Chereads / HER: Kallien / Chapter 2 - |Her|Kedatangan Nasywa.

Chapter 2 - |Her|Kedatangan Nasywa.

Lapangan basket itu dipenuhi suara-suara siswa yang menggelegar, para pelatih mulai melaksanakan tugas mereka.

"Siaaaaaap, g'rakk!"

"Bendera, siap!"

"Kallien, setelah 'bendera siap', lo langsung tarik tali nya!" Rizky menginterupsi.

"Oke, kak!"

"Yang peserta upacara ikut nyanyi juga!"

"Siap, kak!" teriak seluruh teman-teman Kallien.

"Firly! Suara lo kencengin lagi!"

"Dari tadi gue udah kencengin suara, kak! Sampe serak, begini," gerutunya, memegang leher yang terasa kering butuh minum.

"Itu tangan lo benerin cara megangnya," Rizky memperbaiki genggaman Firly pada bendera latihan.

Membuat Firly berhasil menahan nafas saat ia menyadari jarak di antara mereka cukup tipis.

"Nah, bentar, tangan lo kenapa bergetar, gini?"

"Hah? N-ngga, kok," Firly mengalihkan pandangan, tidak mau menatap cowok itu.

Kontan, tawa Rizky menggelegar di lapangan tersebut, gadis ini menggemaskan!

"Oke, kalian istirahat dulu, sepuluh menit, balik lagi, ya!" teriak Rizky pada anak didiknya, mengacak rambut Firly dan melenggang pergi.

Gadis itu tak lagi bisa menahan suara. Ia berteriak kencang tepat di depan Kallien.

Refleks Kallien menutup telinga. Melepas genggamannya pada tali bendera yang tebal.

Seketika, bendera yang semula ada di tengah tiang, melesat turun juga jatuh menimpa kepala Firly.

Semua orang yang menyaksikan menyemburkan tawa yang keras.

"KALLIEN!!"

*****

"Latihannya cukup sampe di sini dulu, kita lanjutin besok dengan materi jalan ditempat, ya!" Dhyta---partner melatih Rizky---memperbaiki kacamatanya yang sedikit merosot.

Banyak respon yang ditujukan pada ucapan ramah kakak kelas Kallien itu

"Khusus buat petugas, lo semua jangan pulang dulu," Rizky menitah.

"Yaelah, baru juga mau pulang, kak!" Naufal memprotes.

"Sekarang, kalian ikutin gue ke lapangan Bultang!" Rizky tidak mengindahkan ucapan Naufal.

"Hah? Utang? Kak Rizky punya utang ke siapa, dong?" Devin menyiku tubuh Kallien.

"Bultang, pemulung."

"EH! ITU DUA CEWEK, GAUSAH MODUS BIAR GUE TARIK LANGSUNG KE LAPANGAN, YA!" Rizky menegur mereka.

"Dih, untung aja pedenya itu orang bukan BBM, kalo bener, ikut demo gue, sumpah!" Devin menggerutu, "GAUSAH PAKE TERIAK KALI, KAK!"

"Gimana gak teriak, disuruh ngumpul di sini, malah berduaan doang di situ, lesbi lo? " Firly membuka suara. Tidak terima cowok yang ia gebet dihina oleh Devin.

"Kal, bisa gak, sih, orang mulut pedes kayak dia gue cekokin pake Boncabe?"

"Kalo gak mati, sih, sah-sah aja," Kallien berjalan mendahului Devin. Menyusul yang lain.

*****

"Assalamualaikum, bunda, Kallien pulang!"

"Walaikumsalam," Kallien mengernyit, suara itu terdengar familiar. Dia memutuskan untuk memastikan.

Sampai di tempat tujuan, netranya mendapat seorang wanita tengah menonton tv dengan beberapa camilan.

Wanita itu membalikkan tubuh dan melambai.

"Adeek!"

"Eh? Kakak!? Kallien kangen!" berlari, memeluk erat kakaknya.

Nasywa Hanan---satu-satunya kakak perempuan Kallien yang saat ini berstatus Mahasiswi, di Semarang.

"Udah, woy. Gak bisa napas!" Nasywa menepuk pelan punggung Kallien.

"Ck, kakak sesibuk apa, sih, sampe lupa pulang terus kapan nyampe sininya?"

Tersenyum manis. Lalu mengusap surai Kallien.

"Nyampenya tadi pagi pas kamu udah ke sekolah." Fyi, dia sudah berpisah 2 tahun dengan adiknya ini.

Mungkin selang setengah jam, rungu mereka menerima suara berat dari arah pintu utama, "assalamualaikum!"

"Kak Revo!" Kallien melompati sandaran sofa, berlari menghampiri Revo.

"Astagfirullah, Kallien!"

Nasywa di buat terkejut dengan kelakuan adik semata wayangnya yang kini, memeluk leher kekasihnya dengan cukup agresif.

Revo tertawa geli membalasnya, "wassup, calon adik ipar?"

"Feel great since i met you! Kakak kenapa jarang banget datang kesini, sih?"

Baru saja lelaki itu ingin menjawab, langsung terpotong oleh ucapan Nasywa.

"Lepas dulu itu pelukannya," Nasywa menghampiri mereka.

Kallien berdecak kesal, baru ketemu lagi, Nasywa masih saja menyebalkannya seperti dulu.

"Kamu udah tau, dek, ngerjain skripsi gak semudah beliin kamu martabak, nih," Revo memberi kantong plastik putih padanya.

"Aish, kebetulan lagi pengen yang manis, makasi kak Revo yang baik hati, coba aja kakak jadi kakak kandung aku, udah mabuk bahagia Kallien dari dulu!" melirik Nasywa---sesuai tebakannya---yang memutar bola mata malas.

"Bisa aja, nih, anak kecil, but, urwell!"

Kallien pergi ditelan dapur, meninggalkan kedua manusia itu, memilih menghabiskan makanan manis di genggaman.

Revo mengecup kening Nasywa saat dilihatnya siluet Kallien sudah hilang.

"Gimana kuliahnya?"

"Lancar, kok," Nasywa menjauh dari Revo. Kembali menonton tv.

Revo menyusul. Ikut duduk lalu mendekap wanita itu erat. Melepas rindu.

"Skripsinya banyak yang harus di revisi lagi, sekaligus mau wawancara anak-anak jalanan buat tambahan," sambungnya.

"Terus?"

"Ribet banget, tau! Mana harus beda daerah lagi, masing-masing kelompok, jadi aku milih disini, makanya aku pulang."

Revo tersenyum, mengelus kepala wanita itu, "oh, ya? Jadi, kelompok kamu nginepnya di mana?"

"Ya, mereka di apartemennya Azril tau, kan? Yang aku ceritain pas itu."

"Hm? Yang kamu bilang genit itu?"

"Iya, sampe sekarang masih tau, najisin banget!" Nasywa bergidik.

"Yaudah, kalau ada apa-apa bilang aja ke aku."

"Rev, S2 nya nanti mau di Semarang juga, kan?" Nasywa mendongak menatap persis di bawah rahang tegas tunangannya.

"Iya, sayang." Revo tersenyum lagi.

Memang mereka saat ini sedang menjalani hubungan Long Distance Relationship atau lebih tepatnya LDR. Antara Bandung-Semarang.

Rencana, Revo akan melanjutkan S2 nanti di Semarang dengan alasan tidak akan berjauhan lagi dengan Nasywa sekaligus memang impiannya sedari dulu adalah melanjutkan study disana.

"Ekhem, mesra banget, nih, kakak-kakak," sindir Kallien yang sejak beberapa menit lalu melihat kemesraan dua sejoli iti.

"Makanya, cari pacar dong, dek," Nasywa terkekeh.

"Gak minat!" dengan raut datar, Kallien berjalan menduduki sofa di samping Revo.

"Minggir, aku mau peluk kak Revo."

Kallien langsung memeluk Revo dari samping, menyingkirkan tangan Nasywa yang sedari tadi sudah melingkar di pinggang Revo juga.

Revo terkekeh, mengacak gemas rambut calon adik iparnya, "emang gak ada yang pernah nembak Kallien, gitu?"

"Banyak sih, tapi ya, gitu."

"Gitu gimana, Dek?" tanya Nasywa

"Di tolak semua, ehe ...." Kallien terkikik.

"Lah, emang kenapa sih, gak mau pacaran?"

"Dosa, tau!"

Nasywa memasang tampang ingin muntah, "sok-sokan bilang gitu, tau-tau nya entar udah jadian aja!"

"Ih, kaak!" ia merengek tidak terima dengan ucapan sang kakak.

"Ke kamar sana, mandi! Dari tadi bau banget. Kasian Revo udah gak tahan sama bau badan kamu!" ejek Nasywa yang masih mempertahankan tawanya.

"Ejekin aja terus!"

Kallien pergi meninggalkan kedua pasangan yang sudah bertunangan tersebut menuju kamar.

Merebahkan tubuh di atas kasur. Berniat terlelap, sebuah notifikasi masuk di ponsel miliknya.

'Ting!'

"Ck, gak bisa banget bikin hari gue tenang!"

Kallien mengusap lockscreen yang menunjukkan wallpaper dirinya bersama seorang cowok. Dengan gaya Kallien menjepit pipi cowok tersebut hingga persis seperti mulut ikan.

Menekan aplikasi berwarna hijau berbentuk telepon.

Bocahjudes: P

Me: haaa?

Bocahjudes: mau ke mall, gak?

Me: ngapain? Sama siapa? Mall mana?

Bocahjudes: bu negara ngajak, katanya bosen sm gw mulu, di Paskal.

Me: kasian, Devin ada?

Bocahjudes: gaada, mau gak, nih? Kalo mau gw tunggu di lobby, cpt.

Kallien memutar bola mata, Firly aneh, dia yang mengajak, dia juga yang tidak mau repot.

Me: gabisa, Fir, titip salam aja sama mama, kak Nasywa barusan pulang jadi mungkin bakal ada dinner keluarga.

Bocahjudes: anjir, aing udah rela-relain ke lobby endingnya lo cuma titip salam doang.

Bocahjudes: tau rasanya ditonjok g, sih?

Kallien terkekeh, lalu membalas chat itu.

Me: wkwk siapa suruh semangat banget, kebiasaan ngarep ke yang gak pasti sih, lo.

Bocahjudes: bct, setan.

*****

Merasa kantuknya hilang, gadis itu membuka instagram.

Kallien tersenyum binar saat baru saja terbuka, berandanya lansung terpampang username dari postingan yang baru saja ter-upload 30 menit yang lalu.

Seperti biasa, ia memberikan sebuah komentar.

Lama menunggu untuk sebuah balasan, gadis itu tidak dapat hasil yang diharapkan.

Senyumnya luntur. Moodnya yang memang sudah tidak baik tambah menurun. Hanya karena sang pemilik akun 'alvinbagaskaraa' itu tidak membiarkan harapannya terwujud.

Alvin Bagaskara, kakak kelas Kallien yang ramah dan ... kurang peka.

Hampir 2 tahun ia menyimpan rasa pada Alvin.

Sayang, ia hanya bisa memandang dari jauh lekuk wajah yang menurutnya sempurna itu.

Kenapa tidak berjuang? Tidak, ia terlalu malu untuk itu.

Lagipula, Kallien cukup tahu diri. Ia hanya gadis biasa dan sederhana, tidak begitu cantik dan terkenal. Seperti teman-teman nya yang lain.

"Hhh ... udahlah," tidak lama, ia memejamkan mata, tanpa sadar terlelap dengan masih mengenakan seragam sekolah.

Dia hanya dapat berharap, suatu saat nanti Alvin dapat membalas perasaan nya ini.

Ya, bermimpi saja dulu.