Beberapa hari berlalu, raut wajah Krisnanda terlihat sedikit membaik, dia mulai bisa mengendalikan pikirannya. Dia terlihat lebih tenang dan perlahan kembali seperti biasanya. Pikirannya mulai teralihkan dengan beberapa kejadian akhir-akhir ini dan tentunya berkat seseorang yang secara diam-diam dia perhatikan, Sonya Alexandra. Dia yang menyadari betapa murung dan gelisahnya Krisnanda, mencoba berkali-kali untuk menghiburnya. Sonya lebih sering menghampirinya, sekedar menyapa ataupun mengajak mengobrol. Dia melontarkan beberapa lelucon, berharap Krisnanda akan tertawa. Usahanya tidak sia-sia, sesekali leluconnya mampu mengundang senyum bahkan tawa Krisnanda.
Melihat Krisnanda yang sudah kembali seperti biasa, membuat Sonya tidak terlalu memikirkannya, karena hari ini dia juga sangat sibuk. Langkahnya terburu-buru bahkan sesekali sempat tersandung. Dia sibuk mempersiapkan acara Prom Night yang akan berlangsung esok hari. Acara yang dia dan timnya sudah siapkan berbulan-bulan lamanya. Dia mengkoordinir anggotanya untuk mempersiapkan acara tersebut dengan baik. Mengecek semua hal, memastikan tidak ada satupun yang tertinggal. Baginya, acara tersebut harus berjalan dengan lancar tanpa sedikitpun kendala.
Selama persiapan tersebut, Krisnanda juga ikut mengawasi walau dari kejauhan. Tetapi matanya selalu tertuju pada satu hal. Dia terus memperhatikan setiap gerak-gerik Sonya, pandangannya selalu mengikuti kemanapun dia melangkah. Kini pikirannya benar-benar teralihkan oleh Sonya, pula ada rasa penasaran di dalam hatinya. Sedangkan Dimas yang duduk di samping Krisnanda, hanya bisa memandangnya sambil tersenyum sendiri memperhatikan tingkah temannya.
"Woi, Kris. Loe suka sama Sonya kan?" tanya Dimas.
"Nggak. Ngawur loe, Mas," jawab Krisnanda dengan cepat.
"Bohong loe kan, dari tadi mata loe terus ngeliatin dia," kata Dimas.
"Nggak kok, gue ngeliatin yang lain," elak Krisnanda.
"Iya, gimana loe aja deh, Kris. Tapi ngeliat loe kaya gini, gue udah seneng kok. Intinya jangan sampe terlambat ya bro, nanti nyesel," saran Dimas.
"Apasih, terserah loe aja," jawab Krisnanda dingin kemudian kembali mencari-cari sosok Sonya.
Tak cukup hanya melihat dari kejauhan, dia mulai berjalan-jalan seolah-olah ikut mengawasi. Berjalan ke sana ke mari beberapa kali melewati Sonya. Dia sedikit mengalihkan pandangannya, takut akan ada yang menyadari hal tersebut. Kemudian dia berdiri di sudut beberapa saat, sampai dia menyadari ada hal berbahaya yang mungkin saja terjadi.
Sonya yang fokus membantu penataan panggung, tanpa sadar terus berjalan mundur. Langkahnya semakin mendekati bibir panggung dan apabila dia tidak segera menyadari hal itu, dia akan berakhir dengan jatuh ke lantai. Krisnanda berjalan mendekati panggung, berharap bisa mengantisipasi hal tersebut. Dia semakin mempercepat langkahnya, dan benar saja langkah Sonya sudah mencapai bibir panggung. Dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan akhirnya terjatuh. Sebelum tubuhnya mencapai lantai, dengan sigap Krisnanda menangkapnya. Sonya terpejam, dia berpikir akan segera menghantam lantai, ternyata tidak.
Krisnanda menatap Sonya yang masih saja terpejam. Merasa dia tidak menghantam sesuatu, Sonya membuka matanya. Tatapan mereka bertemu, cukup lama menatap satu sama lain hingga akhirnya Krisnanda menurunkan Sonya. Banyak mata yang memandang ke arah mereka. Tak heran wajah mereka semakin memerah.
"Lain kali lihat-lihat ya kalau jalan, kalo sampai jatuh kaya tadi kan bahaya," kata Krisnanda.
"Iya kak, terimakasih banyak kak," jawab Sonya sambil memegang wajahnya yang terasa semakin panas.
"Iya," jawabnya singkat.
Krisnanda pergi berlalu dengan wajah yang masih memerah, sedangkan Sonya masih terdiam, mencoba menenangkan diri karena jantungnya berdetak tidak beraturan. Wajahnya semakin memerah dan panas.