"Wadaw! Apaan, tuh?" iris Devin berbinar saat Kallien berjalan dengan sebuah nampan.
"Bunda abis bikin pancake, Fir, sini ngemil dulu!"
Firly akhirnya melepas pandangan dari layar laptop yang menunjukkan sebuah drama korea.
"Anjay, pancake," gadis itu beranjak menghampiri kedua sahabatnya yang sudah duduk menikmati pancake masing-masing.
Firly melahap pancake nya, memejamkan mata menikmati rasa manis yang dicecap lidahnya. Kue apapun, jika itu buatan Erina, sama sekali tidak pernah mengecewakan.
Firly dari dulu berharap mama nya juga bisa membuat camilan-camilan manis seperti ini, sayang saja, Sina hanya jago dalam memasak junk food.
Devin geleng-geleng, "kasian banget gue sama lo, Piw, setiap mau diet pasti ada aja halangannya."
Firly melirik sebentar, lalu memasukkan lagi satu suapan ke dalam mulut, "udah males gue diet kayak orang normal, jadinya pake cara lain; makan terus gak peduli bb naik apa tambah kurus."
Devin tertawa. Terus mencolek dan memakan sisa-sisa madu di piring nya yang sudah kosong.
"Mana, nih? Yang kata nya mau cerita?" Firly mengunyah.
Kallien yang sadar kalimat itu di tujukan padanya, mendongak, "Oh, itu ... tadi kak Malvin nyamperin gue di green house."
Kallien menceritakan kejadian tadi. Bagaimana mereka berkenalan---secara 'lebih baik'---dan lain sebagai nya.
"---terus, pas udah mau balik, dia bisikin gue," Kallien meneguk sesaat air liur nya, "bilang kalo hati lo udah kosong, bi-biar ... gue yang isi."
Detik kemudian, Firly tersedak pancake nya sendiri dan Devin; tak sengaja mengeluarkan kembali kunyahan dari dalam mulut nya.
"Demi apa?!"
"Fix, DIA SUKA SAMA LO!" tukas Devin heboh.
"Dih, gausah ngadi-ngadi deh, lo berdua!"
"Dih, giisih ngidi-ngidi dih, li berdii," Firly mencibir, "Heh, lo juga gausah sok ngerendahin diri dengan ngelak deh, Kal!"
"Ya, masa---"
"Apa? Mau bilang; dia gak mungkin suka sama lo karna baru pertama kali ketemu, iya?" Devin menyela. Membuat Kallien memutar mata jengah.
"Terus, apa beda nya lo sama kak Alvin?"
"Lo aja bisa suka pas pertama kali liat, masa kak Malvin gak bisa?"
"Ck, udahlah! Gak usah dibahas lagi!" Kallien mengusutkan wajah. Tidak tahan dengan segala kalimat yang dilemparkan satu-persatu pada nya.
"Percaya deh, Kal, gak ada yang gak mungkin."
"Terakhir kali lo ngomong gitu---bilang kak Alvin pasti suka sama gue---berapa hari kemudian kak Alvin jadian, sama orang lain. Itu yang bisa dibilang 'nothing is possible'?" hardik nya, "Gausah bikin gue keinget lagi, deh! Males banget!"
Devin dan Firly saling memandang. Lalu, menghela napas bersamaan. Ya, mungkin mereka hanya bisa membiarkan alur takdir yang menentukan kisah Kallien saat ini.
'Drrt!'
Deringan ponsel terdengar di sela aksi bersitegang mereka.
Kallien menatap ID callernya, lalu berdiri, "gue angkat telpon dulu," yang dibalas anggukan Firly dan Devin.
"Halo?"
"Halo, my best ever girl friend in the world!"
Kallien geleng-geleng, melipat tangannya dan bersandar di dekat jendela, "kenapa, Riel?"
"Nara 'kan, tau tiap gue nelpon pasti kenapa."
Berpikir, lalu setelahnya tersenyum, "kangen, yaa?"
"Kangen ngajak lo gelut, sih, lebih tepatnya."
Kallien memutar bola mata, "bacot banget itu mulut."
Adriel terkekeh di balik ponsel itu, "lo masih suka baca 'kan?"
"Iya, malah sekarang novel gue udah dua rak, kenapa?"
"Temen gue ada yang suka baca---"
"Asli? Cowok? Ganteng, gak? Dia nerd, ya?"
"Dih, gak berubah, gue tebak gebetan lo banyak pasti di sekolah!" Dapat dia pastikan Adriel sekarang menyusutkan wajahnya.
"Emang," Kallien memainkan kukunya, "ih, itu temen lo siapa?"
"Bukan nerd, dia emang hobi baca, ada, nih, samping gue, mau kenalan?"
Binaran antusias di netranya seketika muncul, "oh, mau banget, dong!" apalagi setelah tahu teman Adriel bukan seorang cupu. Tapi, rata-rata orang cupu di sana pun, tetap tampan, jadi, jika memang beneran cupu, Kallien tidak masalah.
"Eh, bisa bahasa inggris gak, lo?"
Binaran antusias itu terganti menjadi kesal, "anjir, lo lupa kerja keras gue belajar waktu SD, ya? Heh, biar gue kasih tau sekarang gue udah bisa 5 bahasa---"
"Iya-iya, percaya, deh, apa, sih, yang Nara gak bisa? Lo 'kan Kallienara."
"Hm, mana woy, lama banget!"
Panggilan itu beralih menjadi panggilan video, Kallien menarik ke atas tombol biru nya, dan, langsung menampakkan wajah konyol Adriel.
Kallien tertawa, mampu menarik perhatian Firly dan Devin, namun, mereka lebih memilih melanjutkan obrolan.
"Bro, i told you i had a good friend recently, wanna know her?"
Saat mendengar suara bariton itu, jantung Kallien berdegub cepat, wajar, berkenalan dengan bule ini, lho!
"Oh, please."
Adriel memberikan ponselnya pada sang teman, "oh, wow, such a gorgeous friend, Adriel," cowok itu tersenyum lebar, nampak antusias menggoda Adriel, "hey, i'm Hugo."
Kallien tersenyum malu-malu saat terdengar suara Adriel yang ikut memujinya, "hey, Hugo, call me Kallien."
Hugo terlihat berpikir, "Kallien, Kallie, it's a greek origin, means 'the most beautiful', not surprised."
Kallien tertawa, "haha, thank you," dia mengecilkan sedikit volume panggilan, "Adriel says, you like to read."
"Uh-huh," Hugo menunjukkan buku cukup tebal padanya, dengan cover yang bisa Kallien tebak itu genre Fantasy, "might call it that."
"Can you recommend some book to me? I don't know what else to read."
"Sure---."
Obrolan mereka berlanjut dengan baik, Kallien selalu suka pada seseorang yang bisa membuatnya tertawa, Kallien menghargai orang-orang itu, dan, Hugo adalah salah satu dari mereka.
Ya, cowok bule itu punya selera humor yang bagus, benar-benar cocok di sandingkan dengan Adriel yang kadang berubah tengil.
"I hope i can meet you, someday."
"Me too, Kallie."
*****
"Siapa?" Kallien baru sadar, jika Firly dan Devin masih ada di kamarnya.
"Adriel."
"Oh?" baru saja Devin ingin berbicara, Kallien menyela.
"Iya, panjang cerita nya. Gue lagi mager cerita."
"Lo 'kok, bisa 'sih, nge-speak dengan pronounce yang bener?" Devin garuk-garuk kepala, "gue emang tau artinya, tapi giliran disuruh speak, susahnya puji Tuhan banget!"
"Yaelah, dulu gue juga gitu, santai, intinya lo mau kerja keras aja, sih."
Firly mengangguk setuju, "sebenernya pronounce nya gak perlu sesuai grammar, Dep, yang penting mereka ngerti aja apa yang lo omongin."
"Nah, ibu Firly betul sekali!"
'Ting!'
Dentingan ponsel menarik perhatian ketiganya, Kallien memastikan notifikasi itu.
@malvin.gewarld : Hai, Pennywise! Follback, woy!
Kallien melotot. Di ikuti oleh Firly yang mrmang berada dekat dengannya.
Devin mengeryit, "kenapa lo berdua?"
@malvin.gewarld : Besok gue jemput, ya? Gapapa, kan?
Sekarang, Kallien merasa kekurangan oksigen, "Fir ...."
"Bales cepet, anjir!"
Kallien tersentak. Ia segera membalas direct messages itu dengan jantung yang berdegub kencang.
"Kenapa, sih?!" Devin lagi-lagi bertanya. Bagaimana tidak, sahabat nya sedari tadi tidak menunjukkan raut santai di wajah mereka.
Dan itu membuat nya penasaran pada apa yang terjadi.
"Ssh! Diem dulu!" Firly meraup wajah Devin.
@kallienz : Done, kak.
@malvin.gewarld : Mau, gak?
"Iya-in aja, udah!" Firly gemas. Jika ia yang jadi Kallien, sudah dari berapa detik yang lalu ia menyetujui.
Lagipula, siapa yang ingin menolak untuk di jemput oleh kakak kelas yang tampan? Oh, bagi Firly tentu tidak ada. Terutama diri nya.
@kallienz : Boleh, deh.
@malvin.gewarld : Siap. Btw, Pennywise lagi apa?
@kallienz : Kenapa harus Pennywise, sih?!
@malvin.gewarld : Gpp, suka aja.
@kallienz : Dih, gajelas!
@malvin.gewarld : Gpp ngomong gajelas. Asal rasa gw ke lo jelas.
Kallien dan Firly saling memandang, "anjir, Kal! Blak-blakan banget! Fix, gue mau pingsan! Dev, tolongin gue!"
Kallien memutar mata nya. Begini nih, rasa nya punya sahabat yang bucin nya sampai minta di ceburin ke Sungai Ciliwung.
@malvin.gewarld : Canda, rasa.
@kallienz : Kak, di sini zona dilarang baper-in anak org. Jd, silahkan angkat kaki, pintu keluar di sebelah sana.
@malvin.gewarld : 😂😂
@kallienz : Ketawa lo? Jan maen-maen, Mas. Jan maen-maen!
@malvin.gewarld : Gw suka nih, yang bobrok, begini.
@kallienz : Kak ... gw panggilin Peter CS, nih.
@malvin.gewarld : Iya, sok. Jangan lupa Risa Saraswati nya di bawa juga.
"SUMPAH, ANJIR! TIPE GUE NIH, YANG RECEH, BEGINI!" Devin heboh, setelah di beritahu oleh Firly barusan tentang apa yang terjadi.
"Udahlah, Kal. Kalo lo gak mau, buat gue aja!" Devin memberi saran asal.
"Dih, enak aja!" sinis sang empu.
"Yaudah, kasih Adriel aja kalo, gitu." Devin berusaha menawar lagi.
"Yang ada si Adriel udah bacot, makin bacot lagi kalo sama lo!" tukas Firly.
"Jahat banget kenapa, sih?"
"Lo nya yang baperan, kali."
"Tau, ah. Gue marah!"
"Marah kok, ngomong?"
Baru saja Devin ingin melayangkan kekesalan nya, pintu kamar Kallien terketuk dari luar.
"Dek? Ngomong sama siapa?"
Kallien berdiri, berjalan mendekati pintu, lalu membuka nya.
"Itu ada Firly sama Devin, kenapa, kak?"
"Gak, sih. Iseng, doang," Nasywa cengengesan, membuat Kallien praktis mendengus.
"Eh, ada kak Nasywa!" Devin mengerling jahil pada Kallien.
Sang empu yang tahu ide jahil sang sahabat, langsung melotot, "Kasih tau, gue sentil ginjal lo!"
Namun, bukan Devin namanya kalau tidak jahil, "tau gak, kak?"
"Kenapa, Dev?"
"Kallien mau di jemput sama gebetan nya!"
"DEVINNNNNN!"