata makanan di meja.
"Iya, bik. Makasi bik ya," jawab Krisnanda sambil tersenyum, "Oh ya, bibi mau makan sekalian sama aku?" tanya Krisnanda kemudian.
"Tidak apa-apa den, terimakasih. Bibi makan nanti saja, masih ada pekerjaan. Aden harus makan yang banyak. Bibi senang sekali lihat aden akhir-akhir ini banyak tersenyum," jawab bik Wati. Sedang Krisnanda hanya terdiam, dia membalas dengan senyuman sambil melahap makanannya.
Sonya segera menyelesaikan makan malamnya setelah ditegur ibunya karena terus tersenyum dan tertawa sendiri. Dia terburu-buru merapikan meja makan dan mencuci piring, kemudian bergegas menuju kamar. Mencari handphone terlebih dulu. Ternyata Krisnanda sudah membalas pesannya. "Ternyata udah dibales dari tadi, pasti kak Krisnanda lama banget nunggunya. Aku langsung bales deh," ucapnya sendiri.
"Maaf kak, aku baru selesai makan malam. Serius ya, pokoknya makanan yang enak," balasnya.
"Oh ya, kakak udah makan malam?" tanya Sonya lagi.
Mendengar handphonenya berdering, Krisnanda sangat yakin itu adalah pesan dari Sonya. Dia berusaha secepat mungkin menyelesaikan makan malamnya.
"Bik, aku udah selesai makan ya," teriaknya kemudian berlalu menuju kamar.
"Iya den," jawab bik Wati.
Merebahkan dirinya pada tempat tidur, langsung membuka pesan yang membunyikan dering handphonenya.
"Iya, pasti. Untuk cewek cantik apa sih yang nggak."
"Aku udah makan kok, baru aja selesai," balas Krisnanda
Membaca pesan dari Krisnanda, wajah Sonya memerah. "Ada-ada aja kak Krisnanda," gumannya.
"Iya kak, hehe," balas Sonya singkat.
"Oke, kamu mau makan di mana nanti?" Krisnanda menanyakan pendapat Sonya.
"Dimana aja boleh, terserah kakak."
"Kok terserah aku? Kamu aja yang nentuin tempat."
Sonya tak kunjung membalas, dia masih bingung. Kali ini Krisnanda benar-benar tidak sabar, dia langsung menelpon Sonya. Terkejut, beberapa waktu dia terdiam, memandangi handphonenya yang berdering dan akhirnya memutuskan untuk menjawabnya.
"Hi Sonya, malam," suara Krisnanda terdengar begitu lembut.
"Hi, malam juga kak," jawab Sonya gugup.
Cukup lama mereka berbincang, berdebat menentukan tempat mana yang akan mereka pilih. Terselip candaan dan lelucon dalam setiap perbincangan mereka, cukup mengocok perut. Tawa mereka menghias malam, bersanding dengan suara jangkrik yang sesekali nyaring menyahut. Sonya benar-benar tidak menyangka, Krisnanda yang dingin ternyata bisa melempar lelucon yang bahkan membuatnya tidak bisa berhenti tertawa.
"Oke, udah setuju ya sama tempat pilihanku. Pokoknya kakak nggak boleh berubah pikiran," tuntut Sonya.
"Iya-iya, pokoknya sesuai dengan kesepakatan kita," jawab Krisnanda, "Oh ya, ini udah malam, kamu istirahat ya, tidur, jangan begadang."
"Iya kak, terimakasih. Kakak juga tidur, jangan begadang," balas Sonya.
"Iya, sampai jumpa besok. Good night, Sonya."
"Good night, kak."
Begitu malam itu berlalu, sama-sama membenamkan diri pada nyaman dan empuknya kasur. Mereka terlelap, terhanyut mimpi menanti pagi.