Chereads / not a same / Chapter 7 - Aku Dan belasan ribu kilo meter jarak kita

Chapter 7 - Aku Dan belasan ribu kilo meter jarak kita

Gadis side

11.765 km jarak yang akan aku tempuh dini hari ini. Sekitar 18 jam lebih akan aku habiskan di udara. Dengan rasa sakit yang mungkin akan selalu aku ingat ntah sampai kapan. Alya lari menjauh dariku dan lagi aku menyakitinya. Dan lagi, yang aku bisa hanya mengutuki ketidak mampuanku. Aku menyalahkan reflect tanganku yang mendorong nya menjauh dariku.

Aku menyalahi semua debu yang menghalangi ku, Aku meyalahkan risau yang memberi banyak gambaran kengerian yang ia ciptakan tanpa persetujuanku.

18 jam akan aku coba untuk melupakan nya. 18 jam waktu yang akan aku pakai untuk memperbaiki hatiku dan meriset ulang semua Yang telah Aku lalui dalam hidupku seolah kejadian itu tidak pernah terjadi, Dan Hanya Angin lalu.

18 jam ya mampukah 18 jam INI menghapus rasaku yang telah ku simpan selama ratusan hari. Setidaknya aku mencoba bukan?. Setidaknya ada tekat. Bukankah orang bilang usaha tak pernah menghianati hasil. Aku cukup mempercayai pepatah itu. Ya aku akan mencoba.

*****

6 bulan kemudian.

"Jadi kamu bakal extends visa  disana? " Tanya anya nun jauh disana.

Walau jauh dan terpisah dengan selang waktu, kami masih menyempatkan diri video call atau sekedar pm wa.

"Bukan extends sih. Aku mau ubah jadi visa belajar nya jadi bisa belajar sambil kerja" ujarku

Setengah tahun kuliah disini aku iseng melamar kerja di salahsatu perusahaan yang lumayan bergengsi tadinya aku hanya melamar sebagai kariawan magang. Namun tidak disangka prusaan sangat welcome padaku HR bilang ada kemungkinan aku bisa jadi kariawan tetap bila kinerjaku memuaskan. Mereka bahkan mau membantuku mengubah visaku dan tak masalah dengan status mahasiswaku yang tinggal menghitung bulan.

6 bulan belakangan aku sangat sibuk menyusun skripsiku sambil kuliah. Kekuatan untuk menghapus kenangan membantuku bekerja bagai kuda. Beberapa kali kelenjar darah di hidungku bahkan pecah. Bahkan saat kakak datang menengok ku bersama anya aku tak bisa menemani mereka berliburan. Ah aku menjadi bukan aku. Aku yang tak perduli dengan hidup ini bahkan bisa sejauh ini melangkah. Beberapa kali ayah menelepon menyuruhku ini dan itu. Memastikan anak perempuannya tak melakukan hal aneh .

Ah sudah 6 bulan bahkan dengan

Alya? Semenjak hari itu kami hilang kontak. Aku hanya mendengar kabarnya dari ujo atau dava yang tampaknya rajin menengokinya di apartment barunya. Sesekali ujo menanyakan mengapa kami tak saling menghubungi. Dan kesibukan ku menjadi alasan yang paling tepat untuk menghindarinya. Karena selama ini pun jika bukan mereka yang di tanah air yang menghubungiku aku bahkan tak punya kesempatan untuk menghubingi mereka

Aku pikir  bekerja segila ini bisa menghapus kenangan ku tentang alya. Namun ternyata tidak. Saat malam datang aku hanya menatap kosong samping dipan ku berharap alya ada disana memeluk ku saat lelah. Dan saat itu membawaku pada kenangan-kenangan yang kulalui bersamanya. Ah aku sudah seberusaha sekeras ini namun hasil masih enggan menghampiri.

****

"Ok miss gadis, this you're desk. And its Ruben, he will be you're partner" ujar miss Steven seraya memperkenalkan ku pada seseorang yang duduk di sebelah mejaku. Ia tersenyum ramah. Menuntunku tentang apa yang akan dikerjakan nanti. Ruben seorang laki-laki Manchester yang sangat ramah tak sekalipun aku melihatnya marah atau terlihat kesal. Pembawaan nya sangat tenang namun bekerja dengan luwes.

Disuaktu waktu ruben bahkan mencoba untuk membantu ku mengerjakan pekerjaan ku. Padahal pekerjaan nya juga masih sangat banyak.

"Gadis, you have time this week?"

Ruben

"Aku ada kuliah di hari sabtu, dan minggu aku garus mengerjakan tumpukan tugas." Ujarku lemas.

" Wow sibuk ya,"

Aku hanya tersenyum hambar

"Bagaimana jika aku bantu mengerjakan tugasmu di hari minggu? " Mataku terbuka lebar ah dengan senang hati aku mengangguk. dengan kepintarannya ruben pasti bisa mengerjakan tugasku dengan cepat bahkan sambil tidur.

"Benarkah?" Ujarku bahagia.

"Ya I'll go to your apartment, tapi sebagai gantinya kamu harus traktir aku makan."

"With my pleasure" senyumku lebar.

Ah hari-hari ku yang sibuk perlahan mulai stabil  hampir satu tahun sudah aku di sini. Di manchaster yang mulai aku bisa nikmati. Janji ujo dan deva untuk menengoki ku disini tak pernah terealisasi kesibukan mereka disana menghalangi mereka untuk berlibur kesini. Dulu saat pertama kali aku disini aku merasa sepi. Namun kini semenjak aku berkerja dan mengenal ruben hari-hari ku mulai membaik. Ia banyak membantuku dalam tugas kuliah dan pekerjaan kantor. Mengajak ku bergaul dalam lingkungan nya atau kami hanya sekedar mengabiskan waktu berdua .naik sepeda mengelilingi manchaster yang eksotik, berjalan-jalan di town hall atau sekedar duduk duduk di taman sambil bejemur.

"Ruben why u never ask me to watch football together?" Tanya ku iseng. Padahal aku tau ruben tak seperti  lelaki manchaster kebanyakan yang kecanduan bola. Ia lebih senang mengajak ku nonton opera atau ke gallery seni.

"Owh apakah kamu ingin? " Tanyanya kemudian canggung. Aku yang tak terlalu mengerti bola hanya tersenyum dan menggeleng. Membuat ruben tenang

"So you pass your probation? " Ruben

"Hmp. Now I be your real partner" ujar ku kemudian. Ruben tampak tersenyum bangga . Ia tampak mengeluarkan sesuatu dan mengoncongkan nya padaku

"Apa ini?" Aku

"Hadiah " ruben

Aku membuka kotak yang ruben beri. Sebuah kalung berwarna silver sengan liontin kecil berbentu hati. Aku mengeluarkannya dan memandang ruben tak mengerti.

"Will you be my real partner gadis?" Tanyanya kemudian. Ntah apa yang aku pikirkan. Mungkin ini cara yang tepat untuk melupakan masalaluku. Aku pun mengangguk pelan. Senyum sumringah terpancar dari wajah ruben. Ia pun memakaikan kalung itu. Lalu perlahan mencium ku dengan lembut. Aku tak tau ini benar atau salah entah mengapa di saat seperti ini aku selalu memanfaatkan kebaikan orang lain untuk meredakan rasa kacauku. Ah dia laki-laki kedua yang menjadi pelarianku. Tidak seperti dulu kali ini aku akan mencoba untuk tidak menyerah pada hubungan ini. Aku meneguhkan hatiku bahwa yang aku punya dan butuhkan saat ini hanyalah ruben.

Kuliah ku telah beres aku memutuskan untuk tidak mengikuti wisuda di kampus utamaku. Ujo dan davi telah mengurus semua yang aku butuhkan untuk ijazah ku. Dan aku sudah memiliki pekerjaan tetap disini dan paling penting seseorang yang selalu ada untuk ku . Seharusnya aku sudah merasa cukup bukan?. Ya aku merasa cukup. Aku memutuskan untuk tetap disini dan tak kembali kesana. Aku takut bila aku kembali kesana nanti hatiku akan goyah lalu. Ah sudahlah. Aku hanya akan merasa cukup sekarang.