"Ini sudah berakhir. . ." Pria itu menghela nafas sambari mengangkat kedua bahunya, nampaknya ia sudah menyerah ketika ia sadar dan mendapati teman temannya telah tewas mengenaskan terkena hujaman pisau dan peluru. Sepertinya ia siap untuk tertidur , tertidur untuk selamanya.
"Kau baik baik saja? Astagfirullah! Kau mengeluarkan banyak sekali darah" seorang wanita keluar dari semak semak dan menghampirinya. Kau yang dipenginapan waktu itu... batinnya dan iapun terbangun.
"Kalau ada dokter atau paling tidak tabib...mungkin saja aku bisa membawamu....tapi apa sempat?! Arghhhh...!!! benar benar menyusahkan... kalau saja ada sinyal hp..." wanita itu benar benar panik sembari tangannya memegangi luka tusukan di perut pria tersebut untuk menghentikan pendarahan.
"Eto...Kalau kau ingin menolongku kau bisa membawakanku obat obatan yang ada di kantung itu" ucap pria itu gemetar dan terbata bata sembari menunjuk kantung itu berada tapi dia menunjuk ke arah mayat temannya di ujung sana.
"Kau bisa bicara? Syukurlah...tapi kalau kulepas maka pendarahannya..."
"Selandang... kau bisa menggunakan selendang di pinggangku, ikatlah dengan kencang" Wanita itu segera melakukan apa yang pria itu katakan kemudian ia pergi mencari kantong tersebut namun ia tidak menemukannya.
"Maaf dimana tadi kantongnya!!" wanita itu berteriak, kemudian pria itu menjawabnya dengan isyarat karena ia tahu ia sudah tidak dapat lagi berteriak, ia menunjuk kearah seseorang di dekat wanita itu kemudian menunjuk ke arah kimono hitam yang dikenakannya.Wanita itu mengerti apa yang ingin dikatakan pria tersebut, meski begitu ia terlihat sedikit miris untuk berada diantara tumpukan mayat terlebih lagi harus mengeledah tubuh mayat yang sudah tercabik cabik dan sepertinya ia benar benar ingin muntah tapi apa boleh buat sekilas ia mengok ke arak pria sekarat tersebut dan memberanikan diri.
Semiggu sudah berlalu sejak kejadian itu....
"Kau masih punya uang untuk membayar penginapan ini?"
"Kalau ditambah uang milik temanku yang sudah terbunuh, aku rasa masih cukup"
"Begitu ya.. Sepertinya tinggal sedikit. Hmmm.. Aku rasa ini sudah saatnya kita meninggalkan tempat ini...lukamu sudah sembuh kan?"
"Aku setuju, dan kemana kita akan pergi?"
"Ada tempat yang ingin kutuju, kau tdak keberatankan?"
"Aku masih berhutang nyawa padamu, selama itu dapat menebusnya aku tidak masalah"
"Kalau begitu sudah diputuskan! Dan satu lagi, ganti bajumu!"
"Apa?!"
Beberapa saat kemudian....
"Tidak heran kau begitu menarik banyak perhatian...pakaian apa ini?"
"Aku membuatnya sendiri lho... kupikir kau yang anggota shinsengumi akan menyukainya, aku membuatnya berdasarkan desain milik Saito Hajime di Hakuouki Shinsengumi, meski sedikit kurubah karena keterbatasan jadi berterima kasihlah" ia tertawa kecil
"Itu sebabnya kau meminjam uang kepadaku sebelumnya,"
"Kain yang kubeli hanya untuk pakaian khusus untuk diriku, tapi yang kau pakai itu adalah rombakan dari kimono yang kalian gunakan"
"Aku tidak menyangka kau melakukan hal semengerikan itu, kukira bahkan kau takut untuk melihat mayat mereka,"
"Aku selalu berusaha mengatasi rasa takutku, dengan menghadapinya atau dengan membunuhnya"
"Entah aku harus marah atau justru berterima kasih, jiwa mereka masih ada di sini" ia memegang helaian pakaian yang ada di depan dadanya.
"Ayo berkemas"
"Beraninya kau!" Seorang pria di ujung kerumunan itu nampaknya sedang menghardik seseorang yang membuatnya marah.
"Seenaknya mengubah namaku kedalam gaya bahasa rendahmu! Nama memiliki nilai seni tersendiri jadi ucapkan dengan benar !" Dan pria itu adalah Josephein dengan Anna dibelakangnyayang sedang menikmati jamuan teh bersama di rumah seorang priyayi.
"Orang inggeris, mereka selalu merasa yang terhebat dengan ideologi konyol mereka"
"Kau sangat tidak menyukai mereka ya Ao?"
"Ya," ucapmya tajam kemudian ia memperhatikan ekspresi wanita di sampingnya.
"Kau mengenalnya?"
Wanita itu membenamkan wajahnya dan segera pergi dari tempat itu, pria itu Aoshi kemudan megikutinya.
"Sudah sampai"
"Bangunan tua ini, siapa yang ingin kau temui?"
"Teman lama, mau jalan jalan sambil menemaniku mencarinya?"
"Apa boleh buat"
Mereka mulai menelusuri bagunan tua tersebut, di depan mereka berdiri tugu dengan papan nama Al-Huda. Menelusuri bangunan itu, bangunan yang sudah tidak berpenghuni dimulai dari setiap ruangan ruangan yang dihiasi lukisan kaligrafi sederhana.
"Tidak ada seorangpun disini, kita periksa ke hutan" ajak Aoshi
Mereka pun memeriksa hutan, dan yang mereka temukan bukannya seseorang melainkan sisa sisa tempat latihan silat yang terbakar. Ekspresi wajah wanita itupun semakin murung ditenggelamkan kedalam kesedihannya.
Malam sudah tiba, tidak ada yang dapat mereka temukan saat ini. Nyala api unggun terlihat sangat terang diantara puing puing bangunan tua memantulkam sinar keerahan api dari kedua mata mereka.
"Itu menjelaskan semuanya antara kau dan orang inggeris tersebut?"
"Jika kau ingin menertawakan cinta konyolku silakan saja tertawa"
"Itu tidak lucu, percayalah... aku juga memilikki seseorang yang menungguku..."
"Benarkah?! Ayo ceritakan.. aku mendengarkan"
"Namanya Hanabi Izumo, dia seorang putri yang sangat cantik... kami bertemu saat festival kembang api di Kyoto" ia tertawa kecil "lucu, awalnya padahal awalnya ia mencoba menghindariku"
"Apa yang terjadi? Aku pernah membaca sebuah artikel bahwa kalian bertugas seperti polisi jalan atau semacamnya... harusnya ia merasa terlindungi bukan?"
Ia terdiam sejenak "Meskipun tugas kami untuk melindungi warga kyoto akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa disisi lain kami adalah rōnin pembunuh. Selain itu sebagian besar orang di Kyoto adalah anti bakufu dan pro Choushuu jadi agak sulit bagi kami"
"Aku mengerti, selanjutnya apa yang terjadi diantara kalian berdua?"
"Setelah itu kami sering bertemu secara diam diam karena tidak ingin menarik banyak perhatian. Bagaimanapun dia seorang putri meskipun dari keluarga bangsawan kecil. Tak lama kemudian aku menemui orang tuanya untuk melamar Izumo tapi hal itu justru membuat hubungan kami semakin sulit. Tapi kemudian ada kesempatan, Shinsengumi mendapat misi khusus dari Keshogunan Tokugawa untuk melemahkan pertahanan pasukan sekutu yang ditempatkan di negara jajahan...."
"Tunggu... jadi maksudmu ini seperti misi rahasia? Kenapa kau menceritakannya padaku? Kukira kalian para anjing bakufu harusnya..."
"Jangan pernah panggil kami dengan sebutan itu! memang saat ini kami berada di sisi tokugawa bakufu tapi aku masih tidak mengerti kanapa?! Padahal pada awal dibentuknya shinsengumi bertujuan untuk menggulingkan clan bakufu yang menentang imprealis"
"Maaf... aku tidak bermaksud. Jadi intinya kalian orang jepang dapat menggulingkan kekuasaan kolonial Belanda yang sudah berkuasa selama 350 tahun disini dengan pembantaian dari dalam?Dan jika kau, kalian berhasil maka secara resmi kau bisa mendapatkan Izumo"
"Benar, sayangnya seperti yang kau ketahui kelompok kami sudah gagal. Damen, butler di rumah itu sangat kuat seperti yang kau ceritakan, dia dan orang orangnyalah yang membunuh rekan rekanku" pria itu mengepalkan tangannya menahan marah.
"Kau masih punya kesempatan mendapatkan Izumo dengan kebanggaan, asalkan rekan rekanmu berhasil memenangkan perang mereka di tempat lain. Itulah keunggulan berkelompok" balas wanita itu berniat untuk menghibur pria di depannya dan pria itupun membalasnya dengan senyuman akan tetapi flash back ingatan pria tersebut ketika seorang pria bernama Hijikata Toshizo sedang membacakan aturan aturan dalam shinsengumi yang membuatnya risau.
"...Jika seorang anggota Shinsengumi maju ke pertempuran melawan seorang asing, apakah sedang bertugas atau tidak, jika dia terluka dan tidak dapat membunuh musuhnya, membiarkan dia melarikan diri, meski hanya terluka di punggung, seppuku tetap diperintahkan."