Chereads / Cintanya Cinta / Chapter 3 - Rayhan POV

Chapter 3 - Rayhan POV

Sisi Rayhan...

Rayhan telah kembali ke tanah air E setelah 6 tahun menimba ilmu di jurusan Komputer Universitas A yang sangat terkenal. Ia telah menamatkan pendidikannya sampai ke jenjang S3. Baginya hal itu hanya biasa saja. Rayhan selalu menilai dirinya biasa-biasa saja...

Pada kenyataannya Rayhan selalu meraih juara umum pertama di sekolah unggulan. Meraih juara pertama Olimpiade Nasional tingkat Nasional dalam bidang Komputer Sains, bahkan meraih gold medal pada kompetisi dunia. Kejeniusannya tidak diragukan lagi...

Rayhan terlahir dari keluarga Wiryo yang tajir melintir di kota A. Umi Aisha dan Papa Danil sangat menyayangi putra semata wayangnya. Mereka membesarkan Rayhan dengan penuh kasih sayang namun tidak memanjakan. Inilah yang membuat Rayhan menjadi sosok yang matang dan bertanggung jawab.

Semasa kecil, Rayhan selalu dikelilingi dengan pelayan yang melayaninya dengan baik, dia tidak pernah kesepian walau anak semata wayang. Sesungguhnya, segala daya dan upaya telah dikerahkan oleh papa Danil dan Umi Aisha supaya Rayhan memiliki teman bermain sedarah dengannya. Namun Tuhan berketetapan lain. Papa Danil tetap setia mencintai Umi Aisha, kasih sayangnya tak pupus walau hanya dapat memberikan satu anak kepadanya.

Rayhan biasa dipuji dan dipuja setiap orang yang memandang dan mengenalnya. Penampilan fisik sempurna di tambah dengan kejeniusannya dalam bidang Komputer Sains serta kekayaannya membuat ia menjadi 'the most wanted' para wanita lajang seusianya. Setiap keluarga yang memiliki anak perawan di kota A, tiada henti mencoba mengenalkan anak gadisnya pada Rayhan. Rayhan tak pernah menghiraukan. Ia memilih berkonsentrasi memperlebar sayap bisnis papa Danil ke kota J.

Rayhan menjadi dosen di Universitas U dikarenakan Rektor Anwar mengetahui ke jeniusan Rayhan tidak mau menyia-nyiakan kejeniusan dan keahlian Rayhan di bidang Komputer Sains. Anwar adalah teman kuliah Danil selama menempuh kuliah di Universitas A. Rayhan bersedia menjadi dosen atas bujukan Danil.

Rayhan sudah biasa mendapatkan serangan dari lawan jenis maupun para orang tua yang ingin mendekatinya. Karena terlalu sering Rayhan membentengi dirinya dengan bersikap dingin dan menjaga jarak. Poker face yang dipasangnya adalah yang paling efektif untuk menangkal para wanita penggoda.

Di usianya yang ke-25, Rayhan belum pernah memiliki ketertarikan secara seksual terhadap gadis manapun. Rayhan sudah biasa melihat gadis-gadis cantik yang berupaya memenangkan hatinya. Selama ia belajar di luar negeri, banyak pula yang berubah menjebaknya. Namun tidak ada yang dapat mengungguli kewaspadaannya.

Pagi ini papa Danil datang mengunjunginya dengan membawa nasi uduk dan semur jengkol kesukaannya. Papa tahu Rayhan jarang makan diluar. Rayhan terlalu malas untuk memasak makanan yang rumit seperti nasi uduk dan semur jengkol, walaupun makanan tersebut adalah makanan kegemarannya.

Rayhan asik menikmati sarapannya ketika Danil angkat bicara,

'Ray..., bagaimana kantor cabang kita?'

'So far so good...'

'Kerjamu di kampus?'

'So far so good...'

'Gadis-gadis di kampus cantik-cantik?'

'So far so good'

'....'

'Ups... Sorry... Tadi Papa bilang apa?'

'Papa tanya, apakah di kampus gadis-gadisnya cantik-cantik?'

Rayhan berhenti mengunyah dan menjawab papanya dengan tegas,

'Belum ada yang membuatku berdegup kencang...'

Danil menghela napas panjang, sedikit kecewa...

'Rayhan..., nanti papa akan berkunjung ke kantor BFF papa... Sueb, kamu ingat dengan Om Sueb?'

'Hhhmmm... Gak inget...'

'Nanti jemput Papa jam 8 di kantor Om Sueb ya...'

'Ok... Share location aja Pa...'

Rayhan segera beranjak dari duduknya dan berpamitan, mencium tangan papa Danil dan bergegas masuk ke lift private kondominium Grand Elite.

Hari ini pertemuan pertama dengan anak bimbingannya. Seperti biasa, gadis cantik ke'bule'an ala peragawati. Gadis cantik seperti Jeana sudah biasa pasti akan meminta nomor kontaknya untuk bisa mengusik kesehariannya. Hmmm... Sungguh melelahkan menangkis serangan Jeana.

Sore hari, ketika Rayhan menaiki tangga dari lobby ke kantin kampus, Rayhan berpapasan dengan Jeana, disebelahnya, Rayhan melihat seorang gadis yang membuat hatinya mulai berdegup. Bagai jantung terhenti kemudian mendapat sentakan air listrik. Hmmm...

Melihat ketidak perdulian gadis di sebelah Jeana, membuat Rayhan susah berkata-kata. Hanya melihat sosoknya, belum wajahnya, Rayhan sudah tertarik. Baru sekali ini Rayhan merasakan jantungnya mulai berdegup tak terkontrol.

Ada suara di dalam hatinya

'Inilah jodohmu...'

'Oh... Tuhanku... Apakah benar? Mengapa dia begitu menarik... Tapi... Tak ada respon darinya...'

'Dialah istrimu'

'Kita lihat saja nanti...'

Rayhan mendengar sapaan Jeana, karena degupan di jantungnya, Rayhan tak menjawab, hanya dapat melirik dan berlalu. Saat itulah mata elang Rayhan besitatap mata dengan mangsanya.

Mata coklat muda berbentuk almond, seperti mata kucing, Rayhan ingin menatap terus tapi Rayhan yang terbiasa memakai logika, langsung tersadar dan mengalihkan pandangan ke depan dan melangkah pergi.Rayhan ingin melihat gadis itu lagi, gadis bermata almond yang menggoda hatinya.Rayhan jadi menyesal tidak memberi kontaknya pada Jeana. 'Next time, aku akan mengorek keterangan mengenai gadis itu dari Jeana' tekad Rayhan dalam hati.

Tepat pkl. 8 malam Rayhan memarkir mobil Audy hitam di parkiran Gedung 77, sesuai share location dari papa Danil. Rayhan segera meluncur ke lift dan menekan tombol lantai 77 yang dituju. Pada lantai LB, pintu lift terbuka. Sosok seorang gadis, berkaos hitam fit di tubuhnya yang sintal melangkah masuk.

Gadis itu menekan tombol angka 77 kemudian asik kembali dengan HP-nya. Ia tak perduli kehadiran Rayhan, ia tetap sibuk dengan dengan HP-nya. Siaaal... Jantungnya berdegup kencang.

Mata elang Rayhan tak berhenti melahap sosok gadis di sebelahnya. Logika Rayhan mulai lumpuh. Ia ingin meraih HP di tangan gadis itu, menarik pergelangan tangannya sehingga tubuh sintalnya masuk dalam dekapan Rayhan, memegang dagunya, menengadahkan kepala gadis itu sehingga Rayhan dapat menikmati mata almondnya.

Denting lift menyadarkan lamunan Rayhan. Gadis itu langsung melangkah keluar dari lift. Gadis itu melangkah kira-kira lima langkah kemudian mempercepat langkahnya, mendekati pintu besar kayu mahogoni. Di pintu tertulis 'Sueb Tohir Direktur Utama'.

Rayhan terlalu fokus dengan gadis itu sehingga ia tidak memperhatikan sekelilingnya. Ketika gadis itu masuk dengan tergesa. Rayhan dihadang oleh seorang wanita, berkemeja pink tangan panjang, rok span hitam selutut, sepatu hak hitam dan sikapnya yang sopan menunjukkan identitasnya. Ia, Silvana memperkenalkan dirinya, ia adalah sekretaris Om Sueb.

Rayhan dipersilahkan duduk di sofa yang tersedia di depan meja sekretaris. Silvana menawarkan minuman kepadanya. Rayhan memilih air mineral untuk membasahi tenggorolannya yang kering. Silvana segera mengampilkan air mineral dingin dari kulkas kecil yang tersedia di ujung ruangan.

Rayhan memandang sekeliling. Ruang tunggu direktur hanya terdiri lemari file, meja sekretaris yang diatasnya tertata rapi komputer lengkap dan alat tulis, juga lemari nakas yang di atasnya ada kulkas kecil. Rayhan duduk santai, tak lama kemudian pintu ruang direktur terbuka.