Hening. langit gelap disenja ini. Gemercik air hujan berubah deras, Petir menyambar nyambar.
Ombak di lautan naik turun membuat kapal kapal terombang ambing. Kapal mister Albert mengalami kerusakan parah disisi kanan nya, sementara kapal itu berada di sebelahnya.
Semua orang bersiaga, waspada terhadap kapal yang bersebelahan itu. posisinya hanya tiga sampai lima meter dari kapal mister Albert.
Setiap orang merasakan kengerian ini, matanya menatap tajam kapal itu. mereka tau bahwa banyak sekali mata yang siap menyerang mereka. ditambah suara decitan dan benda yang bergerek dari dalam kapal itu.
Sesaat kemudian suara pluit panjang terdengar dan seperti gelombang besar manusia bermunculan dari dalam kapal itu serta penuh suara teriakan dan lolongan. dari bagian tengah kapal, bermunculan mulut mulut meriam tepat dihadapan kapal mister albert.
Pasukan Aragor langsung bergerak,berlarian kesisi dimana kapal mister albert berada dan menembaki perompak itu. kapal Ali segera mendekat dan terjadi peperangan antara pasukan aragor dan perompak itu.
Aduan pedang, teriakan, cacian terdengar dari atas kapal mister albert. Ali yang ada diruang kemudi langsung bergegas keluar namun ditahan oleh Rumi.
"jangan keluar, segera hubungi tuan mosud", kata rumi khawatir.
Kengerian luar biasa terjadi ketika peperangan berlangsung sangat lama, energi masing masing lawan mulai melemah seakan tidak pernah usai.
Sepertinya perompak mulai kesal karena kapal mister albert sulit ditaklukan dan banyak dari pihaknya yang tumbang.
Suara dentuman meriam pun terdengar terus menerus, mengahancurkan lambung kapal mister albert.
Aragor saat itu terlihat sangat kepayahan melawan para perompak, namun semangat nya terpancar dari wajahnya.
Puluhan penjaga turun dari kapalnya dan berdiri dikapal salam selam yang naik ke permukaan itu. Menunggu kapal Ali merepat untuk membantu pasukan Aragor yang tengah mengamuk.
Mereka tidak sabar dan mengacungkan pedang serta menembaki para perompak itu. Tetapi mereka lupa bahwa kapal selam itu dapat turun kembali ke dalam laut sewaktu waktu.
Kapal milik Ali yang berada diposisi paling belakang segera maju menuju para penjaga. Seorang penjaga menatap teropong kapal selam mengarah ke arah mereka, penjaga itu berteriak.
"Segera naik kekapal!",
Namun hal itu sia sia, tangga kapal tidak cukup menampung jumlah pasukan yang banyak. semua orang ketakutan melihat kapal selam itu turun perlahan dan menghisap mereka ke bawah air. sementara yang lain menjerit jerit.
"Cepat naik! ,Cepat naik!,
Puluhan orang mengapung di lautan yang dingin itu, ada yang tewas seketika karena air laut yang sangat dingin, ada yang terhisap ke bawah air, ada juga yang masih mengais ais meminta tolong.
Kapal Ali pun datang dan segera melemparkan pelampung dan menurunkan sekocinya.
Hari mulai gelap dan hanya titik lampu lampu yang menerangi saat itu. Kapal Mister Albert akhirnya karam setelah dihujani peluru meriam. Aragor masih terus berjuang dengan para pasukannya yang tersisa. Kapal penjaga pun berhasil menghancurkan salah satu kapal milik kapal perang Almaut. setelah sebelumnya menubrukan dirinya dan menembakkan peluru meriam tepat di lambung kapal itu.
Seolah tidak pernah usai kapal perang Almaut mendekat kearah kapal penjaga. Sangat perlahan di lautan yang tenang setelah badai panjang.
"Aku harus membantu mereka", kata Ali meyakinkan Rumi.
"Jika kapal perang itu belum juga datang, kau bersembunyilah di ruang penyimpanan", kata Ali lagi.
Ia memakai rompi anti peluru membawa pedang dan senapannya. Ia berlari ke tengah tengah peperangan.
Sementara Rumi terus menghubungi kapal perang tuan mosud namun belum ada jawaban, hanya suara tidak jelas dari radio yang dipegangnya.
Rumi semakin panik melihat Ali yang tengah berlari ketengah tengah pertempuran. Ia melihat kapal perang almaut menodongkan moncong meriamnya ke arah kapal penjaga yang hanya bisa mengapung karena kehabisan peluru.
Dari kapal perang Almaut muncul orang orang yang semakin banyak ke arah kapal penjaga. seakan semuanya sia sia, seluruh mental pasukan Aragor jatuh dan tetap berjuang dengan sisa sisa tenaga.
Ali menembakan senapan nya pada musuh dalam jarak yang cukup dekat. dan terus berteriak agar mental teman temannya tetap kuat.
"cepat datang , cepat datang", kata Ali dalam hatinya.
"dooomm", sebuah ledakan keras meledak tidak jauh dari dirinya. Ali terpelanting cukup jauh hingga tak sadarkan diri. Kapal panjaga pun karam.
***
Ali terbangun. ia membuka matanya perlahan lahan dan merasakan perih di bagian pelipisnya, ada cairan merah yang mengganjal dimatanya. saat ia ingin menegakkan tubuhnya tangan nya merasakan sakit yang luar biasa.
Hingga ia menunggu beberapa saat untuk memulihkannya, ia tidak melihat apapun karena semuanya gelap.
Ia mulai merasakan dingin yang luar biasa ditubuhnya. kali ini ia mampu untuk berdiri dan menatap pada kegelepan. saat ia menoleh kebelakang, titik titik lampu menyinari sebuah kapal besar.
Lampu sorot mengarah pada dirinya ia mengangkat tangannya untuk menghindari silau dari lampu tersebut. Rumi dan Tuan mosud menghambur padanya.
"Terima kasih telah datang", kata Ali terharu.
"kau hebat Ali", kata tuan mosud membesarkan hatinya.
Mereka pergi menuju kapal perang yang cukup besar itu. Sejenak ali berdiri melihat sekitarnya. Masih ada beberapa kapal dan mayat berserakan. Ia mencari Aragor namun rumi menahannya dan membawa Ali kekapal untuk diobati.
Ali terbaring diruangan dan tak sadarkan diri untuk beberapa waktu, ia hanya dapat merasakan ada sesuatu yang bergerak gerak di tangan nya.
Fikirannya masih memikirkan Aragor, ia sangat khawatir padanya, rekan, sahabat serta saudara baginya.
***
"Dimana Aragor?", tanya Ali khawatir.
Rumi yang sedari tadi berada disamping Ali hanya bisa diam dan menitikan Air matanya.
"Dimana Aragor, rumi?", tanya Ali untuk kedua kalinya.
Dengan terbata bata ia pun menjawab pertanyan Ali yang akan melukai hatinya.
"Tuan Aragor berada di ruang sebelah", kata rumi sambil menangis tak kuasa melihat kondisi Ali dengan perkataan bohongnya.
"syukurlah , apa dia selamat?",
Rumi terdiam beberapa saat.
"Apa dia selamat rumi?", tanya Ali lagi yang membuat dada rumi semakin sesak atas pertanyaan nya.
"Ia...., telah meninggal", kata rumi sambil menangis dan meremas selimut yang ada pada kasur Ali.
Air mata Ali terjatuh disudut matanya setelah mendengar berita itu, matanya menatap kosong kelangit ruangan. hatinya sakit kehilangan orang yang dicintainya.
Ia belum bisa menerima kepergian Aragor. Fikirannya mengingat kenangan bersama Aragor, masa masa sulit merintis usaha kapal, hari hari bersamanya, dan perjuangan terakhirnya saat melawan perompak kapal perang Almaut.
Ia teringat saat terakhir ketika ia berkata pada Ali untuk yang terakhir kalinya ketika sedang berjuang.
"kau harus hidup Ali, Aku selalu mendoakanmu",
Sebelum akhirnya Ali terpelanting tak sadarkan diri.