Kaki melangkah tak pasti, menuju tempat yang tak terarah, merenungi sebuah hal yang selalu membuat hati terasa sakit. Perasaan benci meruak namun mencoba untuk memendam dan menguburnya....Tuhan apa yang harus aku lakukan, rasanya aku ingin cepat pergi dan meninggalkan semua.... dalam hati Viona. "Hai Vio....kok sendirian?" Tanya Arjuna. Namun Viona hanya terdiam dan terus melangkah.
"Eeee....oh ya! gue punya coklat nih, lo mau ngga?" Tanya Arjuna kembali. Viona masih tetap diam. "Heh... Vi lo kenapa sih? gue khawatir tahu ngga sama keadaan lo yang kaya gini." Kata Arjuna. "(Berhenti berjalan) gue ngga papa, lo ngga perlu khawatir, sekarang gue pengin sendiri.... tinggalin gue sekarang." Jawab Viona. "Vi gue itu perduli sama lo! Please jangan acuhin gue, gue sayang sama lo. Sampai kapan lo ngga anggep gue ada! Hargai perasaan gue Vi!" Bentak Arjuna.
"Penghargaan seperti apa yang kamu minta Jun? Apa aku harus memaksa hatiku untuk membalas perasaanmu disaat aku sendiri sedang tidak baik? Siapa yang serakah disini? Kalo lo memang sayang sama gue harusnya lo bisa ngertiin kedaan gue bukan malah mandang hanya dari perasaan lo sendiri!" kata Viona, Arjuna hanya bisa tercengang mendengar penuturan Viona dan menatap mata Viona begitu dalam sambil menggenggam kedua pundaknya. "Vi.... gue ngga akan maksa lo untuk mbalas perasaan gue, tapi setidaknya jangan kaya gini terus Vi. Gue ngga mau lihat lo sendiri, gue mau nemenin di setiap keadaan lo, gue bisa jadi apapun yang lo mau." Kata Arjuna menahan tangisnya.
"Tinggalin gue sendiri!" Jawab Viona dengan nada yang aneh, deg.... suara itu... (dengan mata sayu) Vi andai lo tahu, setiap waktu gue ngga henti-hentinya mikirin lo, gue itu.... dalam hati Arjuna.

Viona pun pergi meninggalkan Arjuna, tanpa berkata apapun, lalu... "Woii !! lagi ngapain kok ada disini?" tanya Revan. "Ngga ngapa-ngapain, Van gue khawatir
sama keadaan Vio yang sekarang. Semenjak kejadian itu.." "Husst udahlah jangan ungkit masalah itu, kita harus hargai perasaannya, dia juga udah berusaha untuk nyelametin... Yusa...kan." kata Revan dengan suara gemetar, hampir menangis karena mengingat sahabatnya itu.
"Sebelumnya gue minta maaf Van, bukan maksud gue mau ngungkit kenangan pahit itu." Sesal Arjuna. "Iya gue tahu kok, mending sekarang kita ke tempat Sam dan yang lain, come on!!" ajak Revan. Di sisi lain Viona lebih sering menghabiskan waktunya sendiri, bahkan bisa dibilang sedang melakukan pelarian semata terhadap apa tanggung jawab yang harus dia jalani.
Tuhan kenapa begitu berat masalah yang harus aku hadapi, Tuhan aku ingin hilang, pergi, dan lupakan semua kenangan itu. Kenangan yang selalu menyiksaku, Tuhan aku... "Hai sahabatku yang manis apa kabar?" kata seseorang yang memeluk Viona dari belakang. "(berbalik badan, lalu tersenyum) Pandu, kamu...telah pulang!! (membalas pelukan Pandu)." Bahagia Viona. "Hehe iya, aku pulang Vio, aku pulang untuk kamu." Kata Pandu.

"(Viona meneteskan air mata) Vio kamu menangis (sambil melepaskan pelukan) kenapa?" tanya Pandu. "Jangan tinggalin aku lagi, aku butuh kamu." Kata Viona. "Maafin aku udah pernah ninggalin kamu, tapi kali ini aku janji aku ngga bakal ninggalin kamu lagi (cup..mencium kening Vio)." Kata Pandu. Pandu adalah seseorang yang berharga setelah kedua orang tuanya, Pandu adalah sosok yang selalu menemani Viona sejak ia masih kecil ketika ia tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Pandu adalah sosok yang selalu mengerti keadaannya, hanya saja ketika memasuki dunia baru, Pandu pergi meninggalkan Viona untuk melanjutkan kuliahnya di negeri Paman Sam. Sejatinya Pandu adalah kekasih Viona bahkan bisa dibilang mereka memang sudah didekatkan ketika masih kecil. Hubungan yang begitu lama membuat mereka saling mengerti satu sama lain bahkan bisa dibilang mereka seperti sahabat. Waktu telah berganti malam, di dalam kamar, Viona sendiri terlihat sedang menggerakkan penanya terhadap sebuah buku yang sudah cukup usang
Aku sempat mengira dunia yang penuh dengan kekuatan sihir akan begitu menyenangkan. Semuanya bisa dilakukan dengan mudah. Namun dugaanku ternyata salah, dunia berubah menjadi satu hal yang mengerikan. Setiap orang yang datang dalam duniaku pasti punya porsinya masing-masing untuk mengajarkan satu hal atau bahkan lebih. Ada beberapa hal yang perlu atau bahkan harus kamu pertimbangkan di sini Aku bertahan untuk siapa & berjuang dengan siapa, atau Aku bertahan dengan siapa & berjuang untuk siapa? Percaya & Yakin bermakna sama namun berbeda tujuan.
Menganggap semua hal yang terjadi sekarang menjadi hal yang biasa itu tidak semudah saat kamu mengatakan kata Iya pada satu hal yang tak pernah ingin kamu pikirkan. Ini berbeda... Aku merasakan aku adalah sesuatu yang pantas untuk dijauhi entah karena aku jahat atau aku memang satu hal yang tak baik bagi semua. Namun di sini aku akan menemukan seseorang atau bahkan orang-orang yang akan berjuang untukku atau hanya obsesi semata...
Sang pena pun berhenti di jemari lentiknya, dan si diary usang pun tertutup kembali dengan rapat dan diakhiri dengan satu goresan tinta yang simpel yang kita sebuat dengan titik. Viona pun beranjak dari meja belajar menuju ka atas ranjang dan mulai merebahkan tubuhnya di sana. Mata pun mulai terpejam dengan sempurna tak lupa dia mengucapkan seuntaian doa yang mengharapkan bahwa apa yang akan terjadi besok akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Semuanya nampak gelap sekarang, sunyi, tenang bahkan begitu terasa berbeda. Waktu berjalan terasa sangat lambat, mata itu pun mulai membuka mulai mengumpulkan kesadaran untuk dapat menjawab di mana dia sekarang. Ya, inilah alam tak normal di mana sang waktu bukan berjalan secara lambat melainkan dia memang berhenti, bukan maju lebih cepat atau mundur. "Ketulusan, komitmen, kepercayaan, kejujuran dan kesetiaan. Belajar dari semua yang kita rasakan. Saat sesuatu sudah mencapai titik tawakal, disitulah kita benar-benar menyerahkan segala usaha yang telah kita lakukan dan menyerahkan doa-doa yang selalu kita panjatkan" kata seorang perempuan dengan tenang dan berwibawa.
"Untuk apa kamu membawaku ke sini?" tanya Viona "Ahhh akhirnya kau datang juga wahai keturunanku." Kata Claraus sambil tersenyum lembut "Ada hal yang harus aku sampaikan kepadamu, yaa anggap saja ini adalah cerita ibu untuk anaknya." Sambung Claraus "Ibu? Anak? Siapa yang kamu maksudkan di sini?" tanya Viona penuh dengan penegasan "Vio ada beberapa hal yang harus kamu tahu sekarang. Kamu adalah bintang yang berbeda dengan bintang yang lain. Kamu ada sebelum mereka terlahir. Kamu adalah keturunan murni dari bintang rasi ke 7 yaitu rasi bintang Aries." Kata Claraus.
"Keturunan murni? Apa maksud kamu Clara?" tanya Viona lebih lanjut "Kamu adalah anakku dan aku adalah ibumu." Jawab Claraus sambil tersenyum "Aku anakmu? Bagaimana bisa? Kita saja terpisah hampir 700 tahun yang lalu, bagaimana aku masih keturunanmu secara murni tanpa perantara manusia seperti bintang yang lain? Ini tak masuk di akal." Kata Viona tak percaya.
"Mmm mungkin memang aneh bagimu, kamu adalah keturunan bintang yang terlahir dari pasangan bintang antara bintang merah dan bintang biru, keturunan di mana kamu bisa terlahir lebih dulu dibanding keturunan yang lain. Hanya saja waktu itu kami membuatmu melupakan kehidupan bersama kami, karena kami tahu kamu akan ditakdirkan hidup di zaman ini tanpa adanya sosok orang tua. Viona kecil diasuh oleh dua orang yang suatu saat nanti kau akan bertemu dengan mereka. Anak yang terlahir pada keturunan ke tujuh atau lebih tepat keturunan terakhir. Mungkin pada penanggalan manusia kau terlahir pada tanggal 01-04-99, entahlah yang jelas angka itu tertera di gelang bayimu waktu Ibu lihat kamu di bumi untuk pertama kalinya." Kata Claraus.
"01 April 99 iya itu hari lahirku. Berarti secara tidak sengaja aku lebih tua dibanding bintang yang lain?" tanya Viona "Ahh bukan seperti itu, kami membuatmu berumur sama dengan mereka, agar nantinya perbedaan pemikiran kalian tidak akan terlalu jauh." Kata Claraus. "Lalu ada hal apa yang ingin kamu sampaikan selain hal ini?" tanya Viona.