Chereads / Pematik Waktu / Chapter 8 - Ikatan (1)

Chapter 8 - Ikatan (1)

Sudah hampir seminggu sejak aku kembali ke waktu dunia ini, karena kejadian menghilangnya diriku selama dua setengah tahun yang hanya berlangsung selama lima hari disini, keluarhgku sedikit lebih memberikan perhatian padaku, terutama kedua orangtuaku, tidak ada jarak di antara kami... aku juga tidak perlu menyembunyikan apa apa pada mereka... menceritakan semua kejadian yang aku alami selain perasaanku pada Jo. At the first time they didn't believe me karena imajinasiku memang selalu berlebih, mereka baru terlihat percaya setelah aku menunjukkan beberapa bukti yang tanpa sengaja ku bawa, gaun merah yang kukenakan... dan yang paling membuat mereka percaya saat pada akhirnya aku menunjukkan shortgun pemberian Jo yang selalu kubawa kemanapun dan dimanapun diriku pergi. Oh Jo... bagimana keadaanmu?

Kedekatanku pada mereka bukan tanpa sebab alasan, sebenarnya hubungan kami pada awalnya seperti hubungan orang tua dan anak sewajarnya terlebih aku berpisah dengan mereka sejak berumur 10 tahun sekitar kelas 4 sekolah dasar, ketika itu kami yang masih tinggal bersama nenek dan kakek mendadak harus pindak karena ibu dari ayaku sudah mulai terlihat penyakit ketuaannya. Karena kakek dan nenek yang saat ini bersamaku juga tidak memiliki anak padahal dari pihak perempuan atau nenekku sudah memiliki anak dari suami keduanya namun anak tersebut sudah menikah dan pindah ke Bandung. Akhirnya karena tidak tega, mereka kedua orang tuaku menitipkanku pada mereka, saat itu aku masih polos dan lemah... saat seminggu pertama aku benar benar merasa kahilangan, menunggu... menunggu dan menungggu setiap detiknya kedatangan mereka kembali, hari pertama dan kedua tanpa mereka... menunggu disisi jalan raya... rasa kesepian benar benar telah menguasaiku saat itu, derasnya hujan tak kugubris... merendahakan payung menutup sebagian dari wajahku,

Oh hujan....

Menyatulah dengan air mataku...

Mengalirkan setiap dukaku....

Agar tiada yang tahu...

Tangisku...

Hujan semakin deras saja dan juga mereka tidak segera menampakkan kedatangan mereka meski setiap kendaraan yang lalu lalang kuperhatikan... hanya menyisakan kesedihan

"Ngopo nang kene? Ajo bali! Ndak masuk angin" perintah seoraang wanita tua, ya dia adalah nenekku... segera aku menyekat air mataku, sesampai di rumah tanpa kata dan tanpa salam aku segera menuju ke kamar, mengunci pintu rapat rapat dan menangis tersedu sedu sepuasku... benar benar melegakan untuk mengeluarkan segala beban dan mengatakannya meski beban itu akan kembali setelah saat aku terbangun dari kelelahanku.

Pagi hari setelahnya, ketika aku masih terkantuk kantuk dengan jelas aku masih bisa mendengar percakapan nenekku dengan para pembelinya. ia bergosip mengenai diriku yang merindukan kedua orang tuaku sampai menangis nangis dan ucapannya itu begitu menyakitkan hatiku, karena secara tidak langsung hal itu menunjukkan bahwa aku adalah anak yang lemah dan cengeng. Kau mengatakan hal itu sesukamu! Padalah kau tidak mengerti apa apa... kaulah yang mengemis ngemis agar aku tetap tinggal di sini, tak sadarkah kau berapa usiaku sekarang! Aku masih membutuhkan mereka... Itulah alasan mengapa aku sangat membenci orang tua penggosip yang seenaknya mengatakan suatu hal sesukanya padahal ia tidak mengetahui apa apa. Kerena hal tersebut aku mulai berhenti menangis dan menunggu menunggu mereka meski sebenarnya kerinduan ini sangat medalam. Dan oarang pertama yang menghiburku adalah rival dan juga orang yang paling kuhormati saan itu, Sofy dan mbak Ucik... karena senasiblah mereka juga mengerti bagaimana rasanya, malahan nasib mereka lebih parah dari diriku. Sofy yang dalam setahun hanya bisa bertemu engan kedua orang tuanya beberapa kali dan mbak ucik yang hanya sebulan sekali, sedangkan aku apa! aku dapat bertemu dengan mereka dalam seminggu sekali meski tidak selalu terutama pada mminggu minggu pertama.

Salah satu masalah kami selain kesepian adalah kedua kakek dan nenek kami. Kakak dan nenekku sering bertengkar hanya untuk masalah yang angat sangat sepele memang kepribadian mereka benar benar berbeda yang satu keras kepada dan tidak pernah mau mengalah kalau ditentang langsung minggat dari rumah tak jarang ia marah padaku tapi tidak sampai ngelayap ke desa desa tetangga seperti pada jaman ibuku, sedangkan yang satu begitu sensitif dan sangat menginginkan perhatian, tak jarang ia menngis... sering kali pada awalnya aku menghiburnya. Akan tetapi, semakin lama aku semakin tak peduli... hal itu sudah terlalu sering terjadi, bahkan saat orang tuaku masih disini. Hal tersebutlah yang membuatku juga menjadi tempramental, keras kepala, pemarah dan penyendiri. Mungkin hal tersebut juga yang menimpa mereka berdua, karena tak jarang ada suara pertengkaran jua dari dalam rumah mereka... kini merekapun juga tengah berubah. Kami yang dulunya begitu lugu dan ceria kini telah berubah derastis. Sofy sekarang menjadi gadis yang cantik mepesona, bunga desa saat itu bahkan menjadi saingan cinta pertamaku, makannya ia tak jarang memilliki banyak pacar mungkin itu sebagai pelampiasan kesepiannya. Mbak ucik, orang yang paling ku hormati saat itu melampiaskan kesepiannya dengan bermain dengan teman temannya, sampai suatu tragedi terjadi padanya... tulang kakinya patah karena kecelakaan... padahal motor yang ia gunakan juga adalah motor pinjaman. Sedangkan aku semakin kesepian sidah menyendiri juga tidak ada teman dekat, karena mereka tengah menemukan dunia mereka sendiri. Tak jarang aku sendirian di rumah, sampai entah kapan saat itu... aku yang hanya ditemani televisi melihat sesuwatu yang begitu menggeterkan dada, sebuah program yang sangat berimprovisasi dan penuh petualangan dan imajinasi tersuguh di mataku, ya.... itu adalah acara animasi, acara yang memang sewajarnya bocah seusiaku menyukainya. Itulah pertama kalinya aku menemukan duniaku, dunia petualangan yang tak terbatas... tersimpan dalam kepalaku....maknnya tidak heran sampai sekarang aku masih sangat menyukainya bahkan semakin tergila gila ketika aku mengetahui bahwa bukan hanya diriku yangmerasakan hal yang sama, itu sejak aku mengenal facebook dan internet, tidak seperti animasi yang mondokusai seprti sekarang yang ditayangkan di tv, ini lebih seperti manga. Kegemaranku memuncak ketika apa yang kubayangkan bahwa char char di dalamnya dapat menjadi nyata dan aku adalah salah satu tokohnya, yaitu melalui cosplay. Memang orang tuaku tudak sepenuhnya mendukung bahkan terkesan menghalangi, tahukah kau? Sejak aku mengenal cosplay aku jadi bisa merias diri dan terlebih menjahit. Itulah sebabnya orang tuaku memberi sedikit ruang, yang kumanfaatkan semaksimal mungkin. Komunikasi yang membaik tersebut bukan tanpa alasan... hal tersebut bermula sejak aku mengungkapkan segalanya.