Chereads / Pematik Waktu / Chapter 6 - Nyanyian (2)

Chapter 6 - Nyanyian (2)

Hujan masih deras, seriap titik hujan menghujam tubuhku dengan rasa dinginnya yang memberi kehidupan. Setiap tetesnya yang melewati celah celah pori-poriku mengalirkan dukaku... membawanya ke samudra luas entah kapan akan kembali padaku sebagai hujan lagi. Semalam sudah berlalu, aku memang bisa menutup mataku layaknya tertidur akan tetapi pikairanku masih melayang meratapi kajadian kejadian yang telah berlalu.

"Ssst...Tuan muda Josephein, pesan anda untuk Tuan besar telah diterima, mereka telah mengirim bala tentara" bisik salah seorang praurit yang baru saja memasuki gudang.

"Minta ayah menjemputku terlebih dahulu" perintah Jo, kemudian prajurit itu bergegas keluar.

Subuh telah tiba, aku telah berkemas untuk kembali ke mansion. Mengenakan gaun merah pemberian Jo, kukira dia pasti akan senang melihatku feminim. Tanpa diduga duga Lord Sebastian datang bersama sekelompok pasukan bersenjata yang besar, mengepung pesantren ini... tanpa belas kasihan menyerang dan menghancurkan tampat ini setelah menemukan Jo. Semua dalam kepanikan, mencoba melawan tapi justru korban yang berjatuhan. Dari kejauhan Jo tampak senang. Ia seperti orang yang begitu kejam tapi juga menawan. Tidak seperti yang aku kenal sebelumnya.

Akhirnya kami semua tertangkap, tapi sebagian dari kami telah tewas... bahkan para pejuang yang dilatih untuk melawan berakhir pada sebuah kenyataan tak terelakkan. Akankah hari ini adalah hari itu? hari kematianku... syukurlah meski sebentar tapi ini merupakan akhir yang aku harapkan. Akupun pasrah tak perlu untuk melawan, peristiwa yang aku alami sudah cukup sebagai kenangan yang manis dari Allah.

"Kita tidak perlu tawanan, cukup musnahkan mereka maka tidak akan ada yang berani lagi menentang kekuasaanku" perintah Lord Sebastian, Ia juga melihatku di antara para tahanan ini.

"As I guess... memang sulit mempercayai tipe orang sepertimu, tapi kau telah bekerja dengan baik, aku hargai itu... saatnya ucapkan selamat tinggal" Lord Sebastian sudah siap dengan senjatanya bersiap menembakku tepat di kepala.

"Tunggu Ayah! Kau sudah berjanji untuk membiarkannya di tetap hidup... kumohon tepati itu" cegah Jo. Sekilas ia menatap kearahku dengan muka memerah, ternyata ia sadar aku mengenakan gaun tersebut sepesial untuk dirinya tapi kemudian ia langsung mengalihkan tatapan tajamnya pada sang ayah yang sedang dalam level kemarahan tertingginya. Meski marah Lord Sebastian masih terlihat berwibawa dan anggun tidak berkata kasar ataupun melakukan tidakan kekerasan melainkan menyindir yang langsung menusuk tepat ke perasaan dan membunuh sekejab tanpa ampun.

"Ah' anakkku... aku sampai lupa, ingat yang kukatakan? Untuk menjadi seorang yang berkuasa kau tidak perlu hati, yang kau perlukan hanyalah kekuatan untuk menjatuhkan yang lain" Lord Sebastianpun memberikan senjatanya pada Jo

"Tembak dia, anakku.... kau tidak mencintainya'kan, kau sudah dijodohkan ingat itu!"

Jo gemetaran, semua menyaksikan... ia menambak! Tapi bukan aku melainkan prajuritnya yang sedang menodongkan senjatanya tepat di belakangku. Semuanya tersentak terutama si Maksum dan Pak tua yang sejak awal sudah babak belur dihajar Jo sedangkan para santri perempuan yang sedang panik semakin berteriak histeris karena kajadian tiba tiba tersebut.

"Ayah... kau benar, bahkan untuk melindungi orang yang kita cintai kita perlu untuk menjadi jahat" ayah Jo terkejut sedangkan mata jo yang masih tajam membidik sasaran, ayahnya sendiri dan mulai berlinang air mata.

"Hentikan ! Jo Hentikan! Sudah cukup...." tangisku mengalir melihatnya seperti itu...

"Fate... kenapa?" tanya Jo, Kini air mata itu mengalir dengan derasnya

"Bunuhlah aku Jo....Kumohon..." pintaku

"Tapi..."

"Sudahlah, lakukan saja... tidak apa apa, aku akan menutup mata sambil menyanyikan lagu untuk adikku dan juga untukmu... sehingga ketika aku menemui malaikat nanti, aku dapat berkata bahwa aku mencintaimu Jo... Biarkanlah aku mati dengan bahagia.... Jika Allah mengizinkan, bila kelak engkau dan diriku memasuki surga yang sama...sehingga cinta kita dalam keabadian maka, biarlah maut memisahkan kita...."

Tubuhnya lemas lunglai, kakinya sudah tidak sanggup lagi untuk menopang berat tubuhnya kerena gemetar yang begitu dahsyat menyeruak, mengalir bagaikan arus listrik bertegangan tinggi. Kini ia jatuh terduduk, menatapku lemas dan penuh keprihatinan, mengulurkan tangannya untuk membelai sekitar rambut dan pipiki, bergerak memutar hingga sampai kedekat mataku kemudian menutupnya dengan telapak tangan dan jari jari panjangnya yang terasa halus dan sedingin es.

Aku mulai mennyanyi .

.....

Tatoe sekai no subete ga

Kimi no teki ni narou tomo

Boku ga kimi wo mamoru kara

Kimi wa soko de waratteite

.....

• Tejemahan.

Meski semua dunia

menjadi musuhmu

Aku akan melindungimu, jadi

Kamu harus di sini dan tersenyum

"Maaf..." Jo menarik pelatuknya, peluru telah ia tembakkan tepat ke bagian kepala agar kematian ini tidak terlalu lama

"Terima kasih Jo..." kajadian yang mendebarkanpun telah terjadi, Tepat sebelum peluru itu mengenai kepalanya, gadis itu tiba tiba menghilang bagaikan debu. Jo yan¬¬g melihat hal itu buru buru berusaha memeluk tubuh wanita itu, tapi tidak sempat hanya deburan debu emas yang bertebaran menyelimuti dirinya.