Jumantara mempunyai arti langit,kata ini juga ada di nama lengkap Aldi,itulah sebab kadang Aku memanggil nya "Langit",sebuah kata yang indah untuk di taruh di sebuah nama tentunya.Begitu juga dengan puisi yang tidak sengaja ku buka dari buku puisi itu,judul nya adalah "Jumantara",
"Sakit itu pemanis denyut
Pengkhianatan bukti manusia tak berjatmika
Maka kenapa Kau berpaling dari-Nya
Yang punya pasukan malaikat ber-Nayanika
Yang mengizinkan pagimu di hiasi arunika
Bekas cahaya pagi dari mentari yang ber-Baswara
Maka biarlah jumantara menangis petang ini
Karena baru kehilangan sabitah nya"
Aku sama sekali tak mengerti maksud puisi ini,bait ke bait terasa tak berhubungan,Aku terus memikirkan apa makna puisi itu sambil berjalan ke rumah,dan saat benar-benar tinggal membuka gagang pintu rumahku,Aku tersentak,kepalaku tiba-tiba pusing,kaki gemetar,mataku berkunang-kunang dan pandanganku menjadi kabur,Aku mulai kehilangan kendali atas kaki ku saat sampai di ruang tamu dan terjatuh.
"Wahai para malaikat....
"Bacalah litani untuk nya...
"Wahai dirgantara...
"Menjura lah!....
"Haa..H!"Aku tiba-tiba terbangun dengan keadaan sangat terkejut,suara apa dan siapa itu?terlebih lagi semua rasa sakit dan pusing yang tadi kurasakan telah hilang dan kini Aku sudah ada di kamarku.
"Anggi..!,Kamu sudah siuman?"tanya Veni tetanggaku yang sama-sama mahasiswi,
"Iya,Ven"ucapku,
"Aku tadi kaget banget lho,Aku ke sini niatnya mau ngajak Kamu keluar buat makan bareng soal nya Aku lihat sepatu Kamu di luar,Aku ketuk-ketuk gak ada jawaban ya...karena panik Aku buka saja,eh..Kamu pingsan di ruang tamu"ucap nya,
"Aku pingsan berapa lama,Ven?"tanyaku,
"Empat puluh menit-an lah,lumayan cepat"ucap nya,
Aku mengurungkan niat untuk bertanya soal apa yang kudengar tadi,rapalan itu terdengar seperti do'a yang diperintahkan ke seluruh penghuni langit dan bumi karena ada kata "Dirgantara" di sana,terlebih lagi ada kata "Litani" yang berarti do'a yang diucapkan bersama-sama.Veni membuka ponsel nya untuk melihat jam berapa sekarang.
"Kalau Kamu udah enak-an,temenin Aku yuk makan di luar,jangan-jangan Kamu belum makan"ucap nya,
"Ayo,Aku gak sakit kok"ucapku lalu bangkit dari tempat tidur,
"Oh iya,Kamu hari ini lupa bawa buku puisi itu ya?"tanya Veni tiba-tiba,
Aku menoleh ke arah Veni dengan tatapan heran,
"Soal nya tadi sampai di kamar buat baring-in Kamu,buku itu udah terbuka di atas meja rias"ucap Veni sambil menunjuk buku puisi itu di atas meja riasku,
"Oh,iya kayak nya"ucapku,Aku tak ingin menakuti Veni.
. . .
Buku puisi itu terbuka tepat di halaman yang berisikan puisi yang redaksi nya persis seperti do'a yang kudengar saat pingsan,judul nya "Litani",semakin lama Aku semakin bingung dengan buku itu yang seperti nya memiliki kekuatan tersendiri,entah sihir atau apa pun tapi seakan Aldi masih hidup di buku itu,entah menjaga buku itu atau menjagaku dari dalam buku itu.