Chereads / not a same / Chapter 5 - if you have to

Chapter 5 - if you have to

Satu tahun berlalu, telah ribuan cara ku lakukan untuk menutupi perasaan yang aku pendam pada gadis.

Aku memutuskan untuk tak mengurangi prilaku manjaku, Dan gadis tidak pernah sekalipun menjauhiku. Ya Aku tau, Aku harus bersyukur untuk segala yang telah terjadi.

Bukan kah Aku Sangat beruntung. kini Bahkan gadis seperti mencurahkan segala perhatiannya terhadap diriku. rasanya Sekarang baginya aku mungkin anak kecil yang harus selalu Dia lindungi Dan diperhatikan setiap saat.

Ah aku bahkan tidak perduli dengan apapun itu, selama aku bisa dekat dengan nya maku Aku menjadi aku yang tak perduli dengan apa yang ada dipikiran gadis tentang ku. 

Namun kini. Ntah lah drama di hati ku mungkin akan dimulai lagi, semesta seperti mulai memberi sinyal muram untuk Ku.

Ntah sejak kapan. Gadis tiba-tiba saja bilang dia harus pindah keluar negri. Dan bodohnya Aku tak pernah tau bahwa dia sebenarnya mengambil double degrees selama ini. Dan ternyata Masa kuliah nya hanya tinggal satu tahun lagi.

Dan lalu satu tahun itu akan dia habiskan di kampus keduanya, Dan lebih membuatku terpuruk second University nya Tidak Di negri ini .

Aku tidak tau harus bangga atau apa, yang jelas hatiku sangat kacau, Dan terpuruk. Aku tak bisa, benar-benar tidak bisa jauh darinya. Aku mulai linglung rasanya jutaan kekhawatiran mengetuk hati ku yang selama ini bisa aku kendalikan, ribuan gusar, ribuan bimbang, rubuan Tanya. Aku mulai hilang akal.

Bagaimana jika dia menemukan cintanya disana?, bagaimana jika dia akan terlalu sibuk untuk berbicara denganku?. Bagaimana jika....? Bagaimana jika.... ?Ah semua pertanyaan itu mulai bernyanyi dalam Otakku Seolah suara genderang yang memburu Dan mulai menghantuiku.

"Jadi loe kapan pindah?" Ujar ujo sambil mengunyah ayam penyetnya yang tinggal tulang belulang yang Tak berbentuk

"Minggu depan" ujar gadis yang terlihat sibuk membereskan banyak berkas yang berserakan di meja belajarnya Dan Di atas kasurnya.

"Wow secepat itu?" Deva membelalak Sambil menggigit daging ayam terakhirnya. memuntahkannya lalu menghambur kearah gadis

"We gonna miss you, neng" ujarnya sambil memeluk gadis dari belakang, melihat ITU ujo pun Tak Mau kalah langkah ia langsung susung menghambur walau ia masih memegang tulang ayam nya, yang sedari tadi ia jilat hingga tampak pucat.

"Apa sih lebay banget" gadis merasa tidak nyaman Dan mulai meronta berusaha keluar dari pelukan kedua sahabatnya.

lalu Seolah reflect Pandangan ujo beralih padaku yang sedari tadi terlihat sibuk mengetik dimeja belajarku, Padahal Aku Hanya Sok sibuk Dan ntah apa yang aku ketik yang jelas jariku memang mengetik namun hatiku tampak sedang Mengambil alih logikaku yang mulai kehilangan fungsi.

"Trus loe gimana dek? " Tanya ujo kemudian. Dan berhasil membuat Aku tersentak dan gelagapan mendengar pertanyaan ujo.

"Gw dah nemu temen kos baru untuk alya. Dia anak keguruan" ujar gadis menimpali

"Pacar si ketum mantan loe?" Tanya deva cepat. Dan hanya dijawab dengan anggukan oleh gadis.

"Gw juga kenal dia kok. Dia anak nya baik, Jadi loe bisa tenang ninggalin adek kita yang satu ini selama loe merantau ke negri nan jauh disana" ujar ujo Sambil menepuk-nepuk Bahu gadis. yang dibalas dengan Senyuman tipis oleh gadis. Dan ntah mengapa melihatnya membuatku sakit, ya Aku Bodoh Aku berharap gadis merasa berat pula melepasku. Namun harapanku seperti menipuku. gadis tersenyum. ia tersenyum ketika ia akan meninggalkan Aku dengan orang lain Di ruangan ini. Aku Menahan air mataku.

"Gw mau pindah ke apartment yang di tawarin bokap dulu" ujarku pelan. Dan nampaknya Membuat semua mata langsung tertuju padaku. 

Dulu saat aku memutuskan untuk ngekos Dan memilih untuk mencari kamar share room adalah untuk menemukan teman baru yang syukur-syukur bisa jadi sahabat baik Ku nantinya. Dan lebih dari ITU, beruntungnya aku bertemu dengan gadis yang ternyata bisa menjadi lebih dari sahabat Dan bahkan terlampau lebih.

Namun setelah gadis memutuskan untuk pindah secepat itu. Rasanya aku tak bisa share room dengan orang asing lain, tidak jika ITU Bukan dia.

"Lagian siapa yang bakal kuat sekamar sama anak manja kaya gw." Aku menarik napas pelan.

Gadis masih menatapku lekat, tatapannya seperti mengirim ribuan pertanyaan dari matanya yang tampak lelah...

******

Gadis side

Aku menatap alya lekat . entah bagaimana aKu menangkap getir dalam raut muka cantik itu. Aku, aku bukan nya tidak tau apa yang dia sembunyikan satu tahun belakangan ini. Semenjak ia sakit terakhir kali dan memeluk ku erat lalu memintaku untuk selalu ada untuknya, semua kejadian selama ini . Seolah menjelaskan teka-teki ku terhadapnya yang lama Aku pendam sendiri.

Aku, ya aku bukan seseorang yang tak peka dengan hal seperti ini. Tiba-tiba saja saat itu aku merasa seperti orang paling jahat. Aku tidak bisa menjauhi alya namun tidak bisa juga menerima perasaan nya.

Karena aku...

Akupun merasakan rasa yang sama sepertinya, ya Aku merasakannya, dan sepertinya pula dengan bodohnya ribuan kali aku mencoba menyangkal dan menutupinya. Seolah INI akan berlalu Dan menjadi Hal yang Tak penting lagi untuk Di pikirkan.

Aku selalu yakin bahwa Ini bukan sesuatu yang benar untuk Di terima bahkan dijalani , dan untuk pertama kali dalam hidupku aku ingin tetap meyakini bahwa ini tidak benar, INI adalah keyakinan yang paling harus Aku genggam.

walau sedari dulu bahkan sekarang aku selalu bertengkar dengan ayah tentang banyak nya peraturan Dan pandangan hidupnya yang Tak sesuai denganku namun itu Tak membuatku memejamkan mata untuk banyak Hal. aku tetap paham Dan tau bahwa hidupku bukan milik ku seorang, akan ada nama lain dibelakangku nantinya yang akan menjadi buruk. bila aku melakukan hal diluar norma yang sudah tercipta di tanah air ini.

Aku mungkin sangat membenci bayak hal namun aku juga tidak bisa mengabaikan pandangan masyarakat. Tidak apa jika namaku buruk, namun aku tak bisa membayangkan buruknya nama orang lain yang disebabkan oleh tindakanku.

Beberapa kali tentu aku sempat hampir melewati garisku. Ketika alya memeluk ku ingin rasanya aku menggapai wajahnya yang mungil dan sekedar mengecup bibirnya. Namun selama ini usaha keras ku bisa terus menuntun ku untuk tidak melakukannya , ketika hatiku menyuruh melakukannya separuh hatiku yang lain berkata jangan.

Ribuan kali aku menangisi ketidak mampuanku. Mencacimaki hatiku yang tak pernah terjatuh. Namun sekalinya jatuh ia malah jatuh ditempat yang salah. Aku mengutuki hatiku. Rasanya kian hari kian pengap. Sampai suatu hari sebuah jalan terlihat pasti untuk ku.

Aku harus menjauh darinya, mungkin ini akan sakit atau sangat sakit. Namun aku harap sakit ini tidak akan lama...

***