Tuan Red Rabbit menjatuhkan tubuh Reina di kasur sebuah kamar yang luas dengan dinding yang penuhi ukiran-ukiran mewah berwarna emas dan perak. Reina mengadah kepada Tuan Red Rabbit yang membuka tali pinggang dan mantel mandinya.
Reina kembali melihat tato yang menghiasi sekujur tangan dan leher Tuan Red Rabbit. Pria itu melebarkan kedua kaki Reina supaya ia bisa melihat vagina Reina dengan jelas. "Kau basah. Hanya karena aku memukul pantatmu?" Kata Tuan Red Rabbit dengan senyuman miringnya. Pria itu kembali menarik Reina dan mendudukkan dirinya.
Pria itu menempatkan tubuh Reina diatas pangkuannya, memposisikan tubuh Reina supaya gadis itu berbaring di perutnya. Seperti bayi yang punggungnya akan diolesi minyak kayu putih. Reina menelengkan kepalanya kepada Tuan Red Rabbit yang menyibakkan rok yang dipakai Reina dan menurunkan celana dalam gadis itu sampai ke lututnya.
"Apa kau pernah diperlakukan seperti ini, Rain?" Tanya Tuan Red Rabbit sambil mengelus pantat mulus Reina. Gadis itu menelan ludah lalu menggeleng. Seharusnya hal itu sudah jelas untuk pria ini. Reina masih perawan. Ia belum pernah dijamah laki-laki sebelumnya.
Tuan Red Rabbit melayangkan pukulan yang keras ke salah satu gumpalan empuk itu. Pukulan itu dekat dengan vagina Reina. Gadis itu sampai bisa merasakan getaran di liangnya yang semakin basah.
"Kau gadis nakal, Rain. Kau tahu itu?" Tanyanya sambil melayangkan pukulan keras lainnya. Reina memekik kaget ketika merasakan pukulan lainnya. Pantat gadis itu mulai memerah. Tuan Red Rabbit kembali melayangkan pukulannya lagi, lagi dan lagi. Sampai kedua pantat Reina kelihatan seperti hot bun yang baru dimasak. Gadis itu meringis disela-sela desahannya. Ia merasa dirinya sangat terekspos sekarang ini dengan pantatnya menyembul di udara.
Tapi Reina merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia juga tidak tahu rasa apa yang ada di benaknya ini. Perasaan yang ingin tunduk dan mengikuti alur permainan Tuan Red Rabbit. "Kau harus dihukum dengan benar. Memberikan peraturan seperti yang tadi itu pada tuanmu." Kata Red Rabbit sambil memasukkan jari telunjuknya ke dalam Reina.
Gadis itu menengadah sambil membuka mulutnya ketika merasakan sensasi terbakar dicampur nikmat ketika jari itu mulai keluar masuk ke miliknya. "Janganhh.. Tuan mmh.. kumohon, jangan." Reina memohon. Tapi Tuan Red Rabbit tetap memukul pantat Reina bergantian sambil menggerakkan jarinya tidak beraturan di dalam gadis itu.
"Tuan.." Rintih Reina. "Kumohon.."
"Hm?"
"Kumohon.. mmh!"
"Mohon apa?"
Reina memekik ketika merasakan jari kedua masuk ke miliknya dibawah sana. "Kumohon ahh.. Setubuhi aku." Tuan Red Rabbit tersenyum mendengar permintaan wanitanya itu. Ia tidak pernah bertemu dengan gadis yang begitu polos namun begitu nakal seperti Reina ini. Ia mungkin akan sangat menikmati malam-malamnya bersama gadis yang penuh dengan kejutan ini.
Tuan Red Rabbit mempercepat tempo jari jemarinya bermain di dalam Reina. Gadis itu mendesah dan merintih. "Tuan mm.. ahh ahh.. aku mau keluar." Desah Reina yang memejamkan matanya. Tuan Red Rabbit memperlambat tempo jarinya dan mengeluarkannya dari dalam Reina.
Gadis itu menoleh kepadanya dengan mata yang binasa. Ia ingin keluar. Ia ingin orgasme. Ia mendambakan rasa membuncah itu. Tapi Tuan Red Rabbit sedang ingin menyiksanya. Pria itu mengangkat Reina dan membaringkannya ke kasur. Tubuh Reina memanas. Ia terus menyentuh miliknya, memijit-mijit klitorisnya sendiri selagi menatap Tuan Red Rabbit yang berdiri di hadapannya. Ia seperti sedang mengundang Tuan Red Rabbit.
Gadis itu menyentuh dan meremas payudaranya sendiri di hadapan Tuan Red Rabbit. Tubuhnya ingin segera menyatu dengan tuannya. Ia tidak tahan lagi.
Tapi Tuan Red Rabbit sedang ingin membuat jalangnya itu menunggu. Ia tersenyum miring selagi menurunkan resleting celananya lalu mengeluarkan juniornya yang sudah tegang. Reina menginginkannya. Meski ia tahu rasanya akan sama perihnya seperti siang tadi. Tapi ia menginginkannya.
"Kumohon.." rengek Reina sambil terus menyentuh daerah intimnya. Reina adalah pemandangan indah untuk Tuan Red Rabbit.
"Darimana kau belajar membuat orang bergairah orang seperti ini hah?" Tanya Tuan Red Rabbit sambil menuntun miliknya ke liang Reina yang sudah berkedut. Ia memasukkan kepala juniornya perlahan. Tubuh Reina terangkat ketika gadis itu merasakan miliknya mulai dipenuhi junior Tuan Red Rabbit.
Gadis itu segera memekik kaget ketika pria itu menghentakkan seluruhnya kedalam liang Reina yang masih terlalu sempit untuk dikasari seperti itu. "Tuan.. Sakit.." Rintih Reina. "Kumohon pelan-pelan." Tapi Tuan Red Rabbit tidak mendengarkannya. "Kau memintaku untuk melakukan ini. Kenapa sekarang kau memintaku untuk bermain lembut?" Tanya pria itu sebelum mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat.
Reina mengerang keras setiap kali ujung kepala Red Rabbit mencium g-spot milik gadis itu. "Aku mau keluarh.. mmh!" Kata Reina sambil mencengkeram lengan tuannya dengan keras. Pria itu segera mendekap tubuh Reina supaya ia bisa lebih mudah menyentakkan miliknya lebih dalam ke milik gadis itu.
Reina mengerang dan mendesah, bersamaan dengan hentakan pria itu. Ia mencapai klimaksnya ditengah-tengah hentakan Tuan Red Rabbit. Pria itu bisa merasakannya. Tapi ia sama sekali tidak melambatkan gerakannya. Meski Reina memohon supaya ia melambat sedikit karena ia baru saja keluar dan miliknya masih terlalu sensitif. Tuan Red Rabbit tidak akan menggubrisnya. Ia akan meperlakukan gadis nakal seperti Reina ini dengan kasar sampai ia merasakan orgasmenya, bersamaan dengan Reina yang mendapatkan miliknya untuk yang kedua kalinya.
Tuan Red Rabbit tersengal-sengal disela jilatan dan lumatannya di leher Reina. Gadis itu pun tak berbeda jauh. Miliknya penuh dengan cairan putih dan sangat puas karena baru dikasari. Reina akhirnya bisa mengakuinya.
Ia suka dikasari. Meski pria ini baru saja merenggut keperawanannya, tapi bukan itu masalah terbesarnya. Bahkan, itu bukan masalah sama sekali. Gadis itu kembali menoleh kepada Tuan Red Rabbit yang memandang vagina Reina yang penuh dengan cairan putih. Tapi kemudian segera memasukkan dua jarinya kedalam liang itu.
Reina segera mengejan. Ia kaget, tapi terlalu lemah untuk menolak. "Kau suka diperlakukan seperti ini hah?" Bisik Tuan Red Rabbit sambil menggerakkan jari jemarinya keluar masuk di dalam Reina.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya selagi ia merasakan kenikmatan yang bercampur dengan rasa sakit dan lelah. Ia mengangguk dan mendesah sambil menatap wajah Tuan Red Rabbit. "Fu..ck me, daddyy ohh!" Desah Reina sambil merasakan jari-jemari Tuan Red Rabbit yang masih lebih dalam, menggali daging Reina yang semakin berkedut.
"Kumohon.. mmh!"
"Mohon apa?" Tanya Tuan Red Rabbit sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Reina yang panas dan terasa ingin menguap ke udara. "Fuck me more, daddy," mohon Reina. Tuan Red Rabbit mengangkat tubuh Reina dan memposisikan gadis itu untuk berdiri dengan lututnya, memperlihatkan pantatnya yang masih merah. Pria itu kembali menuntun miliknya ke liang Reina yang berkedut hebat.
Ia kembali menghentakkan milik ke dalam Reina. "Kau mau disetubuhi hah? Kau mau dikasari lagi?" Kata Tuan Red Rabbit di sebelah telinga telinga Reina. Gadis itu menoleh kepadanya sambil menggigit bibir bawahnya dan mendesah tertahan.
Itu adalah jawaban untuk Tuan Red Rabbit. Pria itu segera menghentakkan miliknya cepat kedalam Reina. Meski gadis itu mengerang kesakitan. Meski gadis itu memohon ampun pada Tuhan. "Aku mauhh.. mmh.. keluar lagihh, daddy."
"Kau tidak boleh keluar dulu." Kata Tuan Red Rabbit yang menghentikan gerakannya. Reina menoleh kepadanya dengan tatapan yang memohon. Tapi Tuan Red Rabbit ingin sedikit menyiksanya. "Kumohon.. Aku mau keluar tadi." Rengek Reina.
"Jalang tidak bisa memohon, sayang." Kata Tuan Red Rabbit sambil mendekap tubuh Reina dan memutar gadis itu supaya ia bisa menatapnya. Ia mendudukkan gadis itu di pangkuannya. "Kalau kau memang benar-benar ingin keluar, kau harus bekerja keras." Kata Tuan Red Rabbit yang duduk bersandar ke dinding di belakangnya, membiarkan Reina melakukan apa yang ingin dia lakukan diatas pangkuannya.
Reina mulai menggerakkan pinggulnya memutar sambil menggigit dan menjilat bibirnya sendiri. Kedua tangannya bertumpu di pundak kokoh tuannya, terkadang mengelus tengkuk pria itu, terkadang turun ke lengan atas pria itu. Kedua tangan tuannya mendarat di pinggang gadis itu.
Reina mulai kembali mendesah, tapi gerakannya itu terlalu lamban ketimbang gerakan tuannya tadi. Ia membuka matanya untuk melihat wajah yang tertutupi topeng itu. Tuan Red Rabbit kelihatan mendesah dan membuka mulutnya sambil merasakan kenikmatan dari gerakan nakal Reina.
Reina iseng dan menarik topeng itu supaya lepas dari tempatnya bertengger. Tapi tangan kokoh tuannya menahan tangan gadis itu sambil terus mendesah. "Aku ingin melihat wajah sange-mu, tuan," bisik Reina. Tapi Tuan Red Rabbit hanya menahan tangan gadis itu, sedangkan tangannya yang stau lagi mencengkeram pantat Reina yang naik turun di udara.
Reina menggunakan segenap tenaganya untuk melepaskan tangan Tuan Red Rabbit dan melepaskan topeng itu. Ia ingin melihat wajah pria yang baru membelinya itu. Ia ingin lihat wajah pria yang baru membuatnya keluar tiga kali tanpa kesusahan sama sekali.
Tuan Red Rabbit segera menjatuhkan wajahnya di pundak Reina begitu topeng sepenuhnya berada di tangan gadis itu. "Ayolah, tuan. Aku ingin melihat wajahmu." Kata Reina sambil berusaha mengangkat wajah Tuan Red Rabbit. Ia masih menggerakkan pinggulnya dengan liar, membuat Tuan Red Rabbit lengah. Pria itu meraih topeng yang ada di tangan Reina dan meletakkannya di atas kasur.
Pria itu segera mendekap tubuh Reina dengan kedua tangannya dan mengangkat gadis itu sedikit. Napasnya terasa panas di dada kanan Reina. Pria itu tidak berkata apa-apa, namun segera menggerakkan pinggulnya naik turun dalam ke dalam milik Reina.
Mulut gadis itu terbuka, wajahnya mengadah. "AHH! AKH! TUAN! PELAN-PELAN!" Erangnya. Tapi Tuan Red Rabbit tidak bisa mendengarkan dengan baik lagi. Ia ingin menyetubuhi Reina dengan kasar, dengan atau tanpa izin gadis itu. Entah apa yang merasukinya, tapi entah kenapa ia ingin sekali bermain kasar dengan gadis ini. Meskipun Reina mengerang dan memekik seperti itu, ia kelihatan menikmati setiap hentakan kasar pria itu.
Ia memperlakukan gadis itu kasar sampai ia mencapai klimaksnya untuk yang kedua kali. Pria itu tetap memeluk tubuh Reina yang mengejan karena orgasmenya dengan erat. "Kau nakal sekali." Desis pria itu sambil memukul pantat Reina.
Reina kembali ke alam sadarnya ketika orgasmenya reda. Gadis itu menelan ludahnya sambil tersengal-sengal. Pria ini bersetubuh seperti kelinci, pikir Reina. Pantas saja ia memakai nama itu. Red Rabbit. "Aku ingin melihat wajahmu." Pinta Reina.
"Sekali lagi kau berkata begitu, aku akan kembali menyetubuhimu."
Reina terdiam sejenak lalu membalas dekapan Tuan Red Rabbit. "Aku tidak masalah dengan itu."
***