Chereads / Love to Hate / Chapter 2 - Contract

Chapter 2 - Contract

Reina memasuki sebuah ruangan super duper mewah yang ia kira hanya ada di istana bangsawan atau telenovela. "Nona Rain Draco?" Reina menoleh kepada seorang pria berjas dengan sebuah papan klip di tangan kanannya. "Ah iya, itu saya."

"Senang bertemu dengan Anda, nama saya Julian." Kata Julian sambil tersenyum simpul dan menyodorkan tangannya yang dibalut sarung tangan kulit bwrwarna hitam. Reina menjabat tangan Julian masih dengan wajah bingung dan perasaan campur aduk.

"Mari," ajak Julian supaya Reina mengikutinya. Reina menurut dan masuk semakin dalam ke mansion itu.

"Kepada siapa aku akan bekerja?" Tanya Reina. "Tuan Red Rabbit adalah pemilik rumah ini. Soal tuan kita bicarakan di ruang tertutup saja." Kata Julian sambil menoleh dan tersenyum sekilas. Reina sedikit kecewa Jill tidak menyebutkan nama asli Tuan Red Rabbit ini, tapi untuk apa juga Reina tahu siapa pria itu.

Meski sebenarnya ia penasaran. Dari foto profilnya pria itu sepertinya masih muda. Mungkin berumur 30-an mungkin lebih mudah daripada itu.

"Kalau ada pertanyaan, jangan sungkan untuk dikatakan ke saya ya." Kata Julian. Reina mengangguk tapi tatapannya kembali beralih ke beberapa wanita yang sedang cekikikan di kolam renang besar di samping rumah itu. Ia enggan menanyakan pertanyaan lain kepada Julian.

Reina mengamati tubuh ramping dan berbentuk mereka satu persatu. Dibalut bikini dengan warna yang sensual dan minim kain. Ada enam wanita sedang bermain air atau sekadar duduk bersantai dengan segelas air es di tangannya. Reina segera mendapat gambaran tentang siapa Tuan Red Rabbit ini. Pastinya ia kaya raya. Mungkin dia suka wanita. Reina mungkin menjadi tambahan di koleksinya.

Julian membukakan pintu ke sebuah ruangan yang besar dan dipenuhi rak penuh buku. Di ujung lain ruangan ada sebauh kaca yang memenuhi dinding dan dihiasi tirai hijau keabuan yang kelihatan mahal. Di tengah ruangan terdapat satu set sofa dengan meja rendah di tengahnya. Sebuah perpustakaan.

Reina dipersilahkan duduk di hadapan Julian selagi pria itu melepaskan sarung tangannya. Sejenak mata Reina tertuju pada tato yang memenuhi kedua punggung tangan Julian. "Tatomu bagus," puji Reina.

Julian terkekeh, "Ya, passion saya memang menjadi tatois yang handal." Katanya. "Kenapa kamu malah meladeni saya disini kalau begitu? Kamu jadi kayak asisten."

"Saya memang asisten Tuan RB. Tapi sampingan saya itu jadi seniman tato." Katanya. Reina mengangguk-angguk paham. "Jadi kalau aku mau bikin tato bisa ke kamu dong ya." Kata Reina. Julian mengangguk sambil tersenyum lagi.

"Nah, nona Rain. Sebelum bekerja untuk Tuan RB Anda harus menandatangani kontrak terlebih dahulu."

"Oh iya, tentu." Kata Reina sambil menjatuhkan pandangannya ke secarik kertas yang dikeluarkan Julian dari map yang dibawanya. "Tolong dibaca dulu sebelum ditandatangani," katanya.

Reina meraih secarik kertas itu lalu mulai membaca paragraf demi paragraf. Kontrak standar, pikirnya. Tentang larangan membocorkan informasi apapun tentang klien dan melakukan beberapa pengecekan kesehatan sesuai instruksi penyelia, yang Reina yakin maksudnya si Julian.

Tapi mata Reina memicing ketika ia melihat beberapa baris yang kosong. "Kalau baris kosong itu, Anda bisa meminta permintaan khusus untuk disediakan disini." Kata Julian ketika sadar Reina sepertinya menemukan kejanggalan.

"Disini?"

"Ya. Anda akan tinggal disini selama Anda bekerja untuk Tuan RB."

"Apa? Tidak." Kata Reina sambil meletakkan kertasnya di meja lagi. "Maaf?"

"Saya tidak bisa tinggal disini." Katanya. "Saya sudah membayar apartemen saya untuk setahun. Saya juga memelihara anjing di rumah." Meski alasan itu benar adanya, tapi bukan itu sebenarnya alasan Reina yang sebenarnya.

Ia tidak mengenal Tuan Red Rabbit ini. Ia tentu tidak bisa tinggal di kandangnya. Itu sama saja bersedia untuk menjadi makanan harimau yang tinggal disini, 'kan?

Julian tertegun sejenak. Mempertimbangkan kata-kata Reina itu. "Kami bisa mengganti biaya kerugian untuk apartemen itu. Lalu untuk gaji Anda, silahkan cantumkan disini." Kata Julian yang kelihatan sedang mengalihkan perhatian Reina.

"Tidak. Tunggu dulu. Kenapa aku harus tinggal di rumah ini? Bukankah aku hanya harus mengikuti Tuan RB kemana ia harus pergi? Seperti kekasih bayaran atau sebagainya?"

"Ya, kurang lebih begitu. Tetapi Tuan RB memberikan dukungan akomodasi juga untuk Anda. Apakah ada masalah, nona Reina?"

Jadi ini fungsi mansion besar ini, pikir Reina. Sebuah kandang emas untuk wanita selir Tuan Red Rabbit ini. Hal itu semakin diperkuat dengan pemandangan enam wanita yang seperti sedang bersenang-senang di kolam renang yang dilihat Reina tadi itu. Reina adalah wanita ketujuh kalau ia menandatangani kontrak itu.

"Saya tidak bisa tinggal disini."

"Apa boleh saya tahu kenapa?"

Reina kelihatan ragu untuk mengatakan alasannya yang didasari moral dan perasaannya, hal-hal yang terlarang bagi seseorang yang memiliki pekerjaan cam girl seperti Reina ini.

"Apa karena wanita-wanita yang tadi?" Tanya Julian. Reina segera mendongak kepadanya yang menatap Reina tanpa ada intimidasi apapun. "Mereka tidak tinggal disini, nona Rain. Hanya Anda dan Tuan Red Rabbit yang tinggal disini nanti. Yah, tentu dengan pegawai lain yang mengurus rumah." Katanya santai.

Reina tertegun sejenak. Bukan itu 'kan masalahnya tapi malah hal itu malah berubah menjadi masalahnya sekarang. Ia malah akan tinggal sendirian bersama Tuan Red Rabbit di mansion ini.

"Saya tetap tidak bisa." Katanya tegas. Kedua alis mata Julian terangkat. Reina segera berdiri dan pamit pergi kepada Julian. Gadis itu mempersilakan dirinya sendiri untuk keluar.

"Saya bisa mengaturnya lagi, nona." Kata Julian yang mengehentikan tangan Reina dari menarik pintu besar di hadapannya untuk terbuka. Gadis itu menoleh kepada Julian.

"Saya bisa membuatkan kontrak khusus tentang tempat tinggal." Kata Julian. Reina berbalik dan berjalan ke tempat dimana ia duduk tadi. "Tapi saya harus berbicata dengan Tuan Red Rabbit dulu soal ini." Katanya.

Reina menyandarkan tubuhnya lalu mengangguk. "Baiklah," katanya. Julian segera beranjak dari duduknya dan pergi ke pintu lain di belakangnya. Mungkin ke ruangan Tuan Red Rabbit atau apalah.

Selang beberapa menit pria itu keluar dengan senyum simpul di wajahnya. "Tuan Red Rabbit bersedia untuk tidak serumah dengan Anda. Tapi Anda harus tetap tinggal di dalam gerbangnya."

"Itu 'kan sama saja." Protes Reina.

"Anda bisa tinggal di pavilium di taman belakang rumah, nona. Tuan RB melakukan ini demi kenyamanan dan kemanan nona juga semenjak nona akan menjadi aset penting milik Tuan RB." Reina menghela napasnya. Setidaknya ia tidak akan seatap, sih.

"Aku mau gajiku yang tertulis disitu dinaikkan tiga kali lipat." Katanya setengah kesal.

"Tiga kali lipat tidak masalah." Kata Julian tanpa ragu-ragu. "Ada masalah lainnya, nona?" Tanya Julian sambil menyodorkan sebuah pulpen kepada Reina. "Oh, saya hampir lupa. Anda juga harus menutup akun anda di website tertentu seperti yang ada tertera di kontrak."

Reina menunduk kembali membaca bagian yang Julian maksud. Ada beberapa akun yang harus Reina tutup. Termasuk akun streamingnya. Reina berpikir sejenak. Ia bisa menutupnya. Tapi ia harus menarik semua tabungannya di dalam akun itu serta mengucapkan salam perpisahan kepada fansnya. Itu bukan suatu masalah, pikir Reina.

Gadis itu meraih pulpen itu dan mencoret dan memperbarui nominal gajinya. Kemudian barulah ia menandatangani kontraknya.

"Baiklah, nona Reina. Anda diberikan waktu tiga hari untum memindahkan barang-barang Anda ke rumah ini." Katanya sambil menggeser kertas kontrak itu kearahnya.

Pria itu mengeluarkan buku cek dan menuliskan nominal dengan jumlah nol yang tidak pernah Reina lihat sebelumnya. "Ini untuk uang kompensasi apartemen Anda. Untuk peliharaan Anda tolong dilengkapi dulu surat-surat pengecekan kesehatan dan vaksinasinya." Reina mengangguk sambil menerima selembar cek di tangannya. $150000.

Apa Julian yakin Tuan Red Rabbit tidak keberatan untuk memberikan uang sebanyak ini? Pikirnya.

Reina segera beranjak ketika melihat Julian beranjak. Gadis itu menjabat tangan yang terulur kearahnya lalu mengangguk selagi Julian mengucapkan ucapan selamat datangnya kepada Reina.

Gadis itu pergi keluar dengan perasaan bodoh. Dia terus memikirkan nominal besar itu. $150000. Sebenarnya sebanyak apa Tuan RB ini?

Handphone Reina berbunyi ketika ia sudah mendudukkan pantatnya di taksi. Sebuah pesan insta dari Tuan RB.

"Aku senang kamu mau bekerja untukku. :)"

Reina merinding melihat smiley face di akhir kalimat itu. Mulai tumbuh rasa curiga di benaknya. Apa sebenarnya keinginan Tuan RB ini.

"Ya, aku tidak sabar." Jawab Reina penuh kebohongan.

Tapi Reina segera menggeleng-gelengkan kepalanya, membuyarkan pikirannya yang terlalu bercabang-cabang. Tentunya ia tidak perlu memikirkan itu. Intinya dia hanya perlu menjadi pacar bayaran Tuan Red Rabbit ini di muka umum. Hanya itu 'kan? Pikirnya.

Pasti hanya sekadar begitu saja. Kata Reina dalam benaknya.