-Sebelas Tahun Yang Lalu
"Kau tahu mengapa Aku tak marah atau menegur mu saat Kau memilih bermain dengan mereka?" tanya Aldi,
Mataku masih sembap,Aku juga masih sedikit terisak.Aku menggeleng.
"Kau tahu,semakin tinggi pohon,semakin kencang angin nya....
"Tapi bukan hanya itu,makin tinggi pohon nya makin sedikit pula dahan yang ada di puncak,jadi tempat di puncak tentu terbatas,maka untuk berada di puncak satu-satu nya cara adalah menjatuhkan yang sudah sampai lebih dulu...
"Kau tahu,mungkin anak laki-laki yang kemarin menyatakan persaan nya padamu tidak benar-benar menyukai mu,ia hanya mencari alasan agar Dia dapat menempati tempatmu di puncak,karena itulah Aku tidak akan pernah mau 'memanjat' pohon itu,tetap lah di dahan terendah,jadi saat Kau jatuh rasanya akan sama saja seperti engkau turun dari pohon itu" ucap Aldi,
"Oh iya,berbicara soal pohon,ayo bermain ayunan di pohon belakang rumahku,Kau yang dorong ya..!" ucapku riang,
Aldi hanya tersenyum tipis lalu mengangguk.Dan entah apa yang kupikirkan hari itu,senja itu,Aku mencium pipi Aldi di umur Kami yang masih sembilan tahun.
. . .
"Hey...! Kau mendengarkan tidak?" tanya Mikhael memecah lamunan ku,
"Ooh...maaf" ucapku,
"Jadi,apa jawaban mu?" tanya Mikhael lagi,
"Tidak" jawabku singkat,
"Kenapa Aku tidak yakin ya dengan jawaban mu?" tanya Mikhael menggodaku,
Aku mencubit lengan nya,Dia meringis lalu tertawa,
"Kami terlalu kecil untuk memikirkan hal itu" ucapku,
"Tapi tidak terlalu kecil untuk jatuh cinta bukan?" ucap Mikhael,
Aku kembali terdiam,tanpa terasa pipiku memerah,
"Ayolah,Aku saja sudah menyukai lawan jenis sejak taman kanak-kanak,bagaimana mungkin Kalian yang selalu bersama tidak merasakan hal semacam itu?" ucap Mikhael,
"Entahlah.." ucapku.
Aku memakai gelang yang terbuat dari tali berwarna merah gelap yang tadi di berikan Veni,gelang yang cukup cantik walau warna nya gelap,tapi Aku penasaran apa pendapat Aldi melihatku memakai gelang kalau Dia masih hidup,
"Kamu tak perlu penasaran dengan apa pendapat nya.." ucap Mikhael tiba-tiba,
"Bahkan Dia yang akan memberikan nya padamu" ucap Mikhael,
Aku memasang wajah heran,bagaimana orang ini tahu,
"Kau tahu,wajah mu terlalu jujur untuk orang yang tertutup seperti mu" ucap Mikhael,
"Bagaimana jika Aku bilang Kau salah?" ucapku,
"Sudah kubilang,wajah mu itu terlalu jujur" ucap Mikhael.
Tiba-tiba puluhan kembang api meledak di arah kiri Kami,Kami berdua menoleh ke arah suara ledakan-ledakan yang saling bersusulan itu,seketika seluruh pecinan berseru riang,mereka melompat-lompat,saling berpelukan satu sama lain.Di tengah bising nya suara ledakan kembang api itu,Aku mendengar Mikhael bergumam tapi samar-samar tertutupi suara bising di sini,
"Kau bicara apa?" tanyaku berseru,
"Tidak,Kau tak perlu tahu" seru Mikhael balik,
dan tak lama setelah itu,Kami pulang dengan berbagai cerita di perjalanan.