Sudah tiga hari Ali dan crew kapalnya merapat di Yerevan. Hari pertama ia membantu menurunkan pasukan, hari kedua ia melakukan pengecekan dua kapalnya.
Hari ini. Ali, Rumi, dan Aragor pergi ke tempat penjualan sparepart kapal. Aragor memang sudah familiar dengan kapal kapal milik Ali. Aragor yang nantinya memberitahu crew yang lain untuk melakukan pergantian. Ali biasa memanggilnya staff ahli.
Sementara crew yang lain diizinkan berlibur untuk pesiar. Mereka pergi menuju pusat kota setelah sebelumnya membeli sparepart yang mereka butuhkan disalah satu toko.
Untuk barang yang tidak ada maka Ali pun memesannya dan meminta untuk dikirimkan ke Baku.
Keindahan yerevan sungguh luar biasa. Pegunungan dibangun seperti rumah rayap. Sebuah gunung penuh dengan lubang. setiap satu jalan terdapat sepuluh pintu atau lebih tergantung luas bangunan didalamnya.
Tidak ada taman, hanya jalan dan pintu. Tersusun dari atas gunung hingga bawah. jadi jika kita ingin kerumah paling atas maka kita harus melewati jalan utama kemudian ke jalan depan rumah. indah sekali, ditambah setiap beberapa rumah adalah toko atau cafe.
Cafe nya pun unik depannya nampak kaca kaca diberi kusen kayu dan besi. terlihat dari cahaya lampu berwarna kuning dari dalam. ketika kami masuk. luar biasa indah, seluruh ruangan dilapisi kayu dan ada sebuah perapian sehingga ruangan terasa hangat. kami menghabiskan petang disana.
Untuk mencapai pusat kota dan memasuki pemukiman kendaraan roda empat atau jenis kendaraan besar lainnya akan diparkir disebuah lapangan luas dan seluruh warga diwajibkan menggunakan monorel untuk mengoptimalkan jalan yang tidak begitu besar dan penduduknya yang padat.
Namun dibalik keindahan itu ada rasa takut yang menghinggapi setiap orang. Ada sebuah kelompok yang mereka namai pasukan terbuang yerevan yang berkeliaran diluar sana. Salah satu pengunjung membawa sebuah koran bekas yang beritanya seminggu yang lalu. Memberitakan bahwa pasukan terbuang Yerevan menghancurkan kereta yang membawa pasukan. Ali pun langsung menanyakan pada pelayan cafe tentang berita itu.
"Ya benar", kata pelayan. Lantas pelayan itu memberitahukan pada Ali tentang pasukan terbuang yerevan bahwa pasukan itu adalah pasukan elit yerevan yang membelot melindungi kegiatan ordenaga dalam penggalian terowongan di sana.
"Alasan utamanya karena uang yang sangat besar yang ditawarkan oleh orde naga", kata pelayan itu.
"disamping pimpinan mereka bersinggungan politik dengan pemerintah, ia kecewa dan mengkudeta namun gagal", lanjut pelayan itu.
Ali pun menemukan jawaban atas alasan pasukan terbuang yerevan menyerang pasukan yang sedang ia bawa. Ia pun berbincang makin dalam dalam dengan pelayan itu.
"hanya ada satu jalan untuk menuju benteng yang sedang dibangun itu, dan harus mengitari beberapa gunung yang berbahaya, ditambah cuaca yang extreme seperti sekarang", lanjut pelayan itu dengan serius dan tatapannya yang meyakinkan.
"Aku ingin kopi satu lagi", celetuk aragor memecahkan suasana.
"baiklah, baiklah", kata pelahan itu mengecutkan senyumnya.
"sudahlah Aragor", kata Ali menenangkan.
"sedari tadi dia tidak ada berhentinya berdongeng", Kata aragor kesal.
"yang terpenting untuk kita adalah pulang dengan selamat dari kapal perang Almaut", lanjut Aragor.
Ali, Rumi, terdiam.
Aragor memiliki pengalaman trauma dengan kapal itu, dilautan para pelaut menyebutnya kapal hantu. Kapal itu selalu muncul pada saat orang orang dilanda ketakutan diterjang badai. Disudut jauh sana tiba tiba kapal hitam itu muncul mengedipkan lampu jauhnya.
Dan cerita dari pelaut yang bertemu dengan kapal itu selalu tentang awak kapalnya yang selalu berdiri mematung dibalik kabut.
Kengerian nya bukan karena berisi cerita mistis namun kesenyapannya dalam bergerak. Kemunculannya selalu tiba tiba tanpa terpantau radar.
Aragor sendiri pernah bersinggungan dengan kapal itu dan merasakan bulu kuduknya berdiri. ia seperti melihat kapal kosong yang mengapung begitu saja. Kemunculannya dari balik kabut saat ia baru saja berjuang keluar dari badai. hanya diam.
Kedua kapal bersinggungan dan Aragor bersama yang lain hanya bisa terdiam dan terus menatap kapal itu sampai keduanya menjauhi satu sama lain.
Aragor mendeskripsikan kapal itu adalah kapal kayu dengan banyak layar dan berwarna hitam. saat berpapasan seluruh moncong meriam keluar dari bagian tengah kapal dan mengarah ke arah kapal aragor.
Sangat tenang namun ia dapat merasakan banyak mata menatap dirinya dari dalam. Saat aragor melihat kebawah laut ada kapal selam mengiringi kapal itu.
Aragor pun menyarankan pada Ali agar iring iringan kepulangan kapal kapal ali lebih berhati hati dan mengatur strategi.
"tenang aragor kita dikawal kapal penjaga", kata Ali menenangkan aragor yang sedari tadi gelisah. Hati kecil Ali sendiri merasa khawatir tapi berusaha kuat dihadapan rekan kerjanya.
"Tidak cukup Tuan",
"Apa yang tidak cukup?", Tanya Ali penasaran.
"Menurut saya ia menyembunyikan kekuatan yang cukup besar, ketika ia menunjukan pada kita, ia seperti mencari informasi mengenai kapal kapal kita, Ia tidak bodoh", kata aragor.
"sepertinya kapal itu mampu jika hanya melawan dua kapal penjaga dengan persenjataan dan kapal selam yang selalu mengikutinya",
Ali mulai termakan kata kata Aragor yang memang ada benarnya, percakapan pun berhenti sejenak ketika pelayan itu kembali dan meletakkan secangkir kopi untuk aragor. kali ini wajah aragor berubah tidak senewen lagi dan mengucapkan terima kasih pada pelayan itu.
Perbincangan mereka lanjutkan dan tak terasa sudah empat jam mereka dicafe itu. pukul sepuluh malam, terlalu larut untuk kembali ke kapal.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari penginapan dan menangguhkan kepulangan hingga dua hari.
Setelah keluar dari cafe dan berpamitan pada pelayan itu karena sudah berbaik hati menemani mereka selama empat jam lamanya.
Ali dan lainnya menyusuri keindahan kota yerevan.
Jalan jalan nya yang kecil berupa batu batu kotak yang tersusun sangat rapih. dan sisi sebelah kanan berupa bebatuan yang dipahat dan pintu masuk setiap beberapa meter. disebelah kirinya adalah tebing untuk rumah dibawahnya. kabut sangat tebal dan dingin menusuk tulang.
Aragor sedari tadi bersin tiada henti sembari melipatkan tangan nya erat erat untuk menahan dingin yang amat sangat. Kemudian sampailah mereka di sebuah penginapan.
Bentuk penginapan itu berbeda dengan cafe, hanya sebuah pintu berukuran kotak dan disisinya ada ukiran yang entah apa isinya, serta seluruh tampak depannya berupa kotak.