Reina duduk di kursi komputernya sambil terdiam. Ia telah memulai siarannya sejak dua puluh menit yang lalu dan belum mengatakan apa-apa pada penontonnya.
Gadis itu menggigit kukunya sambil berpikir bagaimana cara mengatakan salam perpisahan pada penonton-penonton berharganya.
Reina pun bisa melihat bahwa penontonnya juga bingung dan merek mengekspresikan kebingungan mereka lewat kolom komentar. Gadis itu menghela napasnya lalu memperbaiki posisi duduknya.
"Selamat malam, tuan-tuan dan.. um.. nona. Kalau ada. Ya. Oke. Jadi siaran ini akan menjadi siaran terakhirku." Kata Reina sambil tersenyum lebar. Ia ingin kelihatan tulus di depan penonton-penontonnya.
Sejenak setelah pengumumannya itu, kolom komentarnya segera ribut dengan banyak emoji terkejut dan menangis. Reina tahu mereka akan kaget. Karena dirinya pun masih kaget.
"Untuk salam perpisahan, kalian mau aku ngapain?" Tanya Reina sambil menatap kolom komentarnya yang terus banjir emoji terkejut. Reina mngirimkan pemungutan suara ke kolom komentar itu dan menunggu.
Lalu satu nama masuk ke siarannya. Red Rabbit. Oh?
Reina menatap layarnya sejenak sambil menerka-nerka apa yang sedang dilakukan pria itu sekarang. Tapi ia segera dikirim penjelasan oleh semesta ketika melihat pesan masuk di handphonenya yang berada di sebelah keyboardnya yang menyala-nyala. Pesan dari Tuan Reb Rabbit.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Siaran. Anda kan bergabung, tuan. ^^"
"Untuk apa kau membuat pemungutan suara itu?" Tanya tuan Red Rabbit. "Hapus itu."
"Fan service terakhir, tuan. Aku tidak bisa menghapusnya. ^^"
Reina tidak lagi menggubris ocehan Red Rabbit dan kembali mengalihkan pandangannya ke layar komputernya. Pemungutan suara ditutupnya. Pilihan fans-nya kebanyakan jatuh kepada masturbasi sampai squirting.
Reina berpikir sejenak, lali terkekeh kecil. Apa yang dipikirkannya ketika ia membuat pilihan itu ya.
Tapi Reina juga tidak masalah. Gadis itu melihat simbol dolar di kanan atas siarannya. Angka sudah mencapai tiga ribu sekian dan Reina bahkan belum melakukan apa-apa. Lalu jantung gadis itu berhenti berdetak untuk beberapa saat ketika melihat pesan prioritas dari Tuan Red Rabbit yang mendonasikan seribu dolar kepadanya. "Aku ke rumahmu sekarang." Katanya. Lalu Tuan Red Rabbit kelihatan meninggalkan siaran.
Reina terkekeh kecil dalam hatinya. Apaan sih, pria ini? Pikirnya. Ia bahkan tidak tahu dimana Reina tinggal, ketemu tatap muka saja belum.
Gadis itu mengeluarkan vibrator dari laci dan mulai melebarkan kedua kakinya. Memampangkan selangkangannya yang sudah dicukur bersih.
Gadis itu memasukkan vibrator itu kedalam miliknya perlahan lalu mengaktifkan pengaturan khusus jarak jauh supaya donatur tertinggi di siarannya bisa mengatur kekuatan vibrator itu. Dunia ini sudah sangat canggih, pikir Reina selagi ia mempersiapkan diri.
Gadis itu mulai merasakan vibrator di dalam miliknya bergetar hebat. Reina menengadah sambil membuka mulutnya ketika merasakan nikmat menjalar ke sekujur tubuhnya. Ia ingin kelihatan sensual untuk terakhir kali di hadapan fansnya.
"Terimakasihh ahnn semuahnya.. ahh.." kata Reina sambil merasakan kecepatan vibrator itu naik turun di dalam miliknya. "Fasterhh.. ahhnn iyahh yahh..." desahnya sambil mengeluarkan lidahnya dan melihat kearah WebCam-nya. "Ohhnn yeshh.. daddyyhh.." Cicitnya ketika ia mencapai orgasmenya. Tapi ia belum pipis. Jadi permainan belum bisa selesai.
Meski lemas, vibrator di dalam milik Reina tetap bergetar, kini malah semakin keras. Reina merasakan kenikmatan kembali menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa perih dan geli bercampur di bawah sana dan ia suka dengan rasanya. Ia sangat suka dikasari seperti itu.
"Ohhnn.. mmhh..-" Erangan Reina berhenti ketika ada suara bunyi bel dari pintu depan. Gadis itu menoleh kearah pintu yang ada di ujung koridor lalu pamit sejenak ke para fansnya untuk membuka pintu terlebih dahulu.
Gadis itu tidak melepaskan vibratornya lalu berjalan ke pintu dengan sedikit tertatih. Ia menutup mulutnya supaya desahannya tidak meluncur bebas darisana.
Gadis itu membuka pintunya sedikit untuk melihat siapa yang menekan bel. Seorang pria dengan jas kulit merah. Ia tidak memakai baju dalaman dan boxernya bisa terlihat sedikit dibalik celana hitamnya yang ngepas.
Aneh. Reina seperti kenal tato di leher pria itu.
Ia memicingkan mata untuk mengingat-ingat dimana ia melihat tato itu. Lalu matanya segera membulat ketika sadar kalau pria berjas merah di balik pintunya itu ada Tuan Red Rabbit, atasan barunya.
Gadis itu segera melepaskan rantai yang menahan pintunya lalu membukanya dengan tergesa-gesa. Pria itu memakai topeng yang menutupi sebagian wajahnya. Rahangnya kelihatan mengeras dan berkedut. Apa ia sedang menahan amarah, pikir Reina.
Pria itu maju dan masuk ke apartemen Reina tanpa mengatakan apapun. Ia menutup dan mengunci pintu di belakangnya sambil terus menatap Reina dari balik topengnya. Ia tidak mengatakan apa-apa.
Reina meneliti setial inci tubuh dan wajah Tuan Red Rabbit ini. Dan Reina akui atasannya ini sangat tampan. Rambutnya di cat kuning pucat dan di potong pendek sisi kanan dan kirinya. Alis matanya lurus dan tajam. Bibirnya ranum dan rahangnya menukik tajam.
"Tu.. Tuan Red Rabbit?" Tanya Reina ragu. Pria itu hanya menatap Reina.
Tanpa aba-aba, ia segera mengangkat Reina dan membawanya ke meja marmer dapur Reina. Pria itu segera membuka kedua kaki Reina dan mengeluarkan vibrator yang menancap di milik gadis itu.
"Kau tidak perlu di benda itu selama ada aku," kata pria itu. Reina merinding mendengar suara bas yang keluar dari mulut seksi Tuan Red Rabbit ini.
Pria itu menggesekkan jari-jemarinya di pintu liang senggama Reina sambil terus menatap wajah Reina yang mulai tersipu merah. "Ahnn.. tuanhh tunggu akuh..-" belum selesai Reina dengan kata-katanya Tuan Red Rabbit menusuk vagina Reina dengan dua jarinya. Gadis itu segera mengadah sambil meremas lengan kekar Tuan Red Rabbit.
Gadis itu tidak bisa berpikir dengan baik saat itu. Darimana pria ini tahu tempat tinggalnya dan mengapa gadis itu tidak berani melawannya? Bukankah ini tindakan pemerkosaan? Pikir Reina.
Tangan pria ini mulai bergerak tanpa pola. Keatas kebawah, kedalam, keluar. Reina mengerang sambil terus meremas kedua lengan pria itu. "Tuan ahn siarankuhh.. mmh.. ahh!" Reina memberanikan diri untuk menatap kedua mata Tuan Red Rabbit yang tertutupi topeng itu.
"Aku tidak peduli." Katanya sambil terus mengacaukan vagina Reina yang mulai berkedut. Reina mengejan keras ketika merasakan klimaksnya yang dahsyat. Gadis itu pipis hanya dengan bermain sekali dengan pria ini. Ini baru pertama kalinya ia mendapatkan orgasme sedahsyat itu.
Tangan pria di hadapnnya itu basah dengan cairan bening yang keluarkan milik Reina. Tapi ia masih belum puas.
Pria itu membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegang. "Tu.. Tunggu.." kata Reina sambil mendorong tubuh pria itu pelan. "A..aku.. Ini.. pertama kalinya.." kata Reina sambil menatap junior pria di hadapannya yang sudah tegang dan keras.
Senyum merekah di wajah Tuan Red Rabbit. "Jadi kau masih perawan?" Tanyanya. Reina tersipu malu. "Lalu bagaimana caranya kau bisa senakal itu di website sialan itu hah?" Tanya Tuan Red Rabbit.
Reina menggeleng sambil mengadah ke wajah Tuan Red Rabbit. "To.. Tolong jangan.." kata Reina. "A.. Aku belum siap." Katanya.
Pria di hadapan Reina terdiam sejenak. Sepertinya sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya. Tapi ia segera mengangkat kedua tangan Reina dan mendorong tubuh gadis itu agar berbaring di atas meja. Pria itu segera menuntun miliknya yang sudah mengeras ke vagina Reina.
Reina tidak yakin apakah milik pria itu muat di miliknya. "Tidak.. kumohon.." kata Reina. Pria itu kembali menatap wajah Reina sambil menggeram penuh kenikmatan ketika miliknya mulai masuk ke dalam liang senggama Reina yang sangat sempit.
"Kau itu milikku, sialan." Geramnya. "Kau sudah menandatangani kontrakmu."
"Ahhk! Mnnghh!" Reina merasakan perih yang teramat sangat ketika pria itu mulai menggerakkan miliknya yang keras dan besar di dalam Reina.
Gadis itu tidak bisa melawan. Kekuatannya tidak sebanding denga pria yang menekannya ke meja itu. "Tahan," kata pria itu sambil mulai mempercepat gerakan pinggulnya.
Reina menggigit bibir bawahnya sambil mengerang kesakitan. Meracau dan berteriak kepada pria ini untuk berhenti. Tuan Red Rabbit terus menggeram "Milikku," di setiap hujamannya. Reina mengangguk-anggukkan kepalanya, mengiyakan tuannya, supaya pria itu berhenti, atau setidaknya bermain lembut karena ini adalah pengalaman pertamanya.
"Kau milikku. Kau ingat itu." Katanya sambil menarik rambut Reina supaya gadis itu menatap lurus ke wajahnya. "Yeshh ahnn.. daddyyh.." desah Reina.
Pria itu menghunjam milik Reina semakin kencang dan dalam. Teriakan dan erangan gadis itu pun semakin keras ketika ia mulai merasakan sesuatu akan keluar dari miliknya. "I'm.. cumminghh ohh nnhh!" Sekali lagi Reina pipis. Bersamaan dengan pria itu.
Tuan Red Rabbit kembali menatap lurus kearah Reina. Miliknya masih belum sepenuhnya terpuaskan. "Kau ikut denganku hari ini ke mansion." Katanya.
"Ta.. Tapi.. aku belum siap-siap." Kata Reina. Tapi Tuan Red Rabbit mengangkat tubuh Reina tanpa melepaskan miliknya dari milik Reina. Gadis itu refleks melingkarkan tangannya di leher tuannya. Pria itu kembali menggerakkan tubuh Reina yang ada di gendongannya. Gadis itu mendesah kecil sambil menelan ludah. Ia sudah sangat lelah.
"Tuan.. kumohon.. mmh.." Tapi pria itu menekan tubuh Reina ke dinding dapurnya. Ia mulai mencium dan menggigit bibir Reina kuat.
"Aku belum puas. Sial." Desis Tuan Red Rabbit sambil kembali menggerakkan pinggulnya maju mundur menghunjam milik Reina. Reina mengerang penuh penderitaan. Air matanya mengucur deras dari kedua matanya yang terus menutup.
"Kau milikku. Kau milikku. Rain. Kau milikku."
***