Chereads / Pematik Waktu / Chapter 12 - Jalanku (2)

Chapter 12 - Jalanku (2)

Di mansion besar tempat Deman sedang bekerja, merapikan taman dan menata interior rumah dibantu oleh beberapa maid. Rumah itu nampak sepi rupanya karena sang pemilik rumah dan istrinya sedang menghadiri undangan dari tuan di negeri seberang dan membuatnya harus menarik sebagian besar pengawal.

"Karena tuan muda sedang tidak ada disini, it's our chance to change this mansion's style into classical and glorious design, then there must be no fail"

"Yes Mr. Deman" jawab mereka serempak, sebagian dari maid tersebut adalah perempuan Indonesia yang sudah terlatih dan beberapa merupakan perempuan luar negeri yang sudah professional.

"Meski Mr.Deman itu keras tapi dia tetap mempesona kyaaa" puji seorang perempuan indonesia yang memulai pembicaraan dengan temannya.

"Usianya juga masih muda, dan sangat berbakat dalam segala hal, benar benar sebuah ujian untuk bisa menjadi istrinya hufh"

"Tapi aku heran, mengapa pria seprti dia yang tidak kalah keren dengan tuan Sebastian mau maunya melakukan tugas pembantu seperti kita"

"Kalian jangan salah sangka, pekerjaan menjadi seorang Butler tidaklah sama seperti seorang pembantu..." Sela seorang maid dari luar negeri yang mendengar pembicaraan mereka "... meski dalam kesehariannya pada dasarnya sama, akan tetapi seorang Butler sebenarnya lebih seperti seorang prajurit khusus yang sudah terlatih, bahkan di negeri kami Inggeris memiliki departemen khusus pelatihan Butler untuk mengawal Ratu ataupun para Lord, itulah alasan mereka selalu menjadi tangan kanan Lord mereka masing masing dan selalu setia berada di samping para Lord sesuai dengan perintah yang diberikan, itulah sumpah butler. Oleh karena itu, kalian sebagai maid jangan sampai mengecewakan dan kembalilah bekerja!"

"Maaf, kami akan lebih berusaha"

  

Di musim hujan ini langit tidak berbintang, semuanya kelam tapi mansion itu masih bersinar dengan cahaya remang remang di sekitar taman, style rumah tersebut juga telah berubah dari gaya rennails lama menjadi gaya zaman victorian, kejayaan dan keemasan. Polesan cat emas berkilauan di setiap set ukiran classic di mansion tersebut berpadukan warna merah 'red crimson' seperti warna mawar yang bermekaran di taman itu dengan anggunnya,

"Mawar yang cantik inipun bisa melukai" desahnya saat jarinya tertusuk duri mawar tersebut ketika hendak memetiknya.

"Menyakiti tuan muda sampai seperti itu, harusnya aku membunuhmu seperti yang Tuan Sebastian katakan" kemudian Deman meremas mawar tersebut di tangannya sehingga mengalir darah dari tangannya.

CRASSH

Pisau kecil di tangan Deman mengerah ke tempat diantara semak semak di ujung taman, tapi pisau tersebut berhasil dibelokkan oleh sarung pedang milik samurai berbaju biru muda dengan garis garis gunung putih di ujung lenganya . "Cih !"

"Hebat juga, Ternyata penjaga rumah ini tak bisa dianggap remeh"

Deman tidak berpikir panjang untuk menyerang, akan tetapi ketika ia hendak meluncurkan serangan dengan pisau pisaunya rekan rekan samurai tersebut sudah menghadangnya.

"Siapa kalian?"

"Sebelum memperkenalkan diri bukankah lebih sopan kalau kau memperkenalkan dirimu terlebih dahulu?

"Tamu tak diundang seperti kalian tidak pantas berkata seperti itu" hardiknya

"Kau benar, watashi no namae Aoshi higamori anggota divisi 2 shinsengumi atas perintah dari kapten Nagakura Shinpachi"

"My name Deman, remember that karena itu akan menjadi nama terakir yang akan kau ingat sebelum ajalmu"

Karena keributan keributan tadi membuat para pengawal yang masih tersisa di rumah tersebut berkumpul dan mulailah pertarungan antara kedua belah pihak yang sama sama royal. Antara pedang dan senjata api.

  

"Matur suwun pak, kula badhe tindak" aku pergi dari rumah tempatku singgah selama beberapa hari ini.

"Ati ati nang ndalan nduk, panggonan sing ko tuju kuwi gone wong..." belum sempat bapak itu melanjutkan kata katanya aku sudah bergi jauh, dan lagi aku tidak ingin membenci mereka apapun yang mereka lakukan.

Perjalanan semakin menyenangkan dan aku semakin tak sabar untuk bertemu sampai tanpa sadar aku sudah berada di dekat mansion itu. Langkahku yang kupercepat, berhenti sejenak memandang Mansion tersebut yang telah berubah semakin megah dengan paduan warna gold dan red crimson yang elegan menutupi cet cet putih tua yang telah pudar. Ditambah lagi maid maid di rumah tersebut semakin banyak dan tanpa penjaga. Tapi aku tak mau ambil pusing dengan tertangkap jadi kuputuskan untuk mengendap endap.

"Bahkan sudah ada air mancur" kesalku karena dulu taman ini benar benar membosankan tapi sekarang bisa secantik ini

"Siapa ?" tanpa diduga ternyata di dekat tempat tersebut ada beberapa orang yang sedang memetik bunga bunga, salah satu diantaranya adalah Deman

"Kau hidup?!" wajahnya menunjukkan sedikit keterkejutan

"Ya sepertinya begitu, aku bahkan..."belum sempat aku menyelesaikan kata kataku

"Pergi dari sini! Jangan pernah tunjukkan wajahmu lagi di tempat ini bahkan di depan tuan Josephein!" raut wajahnya berubah, ia benar benar marah bahkan maid yang ada di sampiangnya juga terkejut.

"Apa maksudmu?"

"Tuan Josephein sudah menikah! Hanya itu yang perlu kau tahu"

"Tidak mungkin! Aku ingin bica..."

"Tidak ada gunanya, dia sudah pergi...biar kuberitahu kau satu hal" ia menghea nafas "menyerahlah"

Kata katanya benar benar memukul perasaanku, tak ada yang kukatakan lagi entah kenapa kakiku hanya ingin melangkah pergi dari sana meski sesekali mataku tak dapat menglek dari tempat itu terlebih air mataku tak dapat berhenti dan aku tak ingin ada yang melihatnya. Aku hanya ingin mencari tempat yang damai dan kutemukan sebuah pohon besar untuk bersandar dan menangis melepaskan perasaanku.

CREEESEK CRESEEEK

Ada sesuatu di belakang semak semak tersebut, buru buru aku menghapus air mataku takut ada yang melihat. Dan ternyata yang ada di sana adalah...

  