Chereads / Pematik Waktu / Chapter 10 - La Rogue de Amor

Chapter 10 - La Rogue de Amor

Hampir satu tahun berlalu semenjak kejadian itu, semuanya telah kembali seperti semula. Semuanya, tapi tidak untuk pemuda berambut pirang dan berkulit pucat yang sedang duduk melamun memandangi bunga bunga mawar yang masih terawat dengan baiknya berkat bantuan kepala pembantu rumah tangganya, Deman.

"Sayang... sepertinya akan turun hujan, ayo kita masuk" ajak seorang wanita berpenampilan sederhana ala nona belanda, goresan lipbross tipisnya dan make up natural semakin mempercantik keanggunan wanita ini. Tapi itu tidak juga membuat pria tersebut bicara, wanita itu hanya menghela nafas kemudian pergi meninggalkan pria tersebut... meninggalkan secangkir kopi hangat yang dibawanya tadi.

  

Sementara itu, di sebuah perkampungan yang tersembunyi dalam belantara hutan yang lebat setiap orang yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Beberapa pria sedang bercakap cakap

"Jadi kemana sasaran kita selanjutnya?" tanya seorang dari mereka yang sedang merokok.

"Aku dengar akan ada pengiriman emas dari Blabag ke Batavia" balas seseorang lainnya yang tengah berdiri dengan bantuan kayu penyangga.

"kalau begitu sudah diputuskan," tegas perokok tersebut

"Tidakkah ini benar menurutmu kakak?" ragu seorang lagi yang paling muda diantara mereka semua Supri.

"Kau tau tidak ada pilihan lain lagi..." jawab si pincang tersebut yang ternyata adalah "...kita ini sudah tidak punya harta benda lagi, jadi tidak ada salahnya mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kita" tegasnya lagi

"Anggap saja ini karma bagi mereka, Ragil..." seru seorang pria yang mendatangi mereka membawa sekantung penuh uang meskipun dengan luka yang diperban di lengannya dan tubuh yang penuh dengan goresan luka.

"Maksum!" kaget mereka bersama sama

  

"Aku harap masakanku dapat mengubah peerasaannnya" batin seorang perempuan yang sedang memasak dengan cerianya, sementara di samipngnya berdiri seorang pria berambut pendek mengenakan pakaian sederhana dan kain yang melindunginya dari noda dsembaari mengamati apa saja yang tengah di masak nona mudanya tersebut, dari kesegaran sayur mayur sampai kesedapan bumbu dapat diciumnya, menunjukkan bahwa ia adalah seorang profesional.

Kini masakan sudah siap untuk disajikan kepada kekasihnya. Meja makan juga telah ditata sedemikian rapinya dengan aneka bunga dan lilin lilin dengan apinya yang temaram, ditambah segelan anggur berkwalitas tinggi di meja tersebut.

"Bukankah seharusnya nona mencicipinya dahulu?"

"Tidak ! akan lebih spesial kalau Jo yang mencicipinya pertama kali" bantah perempuan tersebut, pelayan itu hanya menurut.

Akhirnya sosok yang ditunggu tunggu kini telah datang juga, melewati pintu tanpa sepatah kata salam dari mulutnya. Wajahnya yang tanpa ekspresi langsung duduk menyantap makanan setelah menyerahkan barang barangnya pada sang butler. Ia menatap wajah perempuan di depannya sekias dan sekilas itu pua ia kehilangan selera makannya, mengetahui bahwa perempuan itulah yang ttelah memasak sup tersebut.

"Aku kehilangan selera makan, Deman! Sudah kau siapkan arsip yang aku minta?" pria tersebut mencoba mengalihkan perhatiannya pada sang butler.

"Sudah saya siapkan di meja anda tuan" jawabnya singkat

Sementara kedua laki laki tersebut saling berbicara, perempuan cantik yang juga sedang berada di sana justru menenggelamkan wajahnya, menitikkan air mata dan bergegas pergi dari tempat dimana ia tidak dipedulikan. "Dasar bodoh!" batinnya.

Sang butler yang menyadari hal itu kemudian mempertanyakan tuannya.

"Tidakkah itu terlalu kasar untuk seorang wanita? Meskipun masakannya tidak enak?"

"Aku hanya berkata kehilangan selera makanan bukan berarti masakannya kurang enak" Balas Jo sambil menyingkirkan semangkuk sup tersebut yang kemudian dicicipi oleh Deman. Lezat...

"Kumohon tuan mempertimbangkan kembali kata kata tuan pada Nona Anna, aku tahu tuan masih belum bisa melupakan wanita itu...akan tetapi Nona Anna adalah istri tuan sekarang, dan ini juga untuk kepentingan hubungan keluarga tuan dengan keluarga Vermouth" Jo tampak berpikir serius mengenai hal tersebut, memang sudah lama hubungan keluarga Sebastian dan Vermouth terjalin dengan baik. Dan bisa dikatakan bahwa keluarga Sebastian sangat berhutang budi pada keluarga Vermouth yang telah membantu mereka memberikan sumbangan dana yang tergolong besar untuk proyek yang bernilai jutaan Euro. Hal itulah yang menyebabkan adanya perjanjian perjodohan antara kedua anak dari masing masing keluarga mereka agar bisnis ini dapat terus berjalan.

"Aku mengerti, kau tidak perlu mengatakannya berulang kali!" kesal Jo sebelum meninggalkan tempat itu menggeser kursi yang sebelumnya ia duduki ke arah belakang dengan keras kemudian ia benar benar pergi pergi.

  

Sebuah kereta klasik yang ditarik oleh empat ekor kuda saat ini sedang melewati sebuah jalanan tandus yang telah dipenuhi oleh sampah sampah dedaunan yang telah meranggas. Suara hentakan tapal kuda dipadukan oleh kerasnya ratak ratakan tanah saat itu bagaikan suara alunan lonceng yang merdu, menggema di setiap batang batang pohon hutan kering ini. Menjadikannya daya tarik yang memikat untuk memiliki setiap sen harta yang berada dalam kereta tersebut. Salah satunya kawanan pencuri yang mashyur karena telah berhasil menggondol harta harta para priyayi kaya nan sombong di daerah tersebut. Tak ayal kini mereka tengah bergelantungan di ranting ranting pohon kering ataupun ada juga yang tengah mengendap endap di semak semak belukar bagaikan ular yang terlihat menyatu dengan tanah.

Tak berselang lama setelah pemimpin mereka memberikan aba aba untuk menyerang dengan sangat cekatan mereka berhasil mengambil alih kreta tersebut hanya beranggotakan sepuluh orang laki laki bersenjata, sedangkan kusir dan beberapa pengawal kreta tesebut tengah terikat tidak berdaya. Kini kawanan pencuri tersebut hendak kembali ke kampung mereka yang berada di tengah hutan sembari membawa hasil jarahan mereka yang berupa beberapa karung hasil panen, uang dan perhiasan.

"Tak kusangka hasil jarahan kita kali ini sangat besar!" ucap salah seorang pria bertubuh besar yang mententeng dua karung hasil panen.

"Ini semua berkat taktik dari Supri untuk penyerangan secara acak sehingga membuat mereka lengah, padahal barang barang yang mereka kirimkan sebanyak ini tapi dengan penjagaan payah seperti itu!" pria itu kemudian tertawa keras, pria yang memimpin mereka adalah Maksum " Setelah samapai akan kuberi bocah itu hadiah"

"kau benar juga bang, sayang sejak kejadian terakhir di pesantren membuatnya tak bisa berjalan, padahal ia sangat pandai... untungnya adiknya Ragil masih ada dan kini sedang bertugas menjaga desa" balas pria lainnya.

Ketika mereka sedang sibuk berbicara, sesosok pria keluar dari kegelapan malam berdiri tegak di depan mereka. Sosoknya yang tertutup bayang bayang pepohonan kini samar samar menampakkan wujudnya, Pria berambut hitam pendek mengenakan jubah nazi.

Tanpa bicara panjang lebar kawana pencuri tersebut yang menganggap ia adalah musuh segera meluncurkan serangan secara bertubi tubi dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Namun, serangan serangna tersebut hanyalah sia sia.. tak satupun dari mereka dapat melukai pria tersebut, pergerakannya yang begitu cepat bahkan tak terlihat oleh mata manusia. Kemudian ia pergi menghilang dengan sangat cepat seakan ditelan oleh udara setelah ia mengambil beberapa makanan dan buah buahan yang dibawa oleh kawanan pencuri tersebut yang kini tengah berdiri mematung seprti baru saja melihat mahluk halus di depan mereka.

"Siapa dia sebenarnya... Apa dia benar benar manusia?" kaget maksum setelah sekantung makanan yang ia bawa telah diambilnya begitu saja dan kini wajah pria tersebut telah benar benar pucat pasi.

  

Tok tok tok

Tidak juga ada jawaban dari dalam kamar tersebut, orang itu juga tahu bahwa yang didalam juga sedang kesal padanya. Ia kemudian membuka pintu kamar yang gelap gulita tersebut secara hati hati dan perlahan, hampir tanpa suara.

"Tidakkah itu menyenangkan? Kau datang untuk menghiburku" peluk Anna tiba tiba dari belakang pintu dan mengagetkan Jo.

"Kau tidak marah?" balasnya sambil mencoba melepaskan pelukan wanita tersebut.

"Tentu saja aku sangat marah, tapi memangnya ada cara lain menjadi istri orang kejam sepertimu" Jo tersenyum kecil mendengar itu.

"Hanya untuk malam ini" ia menatap wajah terkejut Anna yang memerah kemudian membelai rambut wanita itu, masih dengan tatapan ragu.

"Someday I can be with you, With that belief... I let go of my hand" batinnya

  