AUTHOR POV
Seorang gadis berusia 10 tahun sedang berlari kecil di tengah kerumunan orang sendirian. Dari raut wajahnya yang bingung dan khawatir tentu ia sedang mencari seseorang. Benar, tadinya ia datang bersama kakak lelakinya untuk menghadiri acara grand opening sebuah distro. Kebetulan kakaknya adalah pelanggan setia brand dari distro tersebut. Kebingungan yanng melandanya ketika berada di kerumunan orang membuat gadis itu tak lagi memperhatikan langkahnya. Tanpa sengaja ia menabrak tubuh seseorang sehingga membuatnya hampir terjatuh jika saja pemuda yang ditabraknya itu tidak meraih tangannya.
"Kamu nggak apa-apa dek?" Sapa pemuda itu. Yang disapa hanya mampu menggeleng lemah tanpa berani mengangkat kepalanya.
"Kamu ke sini sama siapa?" Tanya pemuda itu kembali
"Sama kakak."
"Kakak kamu mana?"
"Nggak tau?"
"Nama kakak kamu siapa?"
"Marwah..." Belum sempat ia menjawab, ternyata sang kakak sudah berdiri tak jauh dari mereka.
"Kak Habil..." Gadis yang disapa Marwah itu segera beranjak mendekat ke arah sang kakak.
"Kamu dari mana aja sih? Kakak cariin malah ngilang."
"Kayaknya adik loe nyasar tadi. Sorry, tadi dia hampir jatuh karena nabrak gue."
"Serius? Sorry yah. Mungkin dia panik. Dia emang nggak biasa ke tempat ramai kayak gini. By the way, gue Habil. Kebetulan gue salah satu pelanggan setia brand loe."
"Wow, thank you banget udah jadi bagian dari F2 Brand. Gue Furqan. Senang ketemu sama loe."
"Gue juga. Dan makasih udah temenin adik gue. Kalau gitu gue pamit dulu."
"Nggak masalah. Oh iya, kabarin gue kalau loe main ke sini lagi. Gue bakalan senang banget kalau bisa layanin loe langsung. "
"Pasti." Jawab Habil dengan senyum mengembangnya
Furqan berlutut guna menyemakan ketinggiannya dengan Marwah. Ia menyentuh kepala Marwah yang terbalut hijab seraya tersenyum tipis.
"Sampai ketemu lagi gadis manis."
Adakah yang sadar bahwa pipi Marwah bersemu merah karena tindakan Furqan? Wajar saja, itu adalah pertama kalinya seseorang menyentuhnya seperti itu, selain sang kakak tentunya.
"Kak Ramaaaaa..." Suara teriakan yang cukup melengking menarik atensi beberapa pasang mata termasuk Marwah, Habil, Furqan tentunya. Masalahnya ia tahu jelas pemilik suara itu dan ia juga tahu, betapa tidak senangnya sang empunya suara saat itu.
Tubuh mungil itu berlari ke arah Furqan yang tentunya disambut senyuman hangat khas pemuda itu. tak butuh waktu lama tubuhnya telah beralih ke gendongan Furqan dan kedua tangannya memeluk erat leher Furqan posesif. Yap, tidak salah. Dia adalah sang peri kecil Furqan, Fatimah Azzahra Ramadhani yang kini tumbuh menjadi gadis kecil yang sengat posesif kepada sang kakak. Ia tidak akan senang jika kakaknya itu dekat dengan anak-anak lainnya.
Sekilas Fatimah mendelik tajam ke arah Marwah. Melihat wajah Fatimah yang kurang bersahabat membuat Marwah merasa tidak enak sehingga harus bersembunyi di balik punggung sang kakak. Menyadari hal tersebut, Furqan berusaha mencairkan suasana.
"Sorry yah. Adik gue emang rada posesif." Kilahnya kepada Habil yang disambut dengan senyuman hangat oleh sang lawan bicara
"Nggak masalah kok, kayaknya semua adik perempuan gitu deh. Kalau gitu gue pamit dulu."
"Okey Bro. Sampai ketemu lagi." Sejenak Furqan menatap Marwah lalu... "Marwah jangan tersinggung yah. Fat nggak maksud marah sama kamu kok. Maukan maafin dia?" Imbuh Furqan masih dengan tatapan dan senyuman hangatnya.
"Iya kak."
Marwah bisa saja membawa langkahnya menjauh, namun matanya tak bisa begitu saja teralih dari interaksi dua kakak beradik itu. Ia masih memperhatikan interaksi Furqan dengan Fatimah sesekali dalam langkahnya.
"Fat kok marah sama kakak tadi?"
"Nggak suka dia dekat kak Rama."
"Fat nggak boleh gitu sama orang. Fat ingat kan, Allah sayang sama orang yang sayang sama orang lain. Fat mau kan disayang Allah?"
"Kak Rama juga sayang Fat terus?"
"Selalu. Kak Rama akan selalu sayang sama Fat."
"Janji?"
"Janji."
*FLASH BACK*
Aku menarik nafas panjang, menenangkan diriku sendiri. Berusaha meyakinkan hati ini bahwa keputusanku adalah keputusan yang terbaik yang bisa kuambil. Aku menggenggam tangan mungil Fatimah yang sejak tadi sibuk memainkan jemariku. Sejenak ia mendongak ke arahku lalu tersenyum. Entah bagaimana senyuman itu mampu memberi kekuatan pada hatiku saat ini.
Benar! Sekali aku memutuskan, aku tidak boleh lagi mundur. Aku harus memilih, antara menyerah pada ketakutanku, atau terus melawan agar dapat menjadi sosok yang lebih kuat. Dan aku..... sudah menentukan pilihanku.
"Furqan siap Yah. Furqan siap hadapi semua resikonya. Maut itu rahasia Allah, Ayah selalu bilang itu. Manusia nggak bisa menentukan kehidupan dan kematian manusia. Tapi, selama Furqan masih bisa, Furqan akan berusaha untuk bisa bantu lebih banyak orang bertahan Yah. Kehilangan orang yang kita sayang itu adalah penderitaan terbesar, dan Furqan nggak bisa biarkan orang lain merasakan hal yang sama."
"Ayah percaya bahwa pilihan kamu tidak salah Fur. Ayah yakin kamu akan jadi dokter yang hebat nantinya."
"Doain Furqan Yah, Bun. Tanpa doa ayah sama bunda, Furqan nggak akan bisa sampai di titik ini sekarang."
"Tanpa kamu minta pun, doa ayah dan bunda nggak pernah putus buat kamu Fur."
*FLASH BACK END*
Pada akhirnya grand opening yang berjalan selama 4 jam itu selesai juga. Mungkin darah bisnis sudah mengalir dalam darahnya. Furqan berhasil mengelola bisnisnya yang semula hanya produksi pakaian yang ia pasarkan secara online, kini berhasil menjadi salah satu brand yang dapat diperhitungkan hingga berujung dengan membuka sebuah distro di salah satu Mall terbesar di Jakarta.
F2 Brand sengaja ia pilih sebagai brand bisnisnya. Tentu sudah dapat ditebak alasan terpilihnya nama tersebut sebagai label usahanya tak terlepas dari sang adik. Kini usia Fatimah sudah hampir menginjak 4 tahun, dan sejalan dengan itu, Furqan telah memasuki tahun keduanya berkuliah di Fakultas Kedokteran salah satu Universitas bergengsi yang cukup populer. Menjadi salah satu Mahasiswa yang berprestasi membuatnya menjadi sosok yang sangat terkenal di kampus.
Siapa yang tidak mengenal Furqan Haykal Ramadhan? terkenal sebagaiThe most wanted man di kampusnya, membuat ia menjadi pusat perhatian terutama para gadis yang lebih cocok dikatakan predator pemuda. Jelas Furqan sadar bahwa mereka tak benar-benar menyukainya, hanya mengagumi apa yang merek alihat di luar saja. Dan hal itulah yang paling dibenci oleh Furqan.
Tak ada yang berubah dalam diri Furqan. Ia masih saja dingin dan pendiam di mata orang lain, namun selalu berubah hangat di hadapan keluarganya, terutama Fatimah. Dan sang sahabat tentunya, Navya Adinda. Tanpa disadarinya, sang sahabat yang begitu dekat dengannya ternyata menyimpan perasaan yang berbeda pada Furqan. Navya jatuh cinta dalam diamnya kepada sosok pemuda yang telah lama dikenalnya itu. namun, ketakutan akan rusaknya hubungan yang sudah terlalu lama dia jalin menekan egonya untuk mengutarakan yang sesungguhnya kepada Furqan. Cukup baginya merasakan, tak perlu terbalaskan.
"If you belongs to me, then you'll come and be mine. I hope we can share this feeling Furqan Haykal Ramadhan."
TO BE CONTINUED