Hari - hari terus berlalu, keadaan masih sama seperti sebelumnya. Di rumah, Viona banyak menghabiskan waktunya untuk berdiam diri dan hanya memainkan pianonya. Angin menghembus pelan masuk melalui jendela yang terbuka mengikuti irama melodi alam yang sedang berlabuh, menenangkan hati dan mencoba mengamati pemandangan hidup yang ada. Saat ia mulai menggerakkan jarinya di benda yang hanya berwarna hitam dan putih itu, tiba-tiba ia menerima rungu amanat dari seseorang kemudian ia pun menghentikan permainannya.
Viona.... panggil suara misterius itu, Viona mencoba mempertajam pendengarannya dan menelusuri suara itu, berharap dia tahu siapa yang sedang memanggilnya, namun hasilnya nihil Siapa kau? tanya Viona Lakukan kebatinan sekarang agar aku bisa lebih mudah mengobrol denganmu. Lanjut suara misterius itu, Viona pun beranjak dari kursi piano ke kamarnya untuk melakukan kebatinan.
Sesampainya di kamar ia pun langsung duduk bersila di atas ranjangnya. Mencoba memusatkan pikiran pada satu titik, waktu terus berjalan normal dan akhirnya "Kau datang juga, lama aku menunggumu Viona." Kata suara itu. Viona sedikit terkejut, dia tak tahu di mana dia sekarang. Tempat yang begitu sunyi, tenang dengan cahaya remang-remang dan sekarang ia sedang berhadapan dengan satu sosok makhluk yang tidak terlalu menyeramkan baginya, ia mencoba mengamati tempat dan makhluk itu sampai akhirnya ia tersadar bahwa dirinya begitu kecil di hadapan makhluk itu.
"Siapa kau?" tanya Viona "Kau masih bertanya tentang siapa aku?" tanya balik makhluk itu "Tunggu.... kau adalah... Halycon!" kata Viona setengah kaget "Yaaa kau benar Viona, aku adalah halycon dan sekarang kau sedang berada di alam bawah sadarmu sendiri. Menemuiku di tempat penyegelan." Kata Halycon "Jadi ini rupamu yang sebenarnya? Cih! tak menakutkan biasa saja." Kata Viona.
"Hehhh!!! Bocah tengik!!! Tak usah belagu kau, ternyata kau tak jauh beda dengan ibumu. Hanya saja aku rasa kau lebih dingin dibanding dia." Kata Halycon "Benarkah? Memang seperti apa sosok ibuku di matamu?" tanya Viona "Orang yang paling menyebalkan dan keras kepala, tapi aku akui dia memang hebat bisa mengalahkanku seorang diri." Kagum Halycon "Sehebat itukah ibuku? Hmm berarti sebenarnya kau lemah kan halycon?" kata Viona dengan nada sedikit mengejek.
"Heii!!!! Jaga ucapanmu, ibumu dapat mengalahkanku karena dia mempunyai keyakinan yang kuat. Dia mampu menunjukkan kepadaku apa artinya menjadi seorang pemimpin. Dan dia mampu membuatku selalu mempunyai gairah untuk bersemangat. Itulah Claraus!" Jelas Halycon, Viona hanya sedikit menyunggingkan bibir ranumnya yang menandakan bahwa dia bangga terhadap ibunya itu.
"Ahhhhhh, jadi ibuku seperti itu rupanya. Aku pun juga bisa seperti dia." Kata Viona yakin "Benarkah? Aku justru tak yakin kau bisa mengalahkanku. Karena kau itu lemah dan kau sendiri gampang goyah, aku tak yakin kau bisa mengalahkanku Vio." Kata Halycon "Ketidaktahuan mu adalah keraguanmu sendiri Halycon, kau belum tahu aku siapa secara langsung. Aku sudah 17 tahun hidup di dunia ini." Kata Viona
"Jangan sombong kau bocah! Kau tidak tahu kau sedang berhadapan dengan siapa kan? Ingatlah Vio ketika hatimu lemah, kau tak akan bisa mengendalikan atau bahkan mengalahkan siapa-siapa." Jelas Halycon.
"Aku sudah tahu itu dari ibuku. Halycon aku memang lemah maka dari itu kuatkanlah aku. Aku hanya tak ingin kehilangan lagi." Kata Viona "Cih!!! Menguatkan keturunan bintang sepertimu apa gunanya? Kau itu tak pantas menjadi partnerku Vio, aku tak mau mempunyai sunan yang lemah sepertimu!" Ejek Halycon.
"Lemah kau bilang? Kalau aku lemah, mungkin sudah dari dulu aku memilih untuk bunuh diri saat aku mengetahui apa yang tersegel dalam diriku." Kata Viona dingin, Halycon sedikit tercengang mendengar penuturan dari bocah kecil di hadapannya itu. Dia telah tumbuh menjadi pribadi yang begitu dingin, namun mempunyai pandangan yang luas terhadap beberapa hal.
Dia mampu membuat orang lain berpikir bahwa dia adalah manusia yang berbeda, dia mempunyai warna tersendiri. Rupanya kau sudah tumbuh menjadi remaja yang hebat Vio, aku bangga telah disegel di dalam tubuhmu. Namun apakah kamu memang bisa mengalahkanku dan mengambil auraku? "Yaaa, aku mampu Halycon." Jawab Viona yang dari tadi membaca pikiran monster itu.
"Hehhh!!! Rese sekali kau bocah!! Oke baiklah aku akan menguatkan mu dan memberi kekuatanku kalau memang kau bisa mengalahkanku." Kata Halycon. Viona pun langsung mengambil kuda-kuda silat dan mulai mengeluarkan jurus-jurus andalannya.
Pertarungan pun dimulai, jual beli serangan terjadi diantara mereka, Viona tak sedikit pun merasakan takut. Dia percaya bahwa dia bisa mengalahkan halycon seperti ibunya. Halycon pun juga tak mau mengalah begitu saja, sedikit kekuatan pun ia keluarkan untuk menandingi Viona.
"Star.... ariesta.... syrius... altania!!!!" Bessssss, demmmmm, darrrrrr itulah suara dentuman yang keluar setelah Viona mengucapkan mantra itu, jurus itu pun tepat mengenai Halycon di bagian dadanya. Bayangan merah kebiruan pun mulai muncul membentuk sebuah bintang besar, Viona pun mencoba menenangkan dirinya dan mengambil kekuatan itu. Akhirnya aura halycon pun mampu ia dapatkan "Kau!!!!!!! Awas kau Vio!!!!!" kata halycon yang mau menyerang viona kembali.
"Kunci Bintang Angkasa." Kata Viona dingin sambil mengarahkan tangan kanannya ke arah halycon. Segel berbentuk bintang pun keluar dan langsung menahan tubuh halycon agar tidak bergerak.
Halycon langsung terdiam di tempat dengan tatapan amarah ke Viona. Viona hanya mendekati Halycon dan menatap mata besar itu lekat-lekat.
"Aku tak selemah yang kau kira, jangan pernah mengatakan hal apapun tentang diriku hanya lewat penglihatanmu saja. Aku bukanlah apa yang kamu ciptakan lewat pemikiran omong kosongmu itu, aku adalah anak dari bintang biru ke enam, Claraus. Namaku akan dikenang sebagai sunan raga terakhir, aku Altania Viona Ilazar adalah orang yang akan menghentikan semua peperangan ini dan hanya akan meninggalkan satu hal, yaitu kedamaian." Kata Viona
"Kau...." kata halycon yang kemudian menutupkan matanya. Viona pun membuka matanya dan kembali ke alam normal, kalungnya pun bersinar menandakan bahwa dia telah berhasil menjadi sunan raga. Akhirnya aku berhasil bu... kata Viona dalam hati dan tersenyum. Di luar rumah terdengar Pandu memanggilnya, ia pun langsung keluar untuk menemui Pandu. Viona sendiri baru ingat kalau hari ini ia ada janji dengan Pandu pergi ke suatu tempat.
"Sudah siap?" tanya Pandu, Viona hanya menganggukkan kepalanya dan Pandu pun langsung menggandeng tangan Viona. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan setapak yang diapit oleh pepohonan yang rindang "Kamu masih ingat tempat ini?" tanya Pandu "Ya aku ingat, ini adalah tempat awal aku bertemu dengan sosok anak laki-laki yang memberikan aku sebuah sapu tangan biru saat aku menangis." Jawab Viona.
"Hehhhhhh, tempat ini tuh selalu membuat aku tersenyum ketika aku mengingat kejadian itu, rasanya aku ingin kembali berada di waktu itu." Harap Pandu.
"Namun sayangnya waktu itu tidak dapat diulang Pan, semua yang telah berlalu akan menjadi satu hal yang kita sebut dengan kenangan." Kata Viona "Iya aku tahu itu kok. Lagian itu kan cuma harapan kecil diantara beribu-ribu harapanku. Vi maukah kamu berjanji?" tanya Pandu "Janji apa?" tanya Viona "Berjanjilah untuk tidak merahasiakan apapun tentang dirimu. Entahlah sekarang aku hanya merasakan ada perbedaan dalam dirimu." Kata Pandu
"Sebenarnya aku tak merahasiakan apapun dengan siapa pun itu Pan, aku hanya ingin menjaga orang-orang yang aku sayang." Pandu pun mulai mendekat ke wajah Viona dan mengecup bibirnya, mencoba untuk saling menenangkan satu sama lain, mereka pun kemudian saling tatap, namun....

"Benarkah itu bintang biru?" tanya seseorang dari belakang yang membuat mereka terkejut. Orang itu pun langsung menyerang Viona. Viona pun terpental cukup jauh. Pandu yang melihat hal itu pun langsung lari ke arah Viona terjatuh dan begitu khawatir melihat Viona yang memegangi dadanya karena kesakitan.
"Vio!!! Kamu tidak apa-apa?!" tanya Pandu "Pandu sembunyi!!" Pinta Viona "Dan meninggalkanmu sendiri? Cowok macam apa itu? Aku ngga akan ninggalin kamu sendiri ngga akan pernah Vi!" Kata Pandu "Kumohon Pan, demi aku." Kata Viona yang menatap mata Pandu lekat-lekat. Pandu pun tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya menganggukkan kepalanya dan mempercayai apa pinta dari Viona.
Pandu hanya merasa yang menyerang Viona bukanlah manusia biasa "Berjanjilah kau akan kembali Vi?" tanya Pandu sambil menggenggam tangan Viona erat-erat "Janji harus ditepati." Kata Viona yang memberikan senyum ketenangan dan Viona pun bangkit lalu dengan cepat menghadapi musuhnya dan langsung membalas serangannya. Pandu yang melihat hal itu pun merasa takjub dengan Viona, ia tak menyangka Viona bisa melakukan gerakan-gerakan silat dengan sangat ahli.

Pertarungan pun memakan kekuatan yang cukup banyak namun tidak bagi Viona yang sudah menjadi sunan raga ke tujuh, ia nampak tenang menghadapi musuhnya itu.
"Siapa kau? Sepertinya aku pernah
melihatmu." tanya Viona sambil bertarung, lalu orang itupun menghentikan perlawanannya sejenak "Aku adalah orang yang dulu pernah menemuimu di jelajah petualang, masih ingatkah kau dengan Exel?" tanya orang itu "Tunggu! Kau.... Robi?" tanya Viona memastikan.
"Yaaa, kau benar Viona. Aku adalah saudara Exel, kami berasal dari rasi bintang Draco. Viona maaf kalau tadi aku terlalu kasar terhadapmu, aku hanya ingin menjauhkan manusia itu darimu agar kita lebih enak ngobrolnya. Sebenarnya kedatanganku ke sini hanya ingin meminta bantuan kepadamu." Kata Robi "Bantuan apa yang kau maksud?" tanya Viona "Exel kakakku, dia juga sama sepertimu dia adalah sunan raga ke tujuh di rasi kami. Pada tahun ini atau tahun pemburuan, para sunan raga akan diburu oleh rasi bintang orion. Rasi yang memang dari dulu mempunyai delegasi yang besar dan ditakuti oleh rasi bintang yang lain." Jelas Robi
"Tahun pemburuan? Maksudmu semua sunan raga akan diburu dan diambil binatang legendanya?" tanya Viona "Ya, kau benar Vi. Dan perlu kamu tahu bahwa hanya ada tiga sunan raga, yang pertama bernama Angga dari rasi bintang Serpens, kedua saudaraku Exel dan yang terakhir adalah kamu dari rasi bintang Aries." Jelas Robi "Jadi mereka berdua sudah tertangkap dan kini hanya tinggal aku?" tanya Viona
"Tapi kau tak perlu khawatir Vio, kami para rasi bintang Draco akan melindungimu setiap waktu, karena kalau sampai kamu jatuh ke tangan orion maka dunia ini akan segera musnah, lalu mereka lah yang akan berkuasa." Lanjut Robi.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" tanya Viona kembali "Dengan nyawaku, dengarlah Vio, Exel adalah saudaraku dan aku tidak tahu bagaimana keadaan dia sekarang di orion. Aku hanya tak ingin kehilangan orang-orang yang berharga dalam hidupku..... lagi..." kata Robi. Viona mencoba menenangkan Robi dengan menepuk pundaknya lalu tersenyum ke arahnya.
"Tenanglah Bi, tidak akan terjadi apa-apa denganku. Percayalah aku akan melindungi kalian semua dan akan menciptakan kedamaian di antara kita. Kau bisa pegang ucapanku itu." Kata Viona meyakinkan "Kau memang orang yang terpilih Viona, aku percaya padamu. Baiklah sepertinya aku harus pergi, maaf aku telah mengacaukan acaramu, dan anggap saja pukulan itu adalah salam kenal dariku." Kata Robi sambil memberikan cengirannya lalu ia pun melesat dengan cepat meninggalkan Viona.
Viona pun hanya tersenyum melihat Kepergian teman barunya itu, teman yang datang dari rasi bintang Draco, lama ia menatap ke arah kepergiannya, Pandu pun menghampirinya "Apa yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa kamu mempunyai kekuatan aneh Vi?" tanya Pandu yang justru khawatir dengan keadaan Viona. Viona pun hanya tersenyum dan menjulurkan jari telunjuknya ke arah dahi Pandu "Pejamkanlah matamu Pan." Pinta Viona.
Pandu pun menurutinya, rupanya Viona sedang mengirim rungu paningal kepada kekasihnya itu "Sekarang kau mengerti kan?" tanya Viona, bukannya menjawab Pandu justru malah memeluk tubuh Viona dengan erat, Viona dapat merasakan apa yang sedang Pandu rasakan. Ketakutan, kekhawatiran, dan semua perasaan negatif yang sedang bercampur aduk menjadi satu.

"Tenang tidak akan terjadi apa-apa Pan, lebih baik sekarang kita pulang." Pinta Viona, mereka pun beranjak pergi dari tempat itu.
Waktu pun terus berlalu, namun entah mengapa hati Viona tak kunjung tenang, dia sedikit berubah dari segi sikap. Begitu dingin dan pendiam itulah Viona sekarang.
Mempunyai dunia sendiri, dunia yang membawa dia dalam kesendirian, hidup tenang dalam keramaian, mengalir secara perlahan namun memastikan akan adanya sebuah perubahan secara besar, perubahan di mana dia akan jauh dari siapa pun yang ada di dalam hidupnya kini. Perubahan Viona telah berdampak pada orang terdekatnya yaitu Dinda Ariana.
Dinda merasakan Viona mulai mengasingkan dirinya dari dunia luar, merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, Dinda pun menyempatkan waktu dalam kesibukannya untuk menemui Viona tanpa sepengetahuan dari Viona "Hai Vi!" Sapa Dinda yang terdengar dari luar rumah "Kamu? Ada apa kamu ke sini?" tanya Viona "Heiiiii, memangnya ngga boleh yah aku main. Lama juga kan kita ngga ngobrol bahkan kaya orang ngga pernah ketemu padahal sekelas. Kamu lagi kenapa sih Vi? Akhir-akhir ini aku sering lihat kamu sendiri bahkan sekarang kamu itu lebih banyak diem?" tanya Dinda.
"Ngga ada apa-apa, lagian kalau aku kasih tahu pun belum tentu kamu bisa ngertiin kan? Lebih baik sekarang kamu pulang, aku lagi pengin sendiri." Kata Viona dengan nada sedikit dingin "Vi... kenapa kamu berubah, bahkan perubahanmu itu membuatku tak mengenalimu. Kenapa? Ada apa? Katakan? Aku sahabatmu Vi. Apa salah kalau aku ingin tahu hanya karena aku khawatir dan perduli?" tanya Dinda yang lebih menekan.
"Ngga ada yang salah, aku hanya ingin kamu baik-baik saja. Aku hanya tak ingin merepotkanmu, abaikan aku Din, kamu akan terbiasa dengan hal itu. Bukan karena aku tak menganggapmu sebagai sahabat atau apa, hanya saja menurutku kamu tak pantas ikut andil dalam masalah ini. Kamu hanya cukup jadi perbanku ketika hatiku atau bahkan jiwaku dipatahkan oleh orang lain, tak perlu mengobati hanya cukup membalutnya dengan pengertian itu sudah lebih dari cukup. Sekarang aku hanya tak ingin siapa-siapa hadir dalam hidupku." Kata Viona.
"Tapi kenapa?" tanya Dinda "Aku sedang banyak pikiran, tapi jangan khawatir aku bisa selesaikan itu sendiri. Pulanglah jangan sia-siakan waktumu hanya untuk membahas masalahku yang tak penting." Pinta Viona "Oke Vi, aku pulang. Yaa oke!! Tapi berjanjilah padaku, jangan pernah temui aku lagi dengan mata itu. Mata sahabatku bukan mata yang seperti itu. Kembalilah padaku saat matamu bisa membuatku nyaman kembali." Kata Dinda yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Viona yang masih berdiri di depan pintu memandanginya.
Dinda sebelumnya aku sangat ingin berterima kasih kepada Tuhan yang telah mempertemukan aku dengan sosok dirimu. Sosok yang aku anggap berbeda dari yang lain, sosok yang awalnya aku pikir tak pernah perduli pada orang lain termasuk aku. Namun waktu telah menjawab dan meluruskan semua itu. Kamu adalah orang yang mampu mengajarkanku arti masa bodoh, bisa diatur dan kepastian. 3 hal itu mampu merubah cara pandangku. Suatu saat nanti aku akan bercerita banyak tentang dirimu dari sudut pandangku, terima kasih Dinda Ariana kamu adalah sahabat terhebat yang aku miliki sekarang dan aku harap kita akan bersahabat sangat lama....
kata Viona dalam hatinya yang dibarengi dengan senyumannya, Viona pun memasuki rumahnya dan mencoba menenangkan dirinya, entah mengapa bayangan tentang Dinda dan orang-orang yang ia sayangi sering kali muncul di pikirannya.
Takdir sudah ada pada diri seseorang sejak dia diciptakan dan terlahir ke dunia ini. Semua bisa berubah atas kehendak Tuhan, namun semuanya hanya bisa berubah bila ada usaha dari dalam diri manusia sendiri. Hari ini adalah hari di mana ada agenda yang tertera di buku milik Viona, ya agenda tentang hangout bersama anggota bintang, para sahabat dan juga Pandu. Tempat yang kali ini mereka tuju adalah padang rumput hijau yang indah dengan bunga-bunga musim semi yang bermekaran. Namun sedikit aneh, Viona lebih banyak menghabiskan waktu bersama Arjuna dibanding dengan Pandu, Pandu pun tak merasa cemburu atau apa terhadap Viona. Karena yang ia tahu bahwa Arjuna adalah sahabat Viona yang care.
Di salah satu sisi di padang rumput itu terdapat sebuah danau, saat Pandu mencoba untuk memandangi danau tersebut, ia melihat sosok Viona yang sedang menatap ke arah dirinya berada dan tersenyum. Pandu pun membalas senyuman itu, tak lama ia membalas senyuman kekasihnya itu sosok Arjuna menghalangi sosok Viona.

Pandu hanya tersenyum melihat kelakuan Arjuna, namun ia merasakan ada satu hal yang lebih dari perhatian Arjuna ke Viona. Pandu mencoba mengabaikan pikiran negatif itu dan tak sengaja matanya menangkap satu sosok di tepian danau yang sedang asyik memandangi danau yang tenang itu, ia pun berinisiatif untuk mendekati sosok itu yang tak lain adalah Samanta "Hai Sam sendiri aja perasaan?" tanya Pandu "Kadang sendiri itu bisa buat
kita punya dunia lain Pan, dunia di mana lo bisa abaikan perasaan sakit lo." Kata Samanta yang bagi Pandu adalah jawaban yang saat ini berkaitan dengan hatinya sendiri.
"Hmmm tunggu.... lo lagi kenapa?" tanya Pandu yang merasakan ada satu hal yang sedang Sam sembunyikan "Ngga kenapa-kenapa kok Pan, ah iya aku lupa kenapa kamu tak bersama Vio? Justru kamu malah membiarkan dia dekat dengan cowok lain?" tanya Samanta "Aku hanya merasa ada hal lain yang sedang buat dia bahagia, bagiku bahagianya Vio bukan hanya karena aku." Jawab Pandu "Apa kamu tak cemburu?" tanya Samanta.
"Haha! Buat apa aku cemburu pada sahabat Vio sendiri, toh hati yang pergi akan tahu kemana dia harus kembali. Aku punya komitmen bahwa tak harus mengekang satu cinta yang sedang kamu miliki saat ini, biarkanlah dia bebas merasakan bahagia yang tercipta dari hal lain di sekitarnya. Karena saat aku percaya Viona adalah cintaku maka aku yakin Viona tak akan pergi meninggalkanku. Karena mimpi buruk yang paling menakutkan adalah ketika kamu kehilangan satu hal yang berharga dalam hidupmu." Jawab Pandu
Samanta hanya bisa terdiam mendengar penuturan dari Pandu, ia tak menyangka seorang Pandu pun bahkan bisa sampai berpikir sejauh itu. Nampak sekilas ia melihat Arjuna yang selalu berusaha membuat Viona tersenyum dan nyaman saat berada di dekatnya, Samanta pun tersenyum melihat mereka berdua "Apa kamu menyukai seseorang di sini?" tanya Pandu, Samanta sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Pandu "Ah engga kok." Jawab Samanta sambil tersenyum.
"Matamu tak bisa bohong Sam, mata itu bisa bicara lebih jujur dari mulut. Kamu menyukai Arjuna kan?" tebak Pandu "Mmm, entahlah Pan. Aku hanya merasa perasaanku tak akan terbalas. Karena aku tahu siapa cewek yang Juna sukai itu.." "Viona kan?" tebak Pandu yang langsung memotong kata Samanta, sedangkan Samanta sendiri hanya bisa menatap Pandu yang sedang melihat ke arah Viona.
"Aku tahu bahwa perhatian yang diberikan oleh Juna itu adalah lebih dari seorang sahabat Sam. Aku sudah tahu itu sejak pertama kali aku melihatnya di sekolah. Dia memeluk Viona kan? Aku melihat hal itu. Sakit memang namun aku tahu apa yang sedang Viona rasakan. Aku sendiri mampu berbuat apa untuk Viona? Sejak saat itu aku mulai berpikir akan ada orang yang lebih mampu menjaga Viona, karena kalian adalah anggota para bintang rasi ke tujuh kan?" tanya Pandu sambil tersenyum, Samanta sangat terkejut kali ini. Dari mana Pandu tahu tentang bintang?
"Dari mana kamu tahu tentang hal itu Pan?" tanya Samanta "Dari Viona sendiri Sam, karena saat itu ada seseorang yang mencoba menyerang Viona, dan aku melihat satu fenomena yang luar biasa, kekuatan-kekuatan itu muncul begitu saja pada mereka. Aku takjub, bahkan mungkin bagi manusia biasa mereka akan berharap bisa mempunyai kekuatan seperti kalian. Dan karena aku tahu Arjuna salah satu bintang, mungkin suatu saat nanti dia bisa menggantikanku untuk menjaga Viona." Kata Pandu sambil tersenyum.
"Semudah itukah kamu melepas kebahagiaanmu sendiri? Sekian lama kalian bersama, apa kamu merelakan begitu saja?" tanya Samanta kembali "Sam... mungkin itu adalah hal yang menyakitkan buatku, tapi lebih menyakitkan lagi kalau aku tak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi Vio. Bahkan sekarang aku lah yang dilindungi oleh Vio. Aku... hanya tak ada gunanya saja." Kata Pandu "Pan, jadi manusia biasa bukan berarti kamu tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin bagi kamu, kamu tak bisa berbuat apa-apa, tapi bagi Viona sendiri dengan melihat dan merasakan kamu ada di dekatnya itu sudah lebih dari cukup." Kata Samanta.
"Mungkin saja Sam, namun entahlah aku hanya merasa waktuku tak lama. Sosokku mungkin akan segera terganti." Kata Pandu, entah mengapa saat mendengar kata-kata Pandu ada sedikit kekhawatiran di hati Samanta. Apa yang akan terjadi sebenarnya? Lama mereka mengobrol, akhirnya mereka pun bergabung dengan anak-anak yang lain yang sedang duduk-duduk di bawah pohon rindang di tengah padang rumput itu.
Mereka nampak bercengkerama asyik satu sama lain, namun tidak bagi Viona ia justru sedikit menjauhi keramaian. Seperti biasanya Dinda tak nyaman melihat Viona yang seperti itu, dengan menghela nafas akhirnya Dinda pun menghampiri Viona dan duduk di sampingnya sambil memberi sebuah minuman "Gabung yuuukk! Jangan sendiri terus." Ajak Dinda "Tidak, terima kasih Din. Aku lebih suka sendiri." Jawab Viona "Hei, jangan gitu dong. Kamu emang ngga kasihan sama Pandu juga yang dari tadi di abaikan sama kamu?" tanya Dinda
"Tidak, karena dia tahu kebutuhanku." Jawab Viona "Hehhhhhhh, Vi sampai kapan sih kamu kaya gini terus? Cerita dong kamu lagi kenapa, aku ini sahabat kamu bukan orang asing! Mana detik kenyamanan itu Vi?" tanya Dinda yang sudah mulai terbawa emosi khawatir "Detik? Apa yang kamu mau sebenarnya? Bukankah tanpa kamu tanya pun kamu sudah tahu jawabannya. Kalau kamu bertanya tentang detik, bolehkah aku juga bertanya tentang samudera kepadamu?" tanya balik Viona.
"Mungkin sekarang kita yang melepaskan satu detik untuk samudera. Tapi samudera akan menepikan detik-detik berikutnya kembali pada kita, yakin dan percaya. Vi entahlah... aku hanya merasa kamu berubah, kamu melupakan hampir semua hal yang pernah kamu ajarkan kepadaku. Kalau boleh jujur, aku kecewa sama kamu Vi." Kata Dinda yang kemudian pergi meninggalkan Viona dan kembali bergabung bersama yang lain.
Viona pun hanya menatap intens ke arah teman-temannya, sesaat setelah itu ia pun mendapatkan rungu amanat dari Robi.
Vio di mana kamu sekarang? Berhati-hatilah sang pemburu tidak jauh dari posisi kamu, aku akan segera mencari keberadaan mu. Tunggu aku akan datang melindungimu, waspadalah aku merasa mereka begitu dekat denganmu...hati Viona pun mulai waswas, ia kembali menatap intens pada dua orang yaitu Dinda dan Pandu.
Kenapa harus terjadi disaat mereka sedang bersamaku.... khawatir Viona dalam hati. Tak lama kemudian Viona pun mengirimkan rungu amanat kepada enam bintang yang lain. Mereka pun langsung paham dengan apa mau Viona. Para bintang pun mengajak Pandu dan Dinda berada di tengah-tengah mereka, Viona pun ikut dalam formasi lingkar pelindung itu.
"Ada apa ini? Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Dinda "Diamlah." Kata Viona begitu dingin "Apa kalian dapat merasakannya bintang?" tanya Samanta "Begitu dekat." Jawab Viona, entah mengapa suasana alam sekitar pun menjadi sunyi seolah-olah mereka sedang memberikan penghormatan kepada seseorang yang baru sampai di tempat itu. "Disini kau rupanya." Kata seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan pemimpin bintang.
"Sang pemburu..." kata Viona lirih "Hanya tinggal kau seorang, apa yang bisa kau lakukan jika..... aku membawa anggota yang cukup banyak untuk memburumu? Hahah!!! Tapi tenang saja aku hanya membawa 5 kalau hanya untuk menandingi kalian." kata orang itu. Viona pun terkejut ketika tak berapa lama muncul anggota sang pemburu yang lain, mereka pun langsung menyerang para bintang dan mencoba untuk membobol pertahanannya.
Tak perlu waktu lama untuk sang pemburu menghancurkan formasi itu, kini para bintang pun mempunyai lawan masing-masing. "Pandu bawa Dinda menjauh dari tempat ini!!" Pinta Viona "Aku ngga akan ninggalin kamu lagi kali ini, aku tak perduli betapa besar resiko itu Vi!" Kata Pandu "Lindungi sahabatku, aku tak ingin dia kenapa-kenapa. Karena untuk saat ini kamu yang bisa aku percaya!" Kata Viona,
Pandu pun langsung menatap ke arah Dinda yang sedang ketakutan karena kehadiran sang pemburu.
"Baiklah, berjanjilah kau akan baik-baik saja Vi." Kata Pandu sambil menggandeng tangan Dinda dan mengajaknya lari bersembunyi "I am promise." Jawab Viona singkat sambil melihat ke arah mana mereka pergi "Sunan raga Halycon, akhirnya kau kutemukan. Kini saatnya aku mengambil Halycon darimu." Kata orang itu
"Coba saja kalau kau bisa." Kata Viona tenang "Sangat mudah bagiku, Julivar.... lakukan tugasmu." Kata orang itu yang memerintah pada teman di sampingnya, orang itu pun mengangguk paham dan melesat dengan cepat sambil menggenggam sebuah belati ke arah... "Pandu..." Viona yang menyadari bahaya yang sedang mendekati Pandu, ia langsung melesat dan mengejar orang itu "Elementara!!!!!" teriak Viona sambil mengarahkan tangannya ke arah Pandu dan Dinda agar mereka terlindungi.
Julivar yang tak bisa menembus perlindungan bintang biru pun berbalik arah menyerang Viona, Pandu yang menyadari hal itu pun mencoba untuk berlari ke arah Viona, namun tiba-tiba ia mendengarkan suara Viona di telinganya. Jangan tinggalkan Dinda, aku tak mau dia kenapa-kenapa Pan. Tenanglah tak akan terjadi apa-apa padaku. Cepat bersembunyilah dan jangan biarkan Dinda terlepas dari perlindunganmu.....
"Vio..." kata Pandu lirih, ia pun kembali mengajak Dinda berlari dan akhirnya mereka pun dapat bersembunyi. Namun ternyata kekuatan sang pemburu lebih besar dibanding musuh-musuh bintang yang sebelumnya. Para bintang pun mulai kewalahan menghadapi musuh mereka itu.
"Vio! Mereka lebih kuat! Kita akan kalah!" teriak Revan "Bintang!!! Bersatulah!!!" teriak Viona. Para bintang pun mulai berkumpul menjadi satu dan membentuk formasi. Kini mereka menghadapi sang pemburu secara bersama-sama. Namun sang pemburu sepertinya sudah terbiasa menghadapi formasi para rasi bintang yang lain, dengan satu kali hantaman kekuatan yang dikeluarkan oleh sang pemburu para bintang pun dengan mudah terpental dan merasakan sakit yang luar biasa.
"Vi!!! Mustahil bagi kita mengalahkan mereka. Sebenarnya apa yang mereka incar?" tanya Farel. (Deg) para bintang belum tahu tentang hal ini, "Yang mereka incar adalah...." "Pemimpin kalian si bintang biru." Kata sang pemburu yang kemudian menyerang Viona secara bertubi-tubi tanpa Viona duga, para bintang yang lain pun tak tinggal diam, mereka langsung melindungi Viona.
Namun mereka terlambat sang pemburu yang lain memotong gerakan mereka sehingga mereka sendiri kembali mempunyai lawan masing-masing. Musuh mereka kali ini sangatlah berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Para bintang pun sampai kewalahan menghadapi mereka, entah mengapa mereka merasakan lelah yang tak seperti biasanya. Cukup lama mereka saling jual beli serangan, para bintang pun mulai terdesak dengan luka yang cukup parah.
Viona sendiri masih mampu menandingi sang pemburu sendirian, namun saat ia melihat para sahabatnya terluka, hatinya merasakan sakit apalagi saat ia sempat menengok ke arah Dinda dan Pandu, pikirannya tidak fokus sekarang. Ketakutan itu membayangi pikirannya, ketakutan akan kehilangan seseorang kembali, Viona pun terjatuh sesaat, ia benar-benar tak bisa fokus sekarang.
Hatinya terlampau sakit. Viona .... jangan pernah kamu pikirkan ketakutanmu itu. Saat kamu memikirkan ketakutanmu justru ketakutan itu akan semakin dekat denganmu. Sekarang hanya tinggal kamu seorang diri lindungilah mereka Vio.... kata Halycon mencoba menenangkan.
Viona pun kembali bangkit dan mulai mengumpulkan kekuatannya kembali dan mulai menyerang sang pemburu. Namun sang pemburu sendiri sudah mempunyai taktik yang cerdik untuk mengalahkan bintang. Julivar salah satu pemburu melesat dengan cepat dan mengarah ke Pandu dan Dinda. Viona yang belum siap sepenuhnya kalah cepat dengan Julivar.
Julivar pun sampai di tempat Pandu dan Dinda dalam hitungan detik, mereka berdua hanya bisa terkejut dan ketakutan. Namun Pandu selalu ingat pesan Viona untuk melindungi Dinda. Dia mencoba berani menghadapi Julivar, akan tetapi ada yang aneh disitu, target Julivar bukan sepenuhnya Pandu melainkan Dinda.
Karena Julivar sendiri tahu apa yang sedang Dinda rasakan dalam hatinya ketakutan yang amat luar biasa. Din... jangan pernah takut ada aku di sini yang akan melindungimu. Kamu tak akan kenapa-kenapa, percayalah aku akan menjagamu.. kata Viona yang mengirimkan rungu amanat pada Dinda, namun hati dan pikiran Dinda sendiri belum bisa fokus pada satu titik.
Tak mudah bagi dia untuk berani menghadapi kekuatan orang dibatas manusia normal. Julivar pun mulai melakukan penyerangan, mudah saja bagi dirinya untuk menghadapi dua manusia lemah yang kini ada di hadapannya. Julivar hanya mengarahkan tangannya ke arah Pandu, dan hal itu pun mampu membuat Pandu terbang dan dijatuhkan ke tanah dengan keras. Dinda yang melihat hal itu benar-benar hanya bisa diam, dia begitu takut untuk bergerak.
Viona pun dengan cepat berusaha melindungi dua orang itu, sedangkan para bintang yang lain masih belum bisa bangkit karena luka mereka yang parah. Vera, Sherin cepat tolonglah Pandu. Aku mohon.... kata Viona yang mengirimkan rungu amanat pada bintang kuning dan jingga itu. Dengan tertatih Vera dan Sherin mencoba untuk bangkit dan menghampiri Pandu yang sekarang tergeletak kesakitan di tanah. Julivar pun semakin mendekati Dinda dan mengarahkan tangannya yang telah terkumpul kekuatan untuk dihempaskan ke dada Dinda, tempat sensitif manusia. Saat tangan Julivar hampir begitu dekat dengan cepat Viona menghadap ke arah Dinda, dan akhirnya Viona lah yang terkena serangan itu di bagian punggung.
"Aaaaa!!!!... aaa.. aaa.." Suara Viona yang kesakitan "Vio...." panggil Dinda yang tak menyangka Viona melakukan itu. Dinda sendiri sekarang entah merasakan apa saat melihat darah segar keluar dari mulut Viona. Saat merasa serangannya gagal, Julivar pun kembali menghilang dan menuju ke arah empat orang temannya di medan pertempuran.
"Kenapa Vi? Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Dinda yang memegangi wajah sayu Viona "Alasannya karena kamu ada di dunia ini. Din.... kuatlah demi aku, tersenyumlah untukku, dan..... semangatlah karena aku..." kata Viona yang merasakan sakit amat luar biasa di dadanya. Viona pun mengarahkan tangannya ke arah dahi Dinda "Sahabat, kini, esok dan selamanya." Kata Viona yang kemudian membuat lingkaran perlindungan di sekitar Dinda.
Viona pun bangkit dan hendak kembali ke medan pertempuran, sebelum pergi Viona menengok ke arah Dinda dan memberikan senyuman tulusnya ke Dinda, ia pun langsung melesat pergi ke medan pertempuran. Dinda sendiri hanya bisa terdiam dan mulai menitikkan air matanya dan berkata "Berjanjilah kamu tidak akan pergi Vi..." kata Dinda lirih dan penuh harap.
Di sisi lain saat Sherin dan Vera hendak menghampiri tubuh Pandu, tubuh Pandu pun kembali melayang dan diterbangkan ke arah Julivar yang sudah memegangi belati lalu menusukkan ke dada Pandu. Rasa sakit yang amat luar biasa dirasakan Viona namun ini lebih sakit saat di depan matanya. Orang yang sangat ia sayangi telah tergeletak di tanah dengan belati yang menancap di dadanya. Viona pun melesat ke arah Pandu dan mencabut belati itu dari dada Pandu.

"Tuhan!!!!! Kenapa lagi-lagi Kau ambil orang-orang yang tak bersalah, apa ini semua karenaku Tuhan?!! Jawab aku
Tuhan!!!! Kenapa sekarang kau ambil Pandu dariku?! Apa Engkau tidak tahu, kalau aku sangat mencintainya dan membutuhkan dia?!!!" Pertarungan pun terhenti sejenak, Viona hanya bisa menangis. Para bintang yang lain pun hanya bisa terdiam begitu juga Arjuna yang menyadari betapa besarnya Viona mencintai Pandu.
Sedangkan Dialet sendiri hanya bisa tersenyum licik, lama-kelamaan aura kebiruan pun mulai muncul di sekitar tubuh Viona. Para bintang yang menyadari akan terjadi sesuatu pada Viona pun, mulai waswas karena mereka sendiri belum tahu pasti apa yang ada di dalam tubuh Viona. Arjuna pun berinisiatif mengambil tubuh Pandu dan menjauhkannya dari Viona serta medan pertempuran, dan menyuruh Sherin, Vera untuk menyembuhkan Pandu sebisa mungkin lalu kembali lagi ke medan pertempuran.
Empat bintang yang tersisa kini, membentuk formasi lingkaran bintang dan sebisa mungkin untuk melindungi Viona. Namun kekuatan Viona sendiri menolak perlindungan itu "Viona!!!! Tenanglah!!! Kendalikan emosimu!!" teriak Samanta. Aura kebiruan itu pun semakin kuat apalagi kini dibarengi dengan aura kemerahan yang mendominasi.
Alam bawah sadar
"Viona.... tenanglah. Kamu tak perlu seperti ini, Viona kamu bisa melewati ini, jangan biarkan makhluk itu menguasai tubuhmu sepenuhnya, masih ada Dinda yang harus kamu jaga kan? Lihatlah kamu yang di sana emosi, tak tahu apa yang harus diperbuat (Sambil menengok ke arah yang ditunjuk Pandu) Tenanglah Vi.... kamu bisa melewati ini semua. Aku mencintaimu." Kata Pandu
"Pan kenapa Tuhan begitu kejam padaku? Kenapa Dia mengambilmu dariku? Apakah Dia tidak tahu kalau aku membutuhkanmu?" tanya Viona sambil menangis "Viona..... terkadang apa yang membuat kita senang belum tentu hal itu baik di mata Tuhan, jika kamu bertanya kenapa.... karena Tuhan tahu kamu itu kuat itulah jawabannya. Hanya Tuhan yang tidak akan pernah meninggalkanmu, percayalah Tuhan menyayangimu Vi.... suatu hari nanti kamu akan mendapatkan ganti yang lebih baik." kata Pandu sambil memeluk tubuh dan mencium keningnya yang kemudian mulai memudar...

"Kuatkanlah aku Halycon!" Kata Viona yang dingin karena menahan emosi kesedihan terdalam "Ahahaha!!!! Kenapa dan untuk apa? Dasar lemah!!!!!" kata Halycon
"Kuatkan saja!" kata Viona yang sedikit marah. Halycon sendiri hanya bisa terdiam saat melihat ekspresi Viona yang seperti itu, ia merasakan ada aura yang berbeda pada diri sunannya itu. "Tapi ingatlah Vio, jangan salahkan aku kalau aku kelewat batas." Kata Halycon "Batas pun pasti akan ada ujungnya." Kata Viona.
Alam pun kembali normal, kini Viona pun menyerang sang pemburu dengan gerakan yang lebih cepat dari sebelumnya. Lima pemburu pun kini hanya terfokus pada Viona, namun sebelum mereka menyerang Viona, mereka terlebih dahulu menghancurkan para bintang yang lain hanya dengan satu jurus yang mereka sebut 'Devastation'. Para bintang pun kini hanya bisa terkapar lemah di rerumputan, namun untungnya tidak dengan Sherin dan Vera yang keberadaannya cukup jauh dari serangan itu, mereka pun sebisa mungkin membawa para anggota yang lain menepi.
Di sisi lain Viona pun melanjutkan serangannya tanpa memikirkan keadaan anggota yang lain karena sejatinya batas itu telah dilampaui oleh Halycon sendiri. Hal ini terjadi karena hati Viona sendiri sedang tak stabil dan terlalu lemah.
Dinda yang mengkhawatirkan keadaan Viona, ia hanya bisa berteriak "Samudera Vi!!!!!!" teriak Dinda dari kejauhan, Viona sendiri hanya menghentikan serangannya sekejap lalu menoleh dengan tatapan yang begitu dingin, lalu melanjutkan serangannya kembali. Dinda yang melihat tatapan itu meyakini kalau itu bukanlah Viona sahabatnya, ada yang sedang mengendalikannya.
Dinda pun memutuskan untuk berlari ke arah Viona dengan pelindung yang masih menyelimuti di sekitarnya "Viona sadarlah!!!!! Jangan seperti itu Vi, ingat samudera Vi!!! Viona!!!!!!!" teriak Dinda sambil berlari dan meneteskan air mata, salah satu pemburu yang terganggu akan kehadiran Dinda pun hendak menyerangnya "Diam kau manusia lemah!!!!" teriak salah satu pemburu yang akan menyerang Dinda, Dinda pun terjatuh di tanah dan hanya bisa pasrah dengan apa yang akan diterimanya, karena pelindung yang dibuat oleh Viona lama-kelamaan memudar. Dinda yang telah jatuh tengkurap hanya bisa berkata dalam hatinya.
Vi... kalau memang ini adalah detik terakhirku, maafkan aku yang tak bisa membawamu kembali seperti dulu, jangan pernah berubah Vi... jangan jadi orang asing di hidupku. Kamu sahabatku. Vi sadarlah...
"Detik terakhirmu masih panjang Din, bangkitlah jangan pernah takut." Kata Viona yang saat ini kembali melindungi dirinya "Viona..." kata Dinda lirih sambil mendongakkan kepalanya melihat Viona yang sudah ada di depannya saat ini.

"Mungkin kamu memang tak bisa membawaku kembali seperti dulu, tapi seengganya kamulah samuderaku sampai detik ini Din, kamulah gelas kosong yang selalu aku isi air sampai penuh bahkan sampai tumpah. Maaf aku adalah sahabat yang bodoh buat kamu, selalu ngacuhin kamu bahkan kaya ngga pernah anggep kamu ada. Itu semua hanya karena aku tak mau merepotkan." Kata Viona yang kini sedang menahan salah satu pemburu yang hendak mencelakai Dinda, Viona sendiri sekarang dapat mengatur kekuatan Halycon dalam dirinya, ia telah kembali sadar.
Mata viona pun berubah menjadi emerald biru yang indah. "Terima kasih telah menyadarkanku Din, aku akan selalu menjagamu." Kata Viona yang kemudian menengok ke arah sahabat yang berada di belakangnya kini. "Akan aku akhiri semua penderitaan ini, akan aku lenyapkan kejahatan ini. Akan aku ciptakan perdamaian abadi dengan tidak mengorbankan apapun dan siapa pun itu. Dinda berjanjilah setelah ini kau harus bisa berjalan sendiri, kamu mampu Din dan terima kasih." Itulah kata yang Viona ucapkan sampai akhirnya ia kembali menghadapi sang pemburu dan membuat perlindungan bintang biru yang lebih kokoh dari sebelumnya pada para bintang, Pandu dan Dinda.
Tanpa mereka sadari bahwa perlindungan yang dibuat oleh Viona adalah pengabdian jiwanya sebagai estrella sejati. Ya, kini Viona telah menjadi estrella sejati yang telah mampu mengendalikan kekuatan halycon.
"Aku bangga padamu Vi." Kata Halycon di alam bawah sadar Viona. Viona pun hanya bisa tersenyum mendengar penuturan halycon, ia pun kembali bertarung melawan sang pemburu. Kali ini pemburu telah menyiapkan panah orion untuk menghabisi Viona "Jika kalian ingin kekuatanku, ambillah sebanyak yang kalian inginkan. Namun sebelum hal itu terjadi bagaimana jika aku yang memutuskan untuk pergi." Kata Viona yang kemudian mengeluarkan jurus terlarang bintang yang jika ia melakukannya, berarti ia harus kehilangan nyawanya.
"Tidak! Cegah dia!" kata Julivar "Withdraw a soul...." itulah kata Viona terakhir sebelum sang pemburu mampu menggapai tubuhnya, kekuatan itu pun berakibat sangat besar, apa yang di laluinya akan merasakan sakit dan mengalami kematian. Kecuali apa yang telah dikehendaki untuk mendapatkan perlindungan. Sang pemburu pun seketika menghampiri kematian mereka kecuali Julivar yang mampu lolos dan kembali ke rasi orion. seketika itu tubuh Viona pun tergeletak di tanah, dan sampai pada akhirnya..
Bip...bip..bip..bip...
Sekarang aku menghilang, lambat laun sosokku akan terganti Sam. Kedepannya aku percayakan bintang kepadamu dan ada hal yang harus kamu ketahui, kamu akan bertemu dengan sosok-sosok baru, mungkin buruk mungkin juga tidak berhati-hatilah dengan sang pemburu, Orion sudah bangkit. Kematian akan membawa mereka kepadamu. Aku hanya berharap bisa bertemu denganmu lagi, aku telah menemukan sosok serupa namun tak sama, yaitu kau Sam.
Kau mampu menjadi pelengkap jiwa dan pikiranku, aku berhutang banyak kepadamu. Ingatlah lirik lagu yang sering kita nyanyikan dulu saat kecil "Saat senja datang gantikan siang, mereka bilang kau malam tanpa bulan. Beda, tak sama kau yang tak sempurna bagiku kau segalanya, murni estetika. Apa yang kau tanam itu yang kau petik, apa yang kau jalani selalu beri yang terbaik. Impian tentang kau yang tak terbatas, jauh dari sempurna tapi membekas. Silahkan jadi hakim tuk semua perkara. Keterbatasan ini tulus jalankan cinta. Terhina dalam hati, tersudut karena beda. Kau sosok tak sempurna tapi bermakna."
Aku adalah anak kecil yang dulu pernah mengusap air matamu saat kamu terjatuh dari sepeda, kita dulu sangat dekat sampai pada waktunya aku harus benar-benar meninggalkanmu sekarang. Kembalilah Sam banyak yang sedang menanti kamu. Never give up my friend, I will be there wether you say you need me or not, thanks for everything...
Jemari lentik pun mulai sedikit demi sedikit bergerak, menandakan ada nyawa yang hampir terbangun, mata nan indah pun mulai melepaskan rajutan koma yang ia alami selama 1 bulan "Kamu sudah sadar?" tanya seseorang pada dirinya "Vera? Aku dimana? Mana yang lain?" tanya orang itu "Kamu ada di rumah sakit Sam, kamu koma selama 1 bulan. Yang lainnya sedang dalam perjalanan menuju kesini. Aku takut kau tak kembali Sam." Kata Vera.
"Koma? Kenapa bisa sedangkan kalian cepat pulih?" tanya Samanta "Karena saat itu kamu keluar dari perlindungan yang Viona buat untuk menggapai tubuh Viona, lalu apa yang kamu rasakan saat kamu koma Sam?" tanya Vera "Entahlah ada seseorang yang menyuruhku kembali Ve. Lalu Viona... mana dia? Aku ingin bertemu dengannya?" tanya Samanta "Mmmmm..." "Hai Sam! Lo udah sadar?" sapa Revan dan kedatangannya diikuti oleh bintang yang lain, namun ada yang kurang
"Kalian, iya gue udah sadar. Mana Dinda, Pandu dan Viona?" tanya Samanta "Dinda, dia baik-baik saja mungkin dia hanya perlu waktu buat sendiri. Pandu...." "Dia udah pergi Sam." Kata Farel menyambung perkataan Arjuna. Samanta sangat terpukul mendengar hal itu "Lalu Viona?" tanya Samanta "Kami tak bisa menemukan dia setelah jurus itu dikeluarkan Sam, kami semua tidak tahu apa yang terjadi setelah itu." Jelas Farel.
"Apa maksud kalian? Tidak mungkin kan kalo dia..." "Dia sudah pergi." Kata Arjuna singkat, rasa sakit akan kehilangan pun menyusup ke dalam hati masing-masing para bintang, mereka seperti kehilangan arah tak tahu apa yang harus mereka perbuat. Samanta pun menangis tak tertahankan, ia begitu kehilangan sosok Viona.
Mungkinkah sampai disini Viona menemani mereka? Akankah sosok dia tergantikan?
"Namun kami mendapatkan ini Sam, kami percayakan ini kepadamu." Kata Vera sambil mengulurkan kalung bintang biru "Engga! Engga! Ini ngga boleh terjadi, dia belum mati guys! Dia masih hidup kan? Jawab gue! Jawab!" tekanan emosi Sam "Udah Sam! Udah! Dia udah pergi ninggalin kita semua. Kita juga ngga tahu keadaan dia, kita juga ngga tahu harus berbuat apa. Ini semua udah takdir Sam!" Kata Sherin
"Maafin gue Vi, gue ngga bisa jaga lo." Sesal Samanta sambil menggenggam kalung bintang biru. Para bintang yang lain pun hanya bisa tertunduk sedih di ruangan itu. Sejak saat itu pula semua teman-teman Viona mengetahui bahwa Viona memang telah meninggal dunia. Semua sahabatnya sangat terpukul terutama Dinda yang kala itu mampu melihatnya untuk terakhir kali. Sosok sahabat yang tak akan pernah ia lupakan sampai kapan pun.

Satu minggu setelah Samanta keluar dari Rumah Sakit, diadakan upacara penghormatan terakhir bagi Altania Viona Ilazar di sekolah mereka. Akankah bintang biru kembali ataukah ada pengganti yang mampu memakai kalung bintang biru itu? Benarkah kematian bintang biru awal dari peperangan para bintang? Ataukah benar adanya jika sang pemburu akan datang menemui para bintang setelah kematian viona? Tidak ada yang pernah tahu kedepannya kalau belum melewatinya.
"A good name is better than riches. A good beginning is half battle. A man can only die once. All the world is a stage..... please come back to me..."