Chereads / HER: Kallien / Chapter 9 - |Her|Kallien Malu!

Chapter 9 - |Her|Kallien Malu!

Kallien menuruni anak tangga dengan was-was, padahal pagi ini angin sedang sejuk-sejuknya, kulitnya itu lebih memilih untuk berkeringat.

Jantungnya berdegub kencang, ya, se-waspada itu.

"Ayah udah pergi, Bun?"

Erina terkekeh dulu, baru menjawab anaknya, "udah dari tadi, sayang, mungkin 30 menit sebelum kakak kelas kamu datang."

Kallien mangut-mangut, dan mencium punggung tangan Erina, "Kallien sekolah dulu."

Sekarang, mungkin tubuhnya sudah bisa dikatakan lega, Kallien tidak tahu harus apa kalau-kalau mendapati Rizky masih bersantai di tempat biasanya.

Setelah mengenakan kedua sepatu, gadis yang menguncir kuda rambutnya itu beranjak keluar pagar yang dibaliknya; berdiri seorang cowok sedang memainkan ponsel.

"Kak, sorry lama-ehe," Malvin mendongak, menatap wajah Kallien yang sudah terpampang senyuman.

Masih ingat Direct Message yang di kirim Malvin? Ternyata, ucapan nya memang benar akan menjemput Kallien untuk berangkat sekolah bersama.

Ah ya, lelaki sejati selalu memegang janji, bukan?

"Kak?" gadis itu melambai-lambaikan tangan di depan wajah Malvin.

"Oh, kuy, naik, gih! Keburu telat."

Kallien menyempatkan untuk melirik jam yang melingkar manja di tangan nya, lalu menyusul naik. Huh, masih 40 menit lagi.

Sedangkan waktu tempuh antara rumah dan sekolah hanya 15 menit. Jika berjalan. Bisa bayangkan berapa waktu jika memakai motor?

Sadar bahwa kendaraan beroda dua yang di tumpangi belum beranjak meninggalkan rumah, Kallien pun menegur.

"Kak? Kok, belom jalan, sih?"

Malvin melirik melalui kaca spion, "itu tangan gak baik kalo nganggur. Kasian. Mending taro di pinggang gue."

"Nganggur juga gak ada ngaruh nya kali, kak. Mending kalo taro pinggang lo dapet duit. Ini? Kagak."

Malvin masih berusaha, "badan lo kerempeng, entar terbang, gue gak tanggung jawab, ya!"

Kallien memutar mata nya, kesal.

Apa tadi dia bilang? Terbang? Memang nya orang ini mengira Kallien adalah bocah SD yang akan terbang layaknya Black Widow yang di gendong Superman jika tidak berpegangan saat naik motor?

Bahkan Kallien sama sekali tidak pernah berpegangan saat naik motor waktu SD. Ya, karena memang dia terbiasa memakai mobil jika ingin bepergian.

Haha, ayo mengumpat.

Dengan sedikit tidak ikhlas, kedua telapak tangan nya perlahan mendekat, namun, saat otaknya tiba-tiba berpikir dua kali, tangan Kallien berhenti di tengah jalan, "gak, deh, kak, makasi."

'Mending gue terbang gitu aja daripada menuhin niat modus ini orang!' Lanjutnya dalam hati.

"Oke."

Entah Malvin marah dan balas dendam atau memang sudah biasa, motor itu dia lajukan dengan kecepatan yang tidak bisa di bilang biasa.

Kallien-yang tidak pakai helmet-rambutnya di buat berantakan, padahal Kallien sudah menyisir dan merapikan nya dengan hati yang tulus, Malvin tidak menghargai ketulusannya, cih!

"Kak Malvin, jangan ngebut-ngebut, gue hampir jatoh!"

Awalnya Malvin tidak peduli, tapi-sudah hal lumrah untuk beberapa orang jika di ancam-dia kini di bawah kekuasaannya, "iya, ngebut aja, lain kali gue gak mau di antar sama lo!"

Motor itu melaju santai, sedikit. Yang penting tidak separah tadi, "gak asik, lo! Maennya ancam-ancaman."

"Masih mending, kak, daripada maen hati."

Malvin meng-gas motornya, Kallien terhuyung ke belakang, praktis langsung mencengkram ransel milik Malvin, "bucin!" kata Malvin.

"Anjir, kak! Kurang ajar lo, ya!"

*****

"Lo remes tas gue sampe lecek begini, gimana kalo meluk gue, yang lecek pasti hati gue." sindir Malvin. Saat motornya sudah terparkir rapi di antara jejeran motor murid-murid yang lain.

Tentu bukan di dalam sekolah, mereka punya tempat rahasia untuk itu, Kallien saja yang baru melihatnya tidak habis pikir, ternyata apa yang Devin katakan waktu itu benar adanya, dan, bahkan tempat rahasia ini sudah ada sejak 5 tahun yang lalu.

Dan masih adem-ayem maksudnya tidak ketahuan sampai sekarang.

Tapi jika kalian memperhatikan Malvin lekat, dia seperti sudah diizinkan mengendarai motor dan sudah punya sim, ya, karena dia hampir sama tinggi nya dengan siswa SMA kelas 12.

"Garing, kak, untung masih sopan gue sama lo."

"Udah di bawa kebut-kebut, gak nawarin pake helm lagi, kurang sabar apa lagi coba, gue? Untung bunda gak keluar tadi," sambungnya.

"Sayang banget, calon mertua gak sempet liat muka calon mantu nya," Malvin geleng-geleng.

"Ih, gak sudi, najis!" Kallien berkali-kali melayangkan pukulannya pada Malvin.

Ya, mereka sudah se-akrab ini, padahal baru berapa hari bertemu. Tidak heran, Kallien yang memang tidak pernah habis topik pembicaraan serta ramah dan Malvin yang sok kenal-sok dekat.

"Yok, kejar gue, yok!"

Kallien mengernyit kesal, yang sedari tadi memang belum turun dari jok motor, akhirnya turun dan mulai mengejar Malvin ke lapangan basket.

Malvin tertawa saat menyadari Kallien menuruti ajakan laknatnya, kedua pasang kaki itu saling mengejar.

Kallien yang berusaha meraih untuk memenuhi hasrat memukul Malvin dan Malvin yang berusaha menghindar dari hasrat Kallien.

Dengan jahil dia berteriak, "sini lo, Kal, tangan kosong kalo beranee-haha!"

Dia baru tahu jika Malvin punya sisi se-menyebalkan ini di dirinya, "kak Malvinn!!"

'Brukk!'

Kallien terjatuh. Saking dia mengeluarkan semua tenaga nya untuk berlari, dia kehilangan keseimbangan dan berakhir di lantai lapangan yang kasar juga luka yang perih di lutut, "aduh!" rintihnya.

Murid-murid yang cukup banyak lewat dan sedari tadi sudah memperhatikan mereka kejar-mengejar, beberapa ada yang memekik. Itu pasti sakit sekali, pikir mereka.

Malvin perlahan berhenti, lalu berbalik, dan dengan panik, menghampiri Kallien, "lo gapapa?" tanyanya.

Benar-benar, hari ini hari tersial memang!

*****

Kallien baru masuk kelas dan mulai mengikuti pelajaran saat pelajaran ke dua-belum istirahat-dengan Malvin yang mengantarnya.

Dia tidak menggubris permintaan maaf Malvin, tidak tahu, dia menjadi kesal pada cowok itu, dan lagipula Malvin tidak bersalah di sini, dia saja yang ceroboh dan akhirnya kehilangan keseimbangan.

Mana banyak yang memperhatikan lagi, malu nya itu, lho!

"Eh? Habis dari mana, Kallienara? Kenapa baru masuk?"

"Kallien, habis dari UKS, bu, tadi jatoh dan kaki nya berdarah," Kallien tersenyum masam.

Firly dan Devin yang mendengar dan baru tahu itu melotot kaget, bisa-bisanya!

Bu Ani praktis menurunkan pandangannya ke area lutut Kallien, yang padahal sia-sia karena semua siswi di sekolah ini yang memakai kerudung maupun tidak harus pakai rok panjang, termasuk Kallien, "waduh, lain kali hati-hati, nak, sok, duduk atuh."

"Iya, bu, makasi."

Saat sampai dan duduk dekat Firly, teman sebangkunya itu memukul lengannya yang langsung menimbulkan sedikit bunyi, "kirain gak ke sekolah hari ini! Kenapa bisa jatuh, coba?"

Kallien mengelus bekas pukulannya, "gara-gara kak Malvin, anjir."

Padahal baru saja dia meyakinkan diri bahwa sepenuhnya bukan salah Malvin, tapi sekarang dia jadi berubah pikiran, ini semua salah Malvin!

"Ya, kerjakeun panceun tilu, nya? Kalo sudah, Ketua murid, pang bawakeun ka ruang guru. Rafid?" bu Ani melirik Rafid yang sibuk mengerjakan tugas yang diberikan.

"Muhun, bu."

"Masih ada waktu sedikit sebenarnya, tapi kalian ibu izinkan istirahat sekarang," lalu guru bahasa sunda bertubuh ringkih itu keluar dari ruang kelas beriringan dengan pekikan senang teman-teman Kallien.

"Muhun, nuhun, ibu!"

"Tumben banget si ibu," Firly bersandar di bangkunya.

Devin berbalik, "kak Malvin kenapa, coba? Berarti tadi beneran di jemput?"

"Iya, entar aja 'lah gue cerita, lagi kesel, yeuh!"