Chereads / The Legend Of Seven Star Knights / Chapter 9 - Hati Para Bintang

Chapter 9 - Hati Para Bintang

Awalnya aku berpikir semua ini akan segera berakhir setelah kamu pergi. Namun dugaanku ternyata salah.

🎶There's nothing I could say to you, Nothing I could ever do to make you see, What you mean to me. All the pain the tears I cried, Still you never said goodbye and now I know, How far youd go? I know I let you down but it's not like that now. This time I'll never let you go. I will be all that you want 🎶,

salah satu lirik yang aku sukai saat kamu menyanyikannya, saat aku mampu mendengar suaramu, saat aku masih mampu melihat senyum indah itu dan saat aku masih mampu mencintamu hampir setiap harinya. Kau mampu membuatku takut untuk kehilangan akan sosok dirimu, kau mampu membuatku merasakan dunia yang hampir dipenuhi pemandangan tentang dirimu, namun kini mengapa semua itu memudar, saat kamu tak bisa lagi aku temui dimana-mana. Apakah sekarang keadaanmu jauh lebih baik disana? Mampukah kamu melihatku disini terkapar melawan sepi?

Itulah yang ia tulis di dalam pikirannya, hampir setiap saat ia selalu melakukan itu untuk mencoba menenangkan hatinya yang masih belum mengikhlaskan kepergian seseorang yang ia sayangi. Arjuna selalu memandangi bingkai berisi foto para bintang saat pertama kalinya mereka terbentuk. Ia tersenyum kecil saat bernostalgia ke masa itu, masa dimana mereka masih bertujuh.

Tetes air mata kini mulai terjatuh dari sudut mata indahnya, ia hanya berharap tak akan ada lagi yang pergi setelah Viona. Hal yang sama juga dirasakan oleh para bintang yang lain.Di sisi lain, Samanta sedang asyik bermain gitar di beranda rumahnya dan menyanyikan sebuah lagu kesukaannya..

🎶"That should be me holding you're hand, That should be me making you laugh, That should be me this is so sad, That should be me.. that should be me.. That should be me feeling you're kiss, that should be me buying you gift.. this is so wrong ..." 🎶

"Aaaahhh suara yang indah." Kata Kaivar yang memotong nyanyian Samanta "Kaivar!" kata Samanta yang sedikit terkejut "Tak perlu kaget atau bertanya kenapa aku bisa tahu rumahmu Sam, kemarin aku sengaja mengikutimu." Kata Kaivar "Untuk apa kamu melakukan itu?" tanya Samanta "Entahlah aku hanya bosan di rumah saat liburan, tidak ada kerjaan apapun. Jadi aku putuskan untuk menemuimu, hanya sekedar bermain dengan teman baru boleh kan?" tanya Kaivar.

"Hehhh, duduklah." Kata Samanta. Kaivar pun langsung duduk di depan Sam. "Ngomong-ngomong apa kau suka musik?" tanya Sam saat mencoba obrolan "Aahhh aku tidak terlalu suka, tapi mungkin ada seseorang yang membuatku menyukai musik saat aku mendengarkannya." Kata Kaivar yang terus memandangi Sam.

"Jangan pernah menatapku seperti itu, aku tak menyukainya." Kata Samanta sambil memalingkan wajahnya ke arah gitar "Kenapa? Apa kamu malu, atau wajahku terlalu tampan?" ledek Kaivar "Ah! Kamu ini! (Kaivar mendekatkan wajahnya ke arah Sam, saat Samanta menoleh ke arahnya)." Samanta hanya bisa terdiam melihat wajah Kaivar yang cukup dekat dengannya, ia tak tahu apa yang sedang ia rasakan.

Malu atau memang Kaivar tampan jika dilihat dari dekat, Samanta pun kembali memalingkan wajahnya ke gitar. "Mmmm kamu mau minum apa?" tanya Sam canggung "Apa pun." Jawab Kaivar yang masih setia memandangi wajah cantik Samanta.

"Tunggu sebentar aku ambilkan dulu." Kata Sam yang pamit pergi masuk ke rumahnya untuk mengambilkan minuman "Kena kau." Kata lirih Kaivar sambil menengok ke arah Sam pergi.

Sambil menunggu Sam kembali, Kaivar mencoba memainkan gitar Sam. "Rasanya lama sekali aku tak menyentuhmu..." Kata Kaivar saat memegang gitar itu, ia pun mulai memetikkan jarinya pada senar dan membuat melodi yang begitu indah sambil memejamkan matanya. Cukup lama ia bermain gitar dengan mata tertutup, sampai-sampai ia tak sadar bahwa Sam sudah kembali duduk di depannya.

"Kau bisa memainkannya?" Kata Samanta yang sedang menatap Kaivar yang sedang enjoy itu "Ha! Kapan... kapan kau kesini?" tanya Kaivar yang sedikit kaget "Tak perlu kaget, aku sejak tadi disini." Jawab Sam sambil tersenyum

"Hahhhh, aku tadi hanya sembarangan memainkannya. Bukan karena aku bisa." Sanggah Kaivar "Ahhhh iyakah?" ledek Sam sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Kaivar dan tanpa sengaja kalung bintangnya menyentuh tangan Kaivar "Aaaaa!!!" teriak Kaivar yang terkena kalung itu, Sam pun langsung menjauhkan tubuhnya dan Kaivar pun berhenti berteriak namun meringis kesakitan "Kamu kenapa? Ada apa?" tanya Samanta.

"Ah tidak apa-apa, sepertinya aku harus pergi Sam, terima kasih waktunya." Kata Kaivar yang beranjak pergi "Ah! Iya satu lagi. Hari ini kamu cantik Sam!" Kata Kaivar yang kemudian tersenyum lalu berlari pergi. Samanta pun hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah Kaivar, perasaan senang ia rasakan hari ini, entah karena apa ia merasa bahagia hari ini. "Ahhhhh!!! Shit!!! Kenapa juga kalung itu mengenai tanganku." Umpat Kaivar

"Hei! Dari mana aja? Kita nyariin lo tahu!" Kata Tetra dan ketiga Divion yang lain yang kini telah berada di samping Kaivar. "Habis menemui si bintang putih tadi." Jawab Kaivar dengan entengnya "What!!! Sendirian? Lo gila apa waras Kai?!" tanya Victor dengan kaget "Aaahhhh gue tahu, jadi ini alasan lo ngga bersikap dingin lagi ke kita yaa. Ah! Rupanya ada yang sedang jatuh cinta pada musuh sendiri." Ledek Ara "Eh bro! hati-hati tugas kita disini untuk membunuh mereka, bukannya untuk mencintai mereka." Kata Daniel.

"Hei guys, gue juga tahu itu. Tenang aja gue hanya nglakuin strategi, kelemahan para bintang adalah hati mereka. Hati mereka masih terlalu lemah, maka dari itu masuklah melalui hati mereka agar kita mudah diterima." Kata Kaivar.

"Aaaahhh jadi maksud lo, dengan cara lo ndeketin bintang putih. Para bintang akan mudah dihancurkan dari dalam?" tanya Tetra "Betul sekali." Jawab Kaivar "Oke kita lakukan strategi ini untuk ke depannya." Kata Daniel "Tapi jika salah satu di antara kita melanggar strategi ini, apa yang akan kau lakukan Kai?" tanya Ara sedikit intens.

"Kita tak akan pernah mencintai siapa pun, kecuali itu memanglah takdir bintang paham?" kata Kaivar yang mulai mendingin "Siap paham!!" jawab mereka serempak, karena mereka tidak akan pernah bisa melawan pemimpin mereka sendiri itulah aturan rasi Orion.

Di malam harinya, Samanta mencoba melakukan meditasi jiwa untuk menemui Horius, ia semakin dalam memasuki alam bawah sadarnya sampai akhirnya... "Hahhh!!! Kenapa aku tak bisa menemuinya? Apa yang terjadi sebenarnya?" kesal Samanta pada dirinya sendiri. Namun anehnya hal yang tak pernah ia duga terjadi...

"Apa kabar Sam?" Sapa seseorang yang kini sedang berdiri di sampingnya "Vi... Viona.." kata Sam yang terbata-bata karena tidak percaya akan pemandangan yang ada di depannya kini "Iya ini aku Sam, Viona." Kata Viona sambil tersenyum "Kenapa? Kenapa kamu ada disini, bukankah kamu.." "Tidak, aku hanyalah khayalanmu sekarang aku tak nyata, sang waktu pun kini sedang berhenti. Aku hanya akan menyampaikan sesuatu kepadamu. Sam bintang butuh seorang pemimpin, saat ini aku memilihmu untuk menggantikanku. Serigala orion telah datang Sam, mereka bahkan begitu dekat dengan kalian, berhati-hatilah." Kata Viona

"Tapi Vi, aku tak akan bisa menggantikan sosokmu, aku tak akan mampu melakukannya." Sanggah Samanta "Bukan sosok ku yang kamu gantikan, tapi posisiku. Aku percaya kamu bisa karena kamu adalah sahabatku si bintang putih. Masing-masing orang punya caranya sendiri untuk memimpin." Kata Viona mencoba meyakinkan.

"Kenapa kamu mau jadi sahabatku? Dan kenapa pula kamu begitu yakin kalau aku bisa menjadi pemimpin?" tanya Samanta "Pertanyaanmu itu retorik, pertanyaan yang tak akan pernah ada jawabannya." Kata Viona.

"Percayalah kamu pasti bisa melakukannya, dan jagalah kalungku itu kemungkinan dia juga akan kembali bersinar. Kamu pasti bisa, aku percaya padamu." Kata Viona yang kemudian bayangannya pun menghilang secara perlahan "Vio!! Tunggu! Vio kembali!!" teriak Samanta sambil menggenggam kalung Viona.

"Apa mungkin aku bisa melakukannya? Tuhan bantulah aku untuk menjalani tugas ini." Kata Samanta pada dirinya sendiri. Keesokan harinya para bintang memutuskan untuk berkumpul di sebuah cafe kecil tempat mereka biasa berkumpul, di waktu inilah Sam mau menjelaskan tentang apa yang tadi malam ia dapatkan dari Viona. "Guys ada hal yang harus kalian tahu." Kata Samanta membuka percakapan di antara mereka.

"Tentang siapa pemimpin kami kan?" tanya Vera "Kamu udah tahu Ve?" tanya balik Samanta "Iya. Viona menunjukmu sebagai pemimpin kami. Dan kami sepakat atas pilihan Viona." Jawab Vera sambil tersenyum "Tapi guys, gue ngga bisa nerima tanggung jawab sebesar ini. Kekuatan gue ngga besar kaya Viona, gue juga hanya bisa meminta perlindungan dari dia, bukan gue yang ngelindungi dia." Sanggah Samanta

"Ngga perlu jadi kuat untuk menjadi pemimpin, ngga perlu harus bisa melindungi untuk jadi pemimpin Sam. Gue yakin Viona milih lo juga udah menjadi pertimbangan terbaik baginya, kami akan mengikutimu kami ngga akan membiarkan satu di antara kami pergi lagi. Kita cuma tinggal berenam Sam, dan kini lo yang harus pimpin kami, dan tidak ada pilihan yang lain lagi." Kata Arjuna meyakinkan

"Kita percaya lo bisa Sam." Sambung Farel "Guys, kalianlah alasanku untuk menjadi kuat, kalianlah alasanku untuk menjadi berani. Terima kasih kalian udah mau percaya." Kata Samanta "Sahabat harus saling percaya kan, ya ngga?" kata Revan "Tentu." Jawab Arjuna sambil tersenyum.

Cukup lama mereka mengobrol, ada kericuhan di seberang jalan tempat mereka berada sekarang, nampaknya sebuah kericuhan yang tak biasa. Namun mereka sedikit mengenali sosok-sosok yang tak asing "Hei, bukankah itu Victor dan Daniel?" tanya Sherin "Sedang apa mereka?" tanya Revan, semua bintang pun kini memandang ke arah luar jendela cafe.

"Sepertinya mereka sedang menyelesaikan masalah yang serius dengan anak itu." Jawab Arjuna "Tapi rasanya ada yang aneh deh, anak itu seperti ketakutan melihat mereka berdua." Kata Farel "Mau dibawa kemana anak itu?" tanya Vera

"Guys kita ikuti! Ada yang tidak beres dengan mereka." Perintah Samanta "Baik!!" jawab para bintang serempak. Para bintang pun keluar dari cafe dan langsung mengikuti mobil Daniel dan Victor yang membawa anak itu. Mobil Daniel dan Victor pun berhenti di sebuah gedung tua yang sudah tak terpakai lagi. "Tempat yang cocok. Kita lakukan disini Vic." Kata Daniel "Aaaahhhh, baiklah." Jawab Victor. Mereka langsung turun dari mobil dan mendorong anak itu jatuh ke tanah. "Dari mana kau?" tanya Daniel "Aku tidak akan pernah sudi menjawab pertanyaan dari para serigala orion!" jawab anak itu. Dengan tatapan dingin nya Victor dan Daniel pun mulai melancarkan aksinya.

"Aaahhhh, kau ingin kami melakukan kekerasan ha!!" bentak Victor "Lakukanlah jika itu memang perlu!" kata anak itu dengan berani "Berengsek kau!!!" kata Victor yang kemudian langsung memukul anak itu, anak itu pun meringis kesakitan dan darah keluar dari hidungnya. "Tunggu Vic! Ada yang sedang memata-matai kita." Kata Daniel dengan waswas "Mereka ada disini." Sambung Victor yang sudah mengetahui keberadaan mereka "Kita pergi dari sini, dan tinggalkan anak ini. Kita harus cepat!" kata Daniel.

Victor pun mengangguk paham dan mereka langsung masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan tempat itu. Samanta dan yang lainnya pun keluar dari balik pepohonan dan menghampiri anak itu Vera, "Sherin! Vera! Kita bawa dia. Nampaknya dia terluka cukup parah." Perintah Samanta "Baik." Jawab mereka "Kalian....Para bintang penjaga si aries, kan?" Kata anak itu. Para bintang pun terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar, semuanya pun menjauh dan membentuk formasi bintang, mereka mencurigai anak itu adalah musuh bintang "Tenanglah, aku bukan musuh kalian. Aku Zidan dari rasi bintang Virgo." Jelas anak itu, para bintang pun kembali mendekati anak itu "Apa yang bisa buat kami percaya padamu?" tanya Samanta "Kalian adalah keturunan rasi bintang ke tujuh setelah Claraus, dan kalianlah keturunan terakhir." Jelas anak itu

"Guys lebih baik kita jangan bicarakan hal ini disini, bawa dia ke rumahku." Jelas Sherin. Para bintang pun membawa anak itu bersama mereka ke rumah Sherin.

Di rumah Sherin anak itu menjelaskan banyak hal tentang rasinya dan kehidupan rasi bintang yang lain. Penjelasan tentang masa lalu para bintang membuat Sam dan teman-temannya sadar bahwa pertempuran besar akan segera dimulai. "Lalu apa hubungannya Daniel dan Victor denganmu?" tanya Vera "Apa kalian tidak tahu siapa mereka?" tanya Zidan

"Memangnya siapa mereka? Yang kami tahu mereka adalah salah satu pemilik geng besar di sekolah kami." Jawab Revan "Mereka adalah salah satu pasukan terhebat yang dimiliki Orion." Jelas Zidan "Apa!!!!!!!" jawab mereka bersama karena kaget "Mmmmm biasa aja sih." Kata Zidan "Jadi mereka adalah salah satu keturunan orion?" tanya Sherin "Mereka bukan keturunan, melainkan merekalah serigalanya orion." Jelas Zidan lebih lanjut.

"Mereka merupakan pasukan khusus yang dikirim Orion untuk mempelajari kehidupan di dunia kalian. Mereka mampu mengetahui keberadaan kalian hanya dengan insting yang mereka punya. Kemungkinan tadi mereka kabur juga karena telah mengetahui keberadaan kalian." Kata Zidan "Buat apa mereka kabur?" tanya Revan "Karena mereka kalah jumlah dan mereka hanya akan menunggu perintah dari pemimpin mereka, karena mereka hanya akan tunduk pada satu kekuasaan terkuat." Jelas Zidan "Jadi apa mungkin Kaivar dan yang lainnya juga..." "Para serigala orion?" kata Farel menyambung kata Sherin

"Aaaahhhh jadi mereka sudah ada disini? Kalau begitu aku harus segera kembali ke bintangku karena akan berbahaya apabila aku terlalu lama bersama kalian." Kata Zidan "Tunggu! Jangan pergi begitu saja. Apakah di bintangmu tidak diajarkan bagaimana cara menghadapinya?" tanya Samanta "Orion hanya bisa diimbangi oleh rasi bintang scorpio karena dalam legenda menjelaskan rasi bintang orion tidak akan muncul apabila rasi bintang scorpio muncul, dia hanya akan berani muncul jika scorpio tidak ada." Jelas Zidan "Rasi bintang scorpio? Dimana kami bisa menemukan mereka?" tanya Revan.

"Entahlah aku pun tak tahu, setahuku mereka semua telah musnah setelah perang bintang ke lima. Kabarnya keturunan mereka yang selamat pun tinggal di daerah terpencil." Kata Zidan "Haaahhhh tantangan baru lagi, kalo kita ngga tahu apa-apa tentang Scorpio bagaimana cara kita mencarinya?" keluh Sherin "Pasti ada caranya. Baiklah Zidan aku minta kerja samamu, ketika kau kembali ke rasimu adakanlah rapat bintang bersama petinggi-petinggimu disana tentang masalah ini, kemungkinan rasi bintang orion semakin dekat." Kata Samanta.

"Aaaahhh maksudmu dengan para Sunan Bintang?" tanya Zidan "Sunan bintang? Tunggu, tunggu jelaskan apa itu Sunan Bintang. Aku pernah membacanya di dalam kitab syrius namun aku belum memahaminya." Kata Samanta

"Jadi kalian belum tahu yaa, baiklah akan aku jelaskan. Sunan bintang adalah pemimpin masing-masing rasi bintang, dia mempunyai kekuatan yang tak bisa ditandingi oleh apapun kecuali Tuhan, namun apabila dia mampu menembus sebagai bintang alam dialah yang nantinya disebut sebagai sang legenda bintang, dialah pemimpin untuk semua rasi bintang. Akan aku sebutkan ke 12 sunan rasi bintang di alamnya kita. Bintang Libra bernama Thomas, Leo bernama Inu, Cancer bernama Wisnu, Aquarius bernama Erza, Gemini bernama Lufy, Virgo bernama Tobi, Sagitarius bernama Zakaria, Pisces bernama Ilyas, Taurus bernama Valen, Capricorn bernama Edward mereka semua adalah sunan bintang yang hebat." Jelas Zidan

"Bagaimana kamu tahu hal itu? Sedangkan kami tidak." Kata Vera "Di bintang kami memang diajarkan untuk selalu mengetahui sang sunan, namun sayangnya untuk Bintang Scorpio tidak dijelaskan siapa sunan mereka, karena yang kami ketahui mereka telah musnah. Untuk bintang kalian sendiri kami hanya mengetahui sunan keenam yaitu Claraus, dan untuk sunan kalian yang terakhir kami tidak mengetahui atau kemungkinan belum muncul." Jelas Zidan.

"Jadi intinya mereka semua itu adalah sunan terakhir di masing-masing bintang?" tanya Farel "Tepat sekali. Kalau aku ini hanya sebagai masyarakatnya saja." Jelas Zidan.

"Aaaahhhh kami paham. Tapi. Kalau misal kita adalah keturunan bintang yang terakhir, itu artinya pada rasi bintang ke enam atau lebih tepatnya perang bintang ke lima telah muncul sang legenda bintang kan? Aku pernah bertemu dengan Calico pada saat itu dia menjelaskan telah muncul sepasang legenda bintang pertama. Tapi entah siapa Calico tak menjelaskannya." kata Vera "Benar sekali, pada perang bintang ke lima memang sudah ada legendanya, namun kemungkinan kecil bahwa mereka masih hidup sampai ke generasi ke tujuh, dan tidak ada yang tahu mereka ada dimana." Kata Zidan.

"Baiklah Zidan, terima kasih atas ilmu yang telah kamu berikan. Itu sangat membantu kami." Kata Samanta "Sama-sama, tolonglah jaga perdamaian bintang wahai keturunan Aries." Kata Zidan yang tersenyum kemudian menghilang, "Hahhhhhh kenapa semakin rumit aja sih! Jadi apa yang harus kita lakukan setelah ini Sam?" tanya Revan "Kita cari keturunan Scorpio." Jawab Samanta "Apa!! Lo gila yah Sam. Kita aja ngga tahu mereka dimana, mereka kaya apa? Gimana cara kita cari mereka?" tanya Sherin.

"Ingatlah kebenaran akan terungkap pada suatu saat nanti, aku yakin akan selalu ada petunjuk. Tugas besar sedang menanti kita." Kata Samanta "Mmm bagaimana kalo kita juga membuka isi kitab syrius ini." Saran Arjuna sambil menunjukkan kitab syrius "Ya. Kamu benar Jun, kita bagi tugas. Revan, Arjuna dan Farel kalian amati para Orion. Vera, Sherin dan gue yang akan cari tahu tentang Scorpio." Kata Samanta "Siap baik!!" jawab mereka serempak.

Di sisi lain Daniel dan Victor pun hanya bisa dihajar habis-habisan oleh Kaivar akibat tindakan ceroboh mereka, Kaivar sangat marah karena dengan hal ini akan timbul kecurigaan dari Sam dan teman-temannya terhadap mereka "Maafkan kami Kai, kami tidak sempat berpikir sampai disitu. Insting pemburu kami muncul begitu saja saat melihat anak itu." Jelas Victor.

"Haa!!! Shit!!! Bodoh kalian! Kalau mau melakukan pembunuhan setidaknya jangan di tempat ramai! Dunia ini beda dengan dunia kita. Hahhhhhhh oke baiklah, setelah

ini kita juga harus berhati-hati, jangan pernah lakukan kegiatan apa-apa lagi untuk sementara waktu, bersikaplah normal pada manusia umumnya. Apabila insting pemburu kalian muncul tahan, apabila tidak bisa ditahan bawa sang korban di tempat yang sepi, paham!" kata Kaivar "Kau sendiri, tidak ada naluri seorang pemburu dan pembunuh kan? Hati kamu terlalu baik Kai!!" kata Daniel.

"Apa kamu bilang!!! (Meninju muka Daniel) jaga mulut kamu!" marah Kaivar "Haha!! Kamu sendiri bukan golongan kami, kamu dipilih sebagai pemimpin kami sebenarnya hanya untuk belajar bagaimana menjadi seorang pembunuh kan? Iya kan? Tempatmu bukan disini Kai, pantas saja Alga mengirimmu kesini. Karena dia tidak mau mempunyai keturunan berhati lemah seperti kau!!" ejek Daniel "Daniel!!!!!" teriak Kaivar yang kemudian langsung menyerang Daniel, pertarungan pun tak bisa dielakkan lagi, Victor, Ara dan Tetra pun hanya bisa melihat pertarungan itu.

"Hei apa kau mau diam saja melihat mereka Vic?" tanya Tetra dengan santainya "Hahhhhh mereka membuatku susah saja, apa cuma aku laki-laki yang tersisa di tim ini?" tanya balik Victor kepada Tetra dan Ara. Tetra dan Ara pun hanya memandang dengan pandangan malas karena pertanyaan dari Victor yang teramat sangat bodoh "Hahhh!!! Iya iya, cuma tinggal aku. Baiklah akan aku lerai." Kata Victor yang kemudian berubah sebagai serigala orion dan langsung berlari melerai mereka, sangat sulit untuk melerai mereka karena kekuatan mereka yang seimbang.

Victor selalu kewalahan untuk menghadapi mereka. "Hahhhhhh sudah aku tebak, Kaivar memang tak ada naluri pembunuh. Aku yakin sebenarnya dia menyukai Samanta. Kita lihat saja, jikalau dia yang mengkhianati kita lakukan perintah Alga." Kata Tetra "Membunuhnya? Hahhhh terlalu gampang, tapi kita masih butuh dia sebagai umpan." Sambung Ara, Tetra pun hanya bisa mengangguk paham. Sedangkan para bintang sendiri, mulai melakukan pelatihan dan menciptakan jurus-jurus baru, karena mereka yakin musuh kali ini lebih dari sekedar kuat.

Saat Arjuna, Farel dan Revan sedang serius latihan, Samanta, Vera dan Sherin bersiap untuk pergi mencari keturunan Scorpio "Hei guys! Kami berangkat dulu!" Teriak Samanta dari mobil jeep terbukanya "Eh tunggu!" teriak para cowok sambil berlari "Jaga diri kalian baik-baik ya, kalau ada apa-apa beri tahu kami." Kata Arjuna "Jangan lupa jaga kesehatan kalian, jangan lupa makan. Oh ya di tas besar di belakang kami sudah siapkan banyak makanan untuk bekal kalian." Sambung Farel.

"Dan satu lagi berjanjilah untuk kembali." Kata Revan "Wahhhh, ternyata kalian lebih cerewet dibanding cewek yaa." Kata Vera "Ya mereka seperti itu disaat kita lagi jauh aja, kalau deket ya ngga seperhatian inilah." Sambung Sherin. Sedangkan Samanta hanya bisa tersenyum melihat kekonyolan teman-temannya itu, ia bersiap-siap memakai sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil karena dia yang menyetir.

"Sam... (memegang tangan Sam) jaga diri lo baik-baik, kembalilah dengan Sam yang saat ini aku lihat." Kata Arjuna "Lo tenang aja, gue ngga papa kok. Lagian gue ini kan keturunan bintang, gue bisa jaga mereka dan diri gue sendiri kok. Udah ya kita pergi dulu." Kata Samanta yang melepaskan genggaman tangan Arjuna dan melajukan mobilnya.

"Haaaaa mereka ini selalu aja bikin kangen kalau lagi jauh." Kata Revan sambil tersenyum "Yaudah guys, kita lanjut latihan lagi aja." Kata Arjuna yang kemudian tersenyum memandangi arah mobil Sam pergi.

Mungkin kamu benar Sam, aku harus mulai membuka hatiku umtuk orang lain. Untuk berlari lebih jauh meninggalkan tempat yang paling mengerikan di dunia ini, kesendirian. Dan apakah benar takdir itu jatuh kepadamu sekarang? Tanya Arjuna di dalam hatinya.

Di dalam mobil sendiri, mereka sibuk menerka-nerka tempat terpencil yang akan mereka kunjungi "Kira-kira dimana mereka bersembunyi ya?" tanya Vera "Entahlah tak ada kabar yang pasti untuk tempatnya, namun gue yakin mereka memang masih hidup." Kata Samanta "Coba kita baca kitab syrius aja, siapa tahu disana ada petunjuk." Kata Sherin "Aaaahhh lo bener Rin, coba sini kitabnya." Kata Vera, Vera pun mulai membuka kitab itu dan meneruskan halaman yang telah dibaca oleh Samanta.

"Hei guys, ini gambar apa ya?" tanya Vera yang coba memperlihatkannya kepada Samanta dan Sherin "Tunggu, tunggu. Ini gambar kayanya pernah gue lihat deh... Aaahhhh! Gue inget! Ini gambar yang waktu itu gue lihat di kaca jendela Perpus. Tapi pas gue mau pegang gambar itu hilang." Jelas Samanta sambil menyetir "Disini dijelaskan bahwa, ini adalah pertarungan antara rasi bintang Orion dan Scorpio pada perang bintang ke lima." Jelas Vera.

"Ah! Jadi ini yang dimaksud Zidan waktu itu, setelah perang ini berakhir semua Scorpio musnah. Dalam artian pada perang bintang ke lima Orion lah yang menang?" terka Sherin "Kemungkinan iya Rin, tapi tunggu dulu! Saat Orion kembali ke asalnya, ada satu bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh seorang wanita yang bernama Silviarus Atera. Dia adalah istri dari sunan bintang Scorpio pada saat itu yang bernama Oscarius Electra." Jelas Vera lebih lanjut.

"What!!!!!!!!! Jadi keturunan Scorpio masih ada yang hidup?" histeris Sherin "Iya benar Rin. Bentar gue baca lagi. Mereka selamat dalam peperangan itu, dan delegasi Orion tak menyadari keberadaan mereka pada saat itu. Silvia membawa anaknya ke sebuah pedesaan bukan di bintangnya melainkan pergi ke dunia kalian saat ini. Dia diterima baik oleh masyarakat sekitar pedesaan itu. Disana mereka dirawat sampai kondisi mereka membaik, namun setelah itu Silvia memutuskan untuk kembali ke bintangnya dan meninggalkan anaknya di desa itu. Anak Silvia ia titipkan pada sepasang suami istri, anaknya ia beri nama Igarus Silcarius yang merupakan gabungan namanya dan suaminya." Lanjut Vera.

"Pedesaan? Terpencil? Dimana itu?" tanya Samanta "Apa ada petunjuk lain tentang desanya Ve?" tanya Sherin "Tidak ada Rin, petunjuknya cuma sampai nama anaknya. Setelah itu cuma gambar ini." Kata Vera yang menunjukkan gambar itu, "Hahhhhhh baiklah lebih baik kita istirahat dulu, kita juga udah jauh dari perkotaan." Kata Samanta yang kemudian menepikan mobilnya di dekat tepi hutan, karena saat ini mereka sedang melintasi jalan cukup besar beraspal yang diapit oleh perbukitan.

"Jadi dia bernama Igarus? Hahhhhh kenapa susah sekali mencari desanya." Keluh Sherin "Hehehe semangat dong Rin, lagian kita kan carinya bareng-bareng. Tapi kalo memang tak ada petunjuk tentang desanya kita bakal kesulitan juga nantinya." Kata Samanta. Jadi Viona benar, sosok-sosok baru itu kini telah muncul. Lalu apa yang sebenarnya akan kita lakukan dengan mereka? kata Samanta dalam hati.

Cukup lama mereka berpikir, tiba-tiba ada seorang perempuan paruh baya yang terjatuh di dekat mobil mereka. Sam dan yang lainnya pun berlari menghampiri perempuan itu. "Ibu tidak apa-apa?" tanya Samanta yang membantu perempuan itu berdiri "Saya tidak apa-apa nak, saya hanya kecapean saja." Kata perempuan itu sambil tersenyum "Ah! Ini bu kami ada makanan sama minuman, beristirahatlah terlebih dahulu." Saran Vera "Ah tidak nak, terima kasih. Kalau saya tidak melanjutkan perjalanan saya, nanti akan terlalu malam untuk saya sampai ke rumah. Rumah saya jauh dari sini." Jelas ibu itu.

"Loh suami ibu mana?" tanya Sherin "Dia sedang berburu bersama anak saya." Jawab ibu itu "Oke gini aja bu, ibu istirahat biar nanti kami antar ibu pulang. Tenang kami ini anak yang baik kok!" Kata Samanta sambil tersenyum "Mmmmm baiklah terima kasih nak." Jawab ibu itu. Tak lama setelah mereka beristirahat, Sam pun mengantar ibu itu pulang ke rumahnya. Rumah ibu itu memang cukup jauh dan berada di wilayah terpencil.

"Loh bu! Disini ada perkampungan?" tanya Vera "Iya ada nak, desa kami ini sangat jauh dari kota, penerangan pun kami masih menggunakan lentera." Jawab ibu itu, sampai di depan pintu masuk, mereka pun turun dari mobil dan memarkirkan mobil mereka di sebuah tempat yang memang sudah disediakan oleh warga setempat. "Ini desa apa bu?" tanya Sherin "Desa ini diberi nama Desa Aquila." Jelas ibu itu sambil berjalan membawa kayu bakarnya "Aquila? Kenapa Aquila bu?" tanya Samanta.

"Karena mayoritas penduduknya memelihara Elang untuk teman berburu, Aquila sendiri berarti elang. Maka dari itu desa ini juga disebut desa elang." Jawab ibu itu "Aaaahhhhh seperti itu toh, oh ya rumah ibu dimana?" tanya Sherin "Mari ibu tunjukkan." Kata ibu itu. Kemudian mereka pun berjalan menuju sebuah bangunan rumah sederhana "Nah ini rumah ibu." Kata ibu itu "Ayo masuk dulu." Ajak ibu itu "Ah iya bu." Jawab Samanta, mereka pun masuk dan duduk sambil beristirahat.

"Oh ya bu, apakah disini sudah ada sistem pemerintahannya?" tanya Samanta "Sistem pemerintahan kami masih berbentuk kepala suku nak, kebetulan kepala suku desa ini adalah suami saya." Jelas ibu itu sambil menyiapkan minuman "Oh gitu, ah! Ya bu. Apa di dalam foto itu, suami dan anak ibu?" tanya Sherin sambil menunjuk sebuah foto tua "Iya itu mereka, mereka sangat suka berburu. Sebentar lagi mereka pasti pulang. Nah!! Itu mereka." Kata ibu itu sambil menunjuk ke arah luar rumah. "Kami pulang!" kata anaknya.

"Bagaimana hasil perburuannya?" tanya ibu itu pada suaminya "Hahhhh cukup memuaskan. Sawn! Cepat ke dapur dan bantu ibu untuk mempersiapkan jamuan, kan lagi ada tamu." Kata orang itu sambil melihat ke arah Sam dan yang lain sambil tersenyum "Baik yah!!!!" jawab anak yang bernama Sawn itu dengan semangat "Ayo nak kita ke dapur. Kami permisi dulu ya." Kata ibu itu yang kemudian pergi ke dapur bersama anaknya. "Dari kota ya?" tanya laki-laki itu.

"Eeee iya...." "Panggil saja saya Engku biar lebih enak di dengarnya." Kata Engku yang menyambung kata Samanta "Ah iya Ku. Kami dari kota Bandung." Lanjut Samanta "Aaaahhh Bandung, lama saya tidak kesana." Kata Engku "Loh! Engku pernah kesana?" tanya Vera "Iya saya pernah kesana untuk menemui teman saya." Jawab Engku "Oh begitu toh. Ah! Ya Ku, apa itu elangnya Engku?" tanya Sherin "Iya itu elangnya saya, namanya Tirta. Ah ya! Ngomong-ngomong ada apa kalian kesini, tidak mungkin kan hanya karena kebetulan membantu istri saya? Pasti kalian juga tertarik dengan desa ini, kenapa bisa ada desa yang terpencil ini?" tanya Engku sambil tersenyum.

Kenapa dia bisa tahu ada maksud lain? Orang ini bukan orang sembarangan sepertinya. Kata Samanta dalam hati. "Mmmm sebenarnya kami sedang ada misi pencarian seseorang yang bernama Igarus Silcarius, Ku. Kami butuh bantuannya." Jelas Samanta "Untuk apa kalian mencari orang itu?" tanya Engku yang bernada lebih serius "Entahlah kami tak yakin bercerita kepada Engku, karena mungkin Engku tak akan paham dengan cerita kami." Ragu Vera

"Cerita saja, mungkin saya bisa bantu. Bukankah ini masalah rasi bintang?" tanya Engku "Bagaimana Engku bisa tahu?!" tanya Sherin "Hanya menebak saja kok." Kata Engku sambil tersenyum. "Orion telah bangkit setelah kematian bintang biru dari rasi bintang penjaga, dia adalah pemimpin kami. Dia dibunuh oleh para pemburu yang lain." Jelas Samanta "Apa? Bintang biru telah tiada? Astaga! Kenapa aku baru tahu. Jadi Orion sudah mulai datang kesini?" tanya Engku "Mereka memang sudah datang Ku, para serigala orion. Pasukan itu terdiri dari 5 orang, Daniel, Victor, Tetra, Ara dan pemimpin mereka Kaivar." Kata Vera.

"Aaaaahhhhh anak-anak itu rupanya." Gumam Engku "Engku tahu tentang mereka?" tanya Sherin "Hanya sekedar mendengar saja, itu adalah legenda dari nenek moyang kami. Jadi apakah kalian dari rasi bintang Aries?" tanya Engku "Ya Ku benar, kami adalah keturunan ke tujuh." Jawab Samanta "Aahhh keturunan terakhir rupanya. Dan apakah kau pengganti bintang biru wahai bintang putih?" tanya Engku sambil tersenyum.

"Engku tahu?! Tunggu tunggu... Engku bukan orang biasa kan?" tanya Samanta lebih lanjut "Ahaha, kau si bintang kuning (sambil menunjuk Vera) dan kau bintang jingga kan? (sambil menunjuk arah Sherin)" tanya Engku "Iya Ku benar." Jawab mereka berdua sambil tertegun. "Siapa Engku sebenarnya?" tanya Samanta "Tenang saya hanya kepala suku biasa, saya bisa tahu hal ini karena saya dekat dengan keluarga Igarus dahulu. Tapi sekarang tidak. Begini saja, saya akan kasih kalian sesuatu. Semoga hal ini bisa membantu kalian untuk menghadapi para serigala itu." Kata Engku yang kemudian pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.

"Apa itu Ku?" tanya Samanta "Ini adalah para pusaka bintang, saya hanya mampu menyimpan 6 dari 7 pusaka." Kata sang Engku "Semuanya pedang?" tanya Vera "Ya benar ini adalah pedang para bintang. Pedang ini adalah pedang sunan bintang aries, yah bintang kalian. Dulu saya sempat bertemu dengan Elezar penjaga kalung bintang kalian, dia menitipkan pusaka ini pada saya, karena dia yakin saya bisa menjaganya. Dia hanya berpesan Takdir itu akan segera datang, jagalah baik-baik. Walau tak lengkap namun mereka bisa melengkapi apa yang telah hilang. Itulah pesan yang saya ingat. Saya akan jelaskan pedang siapa saja ini. Masing-masing pedang mempunyai nama sesuai dengan nama pemiliknya, ini adalah Yestra dan ini untuk Revan. Berikutnya Airlangga dan ini untuk Arjuna, lalu Tubias ini untuk Farel, Virga untuk Sherin, Sterra untuk Vera dan Claraus untukmu Sam." Kata Engku.

"Tunggu... Claraus? Tapi itu harusnya buat Viona Ku. Aku tak mungkin bisa menerimanya." Sanggah Samanta "Tidak Sam, pedang ini yang memilih pemiliknya dan bukan kalian yang memilih pedang ini, kadang ada saatnya kamu menerima sesuatu di luar akal pikiranmu atau harapanmu sendiri, ini hanyalah bagaimana kamu bisa menerima komitmen ini. Percayalah kamu bisa, bukankah itu juga yang dikatakan Viona terhadapmu?" tanya Engku "Iya Ku. Tapi bagaimana Engku bisa tahu nama-nama keturunan terakhir, sedangkan kami saja belum memperkenalkan diri?" tanya Samanta.

"Elezar yang memperkenalkan kalian, jadi aku tak canggung untuk menebak siapa kalian. Bahkan karakter kalian pun aku tahu." Kata Engku sambil tersenyum "Tapi Ku, kami belum pernah menggunakan senjata untuk bertarung." Kata Vera "Tenang saja saya yang akan melatih kalian, tapi dengan satu syarat. Bawa saya ke kota kalian, kita latihan disana." Kata Engku "Siap baik!!" jawab mereka dengan serempak dan semangat. Keesokan harinya setelah menginap 2 malam di desa Aquila, mereka pun bersiap-siap kembali ke Bandung, perjalanan mereka kali ini ditemani oleh si Engku.

Di sepanjang perjalanan mereka banyak mendengarkan kisah Silvia dan Igarus dari Engku, nampaknya si Engku paham betul dengan kehidupan Igarus. Beliau masih ingat betul awal kedatangan Silvia sampai cerita tentang rasi bintang lainnya. Ingatan yang begitu tajam bahkan melebihi ingatan dari guru sejarah para bintang di sekolahnya, itulah yang mereka kagumi dari si Engku. Mereka benar-benar menyimak, bahkan saat sang Engku menceritakan bagaimana pertarungan sengit antara Scorpio dan Orion di perang bintang ke lima. "Oh ya Ku, bukankah Orion akan pergi apabila Scorpio datang? Namun kenapa bisa waktu perang bintang ke lima rasi Scorpio kalah?" tanya Vera.

"Aaaahhh tentang masalah itu yaa. Sebenarnya waktu itu Scorpio tak kalah hanya saja saat itu memang tidak ada pilihan lain selain mengalah. Scorpio hanya kalah taktik saja waktu itu, mereka lengah akan penjagaan Kristal kehidupan Scorpio." Kata Engku "Kristal kehidupan? Apa itu?" tanya Samanta "Kristal kehidupan merupakan kekuatan atau energi kelangsungan hidup Scorpio. Saat itu Kristal berhasil dirampas oleh Alga si pemimpin Orion, dia berhasil membuat retak Kristal itu dan itu sangat fatal. Hampir seluruh Scorpio yang ada tewas saat itu. Namun sang sunan Oscarius mengorbankan nyawanya untuk mengutuhkan kembali Kristal itu dan mengusir Orion, yang tersisa hanya Silvia dan anaknya Igarus." Jawab Engku dengan nada yang sedikit sedih.

"Ku... Engku kenapa? kelihatannya cerita itu membuat Engku sedih?" tanya Sherin "Ah! Engku tidak apa-apa kok. Sudah yaa ceritanya kita sambung lain kali saja, Engku tidak sabar melatih para bintang penjaga hehehe." Kata Engku "Ahahah!!! Engku bisa aja, oke deh siap! Kita juga bakalan semangat kok." Jawab Samanta. Perjalanan pun memakan waktu cukup lama, sampai-sampai Vera dan Sherin pun tidur karena terlalu lelah. Samanta sendiri masih fokus untuk menyetir dan ditemani oleh Engku. Setelah cukup lama akhirnya mereka pun sampai, tak terasa mereka bisa memakan waktu 3 hari untuk pencarian info tentang Scorpio.

Arjuna dan yang lainnya pun menyambut gembira kedatangan mereka kembali. "Hei! Kau pulang juga!" Kata Arjuna yang langsung memeluk tubuh Samanta ketika baru turun dari mobil "Aaaa... i.. iya Jun." kata Samanta dengan sedikit terkejut atas perlakuan Arjuna "Ekhem!" goda Engku "Ah! Iya aku lupa, kenalin ini Engku, beliau adalah kepala suku desa Aquila. Ceritanya panjang lain kali aja kita ceritanya ya, sekarang kita cewek-cewek mau istirahat dulu. Biar kalian nanti ditemani Engku latihannya." Kata Samanta sambil melepas pelukan Arjuna. "Loh loh loh, latihan apa emang Sam?" tanya Revan kebingungan "Tanya aja sama Engku!!!" kata Samanta yang kemudian masuk ke pondok diikuti dengan Vera dan Sherin.

"Hahhhhhh dasar cewek aneh. Mmm baiklah Ku, perkenalkan kami..." "Arjuna, Revan dan Farel kan? Kalian si bintang merah, ungu dan hijau kan? Para bintang penjaga keturunan ke tujuh atau yang terakhir kan?" tanya Engku sambil tersenyum dan meletakkan bingkisan pusaka ke tanah di depan mereka, sambil melihat Revan yang melongo kebingungan.

"Baiklah ini untuk kamu Van, ini untuk kamu Arjuna dan ini untuk kamu Farel." Kata Engku sambil menyodorkan masing-masing pedang yang telah memilih mereka "Senjata? Untuk apa Ku?" tanya Arjuna "Untuk menghadapi para serigala Orion. Pedang-pedang itu merupakan pedang para sunan bintang penjaga, yang dipegang Revan adalah milik Sunan Yestra, Arjuna Sunan Airlangga dan Farel Sunan Tubias, untuk tiga pedang yang tersisa milik Vera dan yang lainnya. Kalau kalian mau tahu namanya tanya saja sama mereka, saya capek menjelaskannya hehehe." Kekeh Engku.

"Wow keren!!! Ini adalah pedang para sunan. Tapi kenapa kita baru dikasih sekarang Ku?" tanya Revan "Hahhhhhh kalau soal itu tanya saja sama nenek moyang kalian." Jawab si Engku dengan malasnya, Revan hanya bisa mbesengut kesal "Apakah pedang ini mempunyai kemampuan masing-masing Ku?" tanya Arjuna "Ya kamu benar. Pedang Yestra bernyawa harimau, Airlangga bernyawa singa, Tubias bernyawa badak. Sedangkan milik Samanta bernyawa cendrawasih, Vera bernyawa merak dan Sherin bernyawa Pegasus." Jelas Engku.

"Aaaahhh jadi kedatangan Engku kesini, ingin melatih kami agar bisa bersahabat dengan para nyawa itu?" tanya Farel "Tepat sekali! Tapi latihannya besok aja ya, Engku capek. Tolong buatkan kopi atau teh dong, masa ada tamu ngga disuguhi apa-apa wkwkwk." Kekeh Engku. Para bintang pun hanya bisa tertawa, mereka pun kemudian masuk ke dalam pondok dan beristirahat untuk pelatihan besok. Di dalam kamar sendiri Sam mencoba membereskan barang-barangnya di lemari dan menata kamarnya senyaman mugkin, saat ia membuka lemarinya, ia melihat sebuah foto para bintang saat masih lengkap.

Tak terasa hampir 4 bulan lebih Viona telah meninggalkan mereka, namun kenangan tentangnya tak bisa dilupakan begitu saja. Samanta hanya bisa tersenyum melihat foto itu dan berkata "Terima kasih untuk persahabatan ini Vi, gue beruntung pernah punya sahabat kaya lo." Kata Samanta sambil meletakkan kalung Viona di dekat foto itu.

(Tok tok tok!) suara ketukan pintu pun terdengar dan membuyarkan nostalgia Sam "Permisi? Apa aku mengganggumu Sam?" tanya Arjuna sambil membuka pintu "Ah tidak Jun, masuk aja. Maaf yaa lagi berantakan banget, jarang juga kan kita ke pondok lagi setelah sekian lama." Jawab Samanta sambil tersenyum "Hehe ngga papa kok, wajar. Oh ya gue bawain kopi nih buat kamu." Kata Arjuna sambil mengulurkan kopinya.

"Thank's ya." Kata Samanta sambil menerima kopi Arjuna, mereka pun kini sedang berdiri di balkon kamar Samanta sambil melihat pemandangan. "Hahhhhhh paling suka nih kalo suasananya lagi tenang kaya gini." Kata Samanta "Aku juga, oh ya! Ternyata Engku itu tahu banyak hal ya?" kata Arjuna "Ya begitulah, ingatan dia melebihi guru sejarah, ku kira." Kata Samanta sambil tersenyum "(tersenyum) Mmm Sam.. aku mau minta maaf atas perkataanku waktu itu?" kata Arjuna.

"Hahhhh lupakan saja Jun, lagian aku juga sudah tidak memikirkannya lagi. Aku tahu hati itu tak bisa dipaksa dan mungkin memang benar takdir kita tak lebih dari seorang sahabat." Kata Samanta "Apakah aku boleh merubah takdir itu?" tanya Arjuna. Samanta hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan Arjuna, ia memandang Arjuna mencoba memahami apa yang sedang Arjuna rasakan "Kau tak perlu melakukan itu jika ternyata orbitmu masih orang lain, sejauh apapun kamu berlari apabila orbitmu adalah Viona. Pelarianmu juga akan berujung dia Jun. Maaf aku ke bawah dulu mau ketemu Sherin, sekali lagi makasih kopinya." Kata Samanta sambil berlalu pergi.

"Bantu aku melupakannya Sam, aku butuh kamu.." Kata Arjuna, Samanta pun menghentikan langkahnya dan kembali menengok ke arah Arjuna tanpa berkata apa-apa lalu pergi. Arjuna hanya bisa memandangi gadis itu, nampaknya perkataan Samanta memang masih benar adanya bahwa dia belum bisa sepenuhnya melupakan Viona.

"Sory Rin, apa lo ada waktu?" tanya Samanta yang sudah menemui Sherin "Selalu ada kok buat sahabat gue, kenapa ada yang mau lo ceritain? Arjuna ya?" terka Sherin "Yaaaaa begitulah." Jawab Samanta dengan nada merendah "Haaaa kalian ini, dulu lo yakin lo bisa sama dia. Giliran dia udah bales perasaan lo, kenapa lo yang jadi ragu? Apa karena Viona?" tanya Sherin "Iya Rin. Gue tahu Juna belum sepenuhnya nglupain dia." Jawab Samanta.

"Sam, setiap orang yang datang ke kehidupan kita itu punya porsinya masing-masing. Viona dia punya tempat sendiri di hati Arjuna, sama kaya lo Sam. Hati manusia itu rumit, ada waktunya dia bisa move on setelah terluka, ada masanya dia harus diobati. Bukan Arjuna yang milih lo dan bukan lo yang milih Arjuna, tapi hati kalian lah yang saling memilih Sam. Percayalah takdir tak pernah salah mungkin dia hanya sedang tersesat." Kata Sherin "Entahlah Rin, kayanya gue cuma perlu waktu buat sendiri. Gue pergi sebentar." Pamit Sam yang kemudian melesat pergi ke dalam hutan.

"Hati-hati!! Haaaa anak itu kebiasaan banget." Gumam Sherin. Samanta terus melesat menembus pepohonan yang rindang di dalam hutan. Pondok yang mereka tempati memanglah di hutan itu sebabnya mereka sering berlatih di pondok karena tempatnya yang asri. Tak lama kemudian Sam pun berhenti di sebuah padang rumput yang indah, namun kini matanya tertuju pada satu sosok yang cukup jauh dari keberadaannya, sosok yang tak asing baginya "Kaivar...." kata Samanta lirih yang kemudian melesat menghampirinya.

"Sedang apa kamu disini?" tanya Samanta masih dalam perasaan was-was karena dia telah mengetahui siapa Kaivar sebenarnya "Hanya sedang menikmati kesendirian." Jawab Kaivar tanpa berekspresi "Kamu tidak seperti biasanya. Ada apa?" tanya Samanta yang mulai memberanikan diri duduk di sebelah Kaivar.

"Tidak ada apa-apa. Apa kamu tak takut kepadaku, setelah tahu siapa aku?" tanya Kaivar "Takut? Awalnya iya, tapi sejahat apapun musuhku kalau bukan dalam medan pertempuran, dia adalah temanku. Lagian sepertinya musuhku ini sedang bersedih?" kata Samanta sambil tersenyum ke arah Kaivar. Kaivar sendiri hanya bisa memandangi indah senyuman itu dan merasakan ketenangan dalam hatinya.

"Bagaimana kalau aku tiba-tiba menyerangmu? Apa kamu akan lari?" tanya Kaivar "Buat apa lari, kalau dengan menyerangku bisa membuat kesedihanmu hilang. Aku akan meladeni seranganmu." Jawab Samanta sambil memandang ke arah depan "Haaaa sepertinya kau sedang tidak ingin diganggu, baiklah aku pergi dulu." Kata Samanta sambil berdiri dan melangkahkan kakinya, namun dengan cepat Kaivar berdiri dan menarik tangan Sam lalu memeluknya dari belakang.

"Jangan pergi. Temani aku sebentar." Kata Kaivar yang kemudian meneteskan air matanya. Samanta hanya bisa terdiam dan mencoba mengerti perasaan Kaivar, lalu ia pun membalikkan tubuhnya menghadap Kaivar. "Tak apa, ceritakanlah kalau itu bisa membuatmu lebih tenang." Kata Samanta menenangkan, Kaivar pun melepaskan pelukannya. Samanta tersenyum lembut ke arahnya dan mengusap air matanya. Kemudian mereka pun kembali duduk.

"Aku tak pernah diinginkan di orion. Mereka bilang hatiku terlalu baik, aku tak mempunyai nafsu membunuh. Bahkan kakekku Alga, dia tak pernah ingin aku hadir, aku bukanlah serigala sejati seperti Daniel dan lainnya. Entahlah Sam... mungkin mereka benar, aku terlalu baik sebagai orion." kata Kaivar "Kenapa menjadi baik justru membuatmu bersedih dan terluka? Kebaikan itu membawa kedamaian dan menciptakan kebahagiaan Kai." Kata Samanta.

"Tapi aku selalu mempunyai komitmen Sam, aku tidak akan pernah mengkhianati apa yang penting bagiku. Kalaupun nantinya aku harus bertarung dengan kalian, aku akan tetap membela keluargaku. Entah mereka salah atau jahatkah, tapi mereka adalah keluargaku." Kata Kaivar "Tak apa, aku bisa paham itu kok. Lagian aku juga tidak memintamu untuk menjadi sekutuku kan? Sekuat dan selemah apapun musuh yang nanti aku hadapi, aku tak akan pernah meremehkannya. Karena bagiku saat bertemu dengan mereka adalah takdir yang tak semua orang bisa mendapatkannya. Tapi kamu juga perlu tahu, terkadang dilupakan karena baik dari pada diingat karena jahat itu jauh lebih baik." Kata Samanta.

"Begitu juga saat aku bertemu denganmu, tak semua orang bisa merasakannya. Ajari aku menjadi orang yang baik Sam." Kata Kaivar yang mulai mendekatkan wajahnya ke arah Sam, Sam tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa diam melihat wajah Kaivar yang semakin dekat dan..."Sepertinya kau membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya." Kata Kaivar begitu dekat lalu tersenyum dan melesat pergi meninggalkan Sam.

Samanta hanya bisa menghela nafas lega tidak terjadi sesuatu yang sering ia tonton di sinetron-sinetron, namun ia pun tersenyum. Ia tak pernah merasakan perasaan bahagia seperti ini sebelumnya, ia pun berdiri dan melesat kembali ke pondok. "Nah itu dia anaknya! Dari mana aja lo?" tanya Revan "Dari tempat biasa, ada apa?" tanya Samanta yang terlihat bingung karena mereka semua sedang berkumpul.

"Kita tuh khawatir sama lo, takut terjadi apa-apa. Soalnya tadi ada Ara dan Tetra yang menyerang kami disini." Jelas Sherin "Tapi... lo tahu ngga ada yang khawatirnya bener-bener khawatir lohhh." Ledek Revan "Apaan sih? Gue ke kamar dulu yaaa bye!" kata Samanta yang pamit ke kamarnya, sedang Arjuna hanya bisa menghela nafas lega karena Sam kembali dengan selamat dan merasa bahwa Samanta yang dulu mulai menghilang. Malam harinya para bintang pun sedang asyik dengan kesibukan mereka masing-masing, sedangkan Engku hanya berjalan-jalan di sekitar pondok dan sesekali duduk di ruang depan pondok.

Arjuna yang melihat Engku sedang sendirian pun mencoba untuk menemani "Hai Ku! Sendirian aja, lagi apa nih?" tanya Arjuna "Ah kamu Jun, saya hanya sedang mempersiapkan pelatihan buat besok dan sambil merenung." Kata Engku "Aaaahh begitu yaa." Kata Arjuna yang kemudian memandang ke arah luar pondok, karena ruang depan pondok sendiri memang terbuka. "Sepertinya ada yang sedang jatuh cinta?" goda Engku "Aaaahh Engku ini pinter banget kalo nebak pikiran orang." Kata Arjuna.

"Kenapa? sepertinya kamu masih ragu?" tanya Engku "Mmmm, entahlah Ku. Aku hanya tak yakin sekarang Samanta menyukaiku, aku rasa ada cowok lain di dalam hatinya." Kata Arjuna.

"Lalu? Kamu menyerah begitu saja, membiarkan Samanta pergi? Bukankah dia yang membantumu lupa akan sakitmu?" tanya Engku "Ya, Engku benar. Tapi aku tak bisa memaksa Sam untuk menyukaiku lagi. Mungkin aku memang tak baik untuknya." Pesimis Arjuna "Hahah! Dari mana kamu tahu kalo kamu belum mencoba, sudahlah jangan terlalu dipikirkan. Biarkan saja mengalir, justru masalah hati bisa jadi masalah buat kalian nantinya." Kata Engku

"Baiklah Ku, aku mengerti." Jawab Arjuna, hari semakin larut, para bintang pun sudah mulai beristirahat mempersiapkan tenaganya untuk besok. Keesokan harinya para bintang pun telah bersiap-siap berlatih dengan pedangnya masing-masing. Belajar berkonsentrasi agar bisa bersahabat dengan roh pedang para hewan dan menguasai segala jenis serangan dengan ujung tombak formasi sekarang adalah Sam. Latihan yang keras mereka jalani dengan bimbingan dari Engku.

"Ayo!! Fokuskan kekuatan kalian pada satu titik! Jangan menyerah! Terus berusaha! Ayo ayo!!" teriak sang Engku dari ruang depan pondok. Aku tahu kalian mengawasi kami selama ini Orion, awasi saja sepuas kalian. Karena aku yakin para bintang akan menang melawan kejahatan demi sebuah perdamaian kata sang Engku dalam hatinya lalu tersenyum. Memang benar selama mereka latihan, mereka memang selalu diawasi oleh Kaivar dan teman-temannya. Di markas besar orion sendiri, Kaivar sedang berdiskusi penting dengan serigala lainnya "Jadi... mereka sudah mulai berlatih ya?" tanya Ara.

"Ya kelihatannya begitu, apakah kita akan diam saja?" tanya Victor "Latihan seperlunya, simpan tenaga kalian." Kata Kaivar "Haaaaa baiklah, Ara, Tetra, Victor ayo kita pergi." Ajak Daniel.

"Kemana?" tanya Tetra "Mencari mangsa untuk bahan percobaan latihan pertama." Kata Daniel sambil menyeringai licik kemudian mereka berempat pun melesat pergi, sedangkan Kaivar sendiri memilih tempat biasa untuk ia merenung, ia tak banyak melakukan apa-apa. Ia terlihat sangat santai menghadapi masalah ini.

"Apakah kali ini aku akan mengkhianatimu Alga? Apakah kali ini aku akan tetap berpihak kepadamu? Jika memang aku tidak diinginkan kenapa kau biarkan aku tetap hidup?" "Karena bukan Alga lah yang menciptakanmu dan mencabut nyawamu, kamu punya takdir sendiri." Kata Samanta yang telah duduk di samping Kaivar dan membuyarkan lamunannya. "Hai Sam! Sejak kapan kamu ada disini?" tanya Kaivar "Sejak tadi mungkin, ini adalah salah satu tempat favoritku. Jadi aku sering kesini." Kata Samanta "Sekarang juga jadi tempatku loh ya hehe." Balas Kaivar.

"Ahaha iya iya deh terserah, ini tempat kita bersama kan ya." Kata Samanta sambil tersenyum ke arah Kaivar. Kenapa? kenapa? kenapa hanya kamu yang mau menerimaku, membuat hariku lebih berwarna setiap harinya. Senyumanmu, mata indahmu, aku baru mampu melihat surga keindahan dari dirimu. Kau mampu membuatku tenang bahkan melebihi teman-temanku yang lain, kau mampu membuatku bahagia hanya dengan melihatmu tersenyum. Sungguh aku tidak bohong, aku benar jatuh cinta padamu Sam...

"Hei!! Kenapa? kok melamun sih?" tanya Samanta "Ah! Engga kok. Apa hari ini kamu tidak ada latihan?" tanya Kaivar "Mmmm, entahlah. Aku ingin mencoba hal baru." Kata Samanta "Hal baru apa?" tanya Kaivar "Bagaimana kalo aku mengajak musuhku berlatih bersama?" ajak Samanta sambil tersenyum "Apa kau gila? Are you kidding Sam? Kau baru saja mengajak harimau yang sedang tidur. Engga ah! Aku ngga mau!" Tolak Kaivar "Loh kenapa?" tanya Samanta "Aku hanya tak ingin menyakitimu." Kata Kaivar.

"Kau tak perlu menyakitiku, asal kau bisa menjaga kestabilan kekuatanmu dan mampu menjadi penyeimbangku. Aku tak akan apa-apa, percayalah." Kata Samanta tulus.

"Samanta...." kata Kaivar lirih "Ayo!" ajak Sam sambil menarik tangan Kaivar agar berdiri, "Whoa whoa whoa! Oke oke! Aku akan berlatih denganmu. Ready??? Hiyaaaa!!!!!" kata Kaivar yang kemudian menyerang Samanta, akhirnya mereka pun berlatih bersama. Di pondok sendiri Arjuna sedang kebingungan mencari Samanta "Hai guys! Ada yang lihat Sam?" tanya Arjuna.

"Terakhir gue lihat dia kayanya ke tempat biasa deh Jun." jawab Vera "Dia sedang berlatih di padang rumput di dalam hutan.." "Oke terima kasih Ku!!" jawab Arjuna yang langsung melesat pergi tanpa menunggu Engku selesai bicara "Hahhhh belum juga selesai ngomong." Keluh Engku namun Engku merasakan hal yang tidak baik akan diterima oleh Arjuna. "Kayanya dia mau nyatain perasaannya." Tebak Farel

"Maybe, dia semangat sekali kelihatannya." Sambung Revan.

Kali ini aku tak akan melepaskanmu Sam. Aku telah memilih orbit lain, orbit yang selalu membuatku ingin berlari bahagia di dalamnya. Ya aku akan mengubah takdir itu Sam. Kata Arjuna dalam hatinya ketika sedang melesat.

Namun ia berhenti tiba-tiba saat mendengar suara pertarungan. Ia pun bersembunyi di balik pohon dan mencoba melihat siapa yang sedang bertarung dan "Sam?" kata Arjuna tak percaya, ia pun kembali melihat siapa yang sedang Samanta hadapi "Astaga! Kai?" kata Arjuna kembali.

Ketika ia hendak menolong Sam, pertarungan pun berhenti dan mereka tertawa bahagia. "Ahaha!!! Hah hah hah hah... huhhhhh capek juga ya." Kata Kaivar "Kamu hebat ya Kai, gaya tarungmu bagus." Puji Samanta "Kamu juga kok Sam, makasih ya udah buat aku bahagia hari ini?" kata Kaivar "Iya sama-sama, yaudah aku balik dulu ya, udah sore soalnya." Kata Samanta yang beranjak pergi, namun Kaivar menarik tangan Samanta dan mendekap tubuhnya lalu 'Cup' Kaivar mencium bibir Samanta.

Samanta terdiam, tubuhnya terasa kaku. Namun ciuman Kaivar begitu lembut seolah-olah menyampaikan perasaan hangatnya kepada Sam, Sam pun mulai memejamkan matanya mencoba memahami perlakuan Kaivar. Kaivar pun melepaskan ciumannya.

Saat aku melihatmu semua terhenti, aku tak tahu sejak kapan aku mulai merasa seperti itu. Kau datang seperti mimpi di suatu hari nanti, gemetar hatiku. Aku merasakan takdirku. Aku mencintaimu, bisakah kau mendengar kata-kataku? Hanya dirimu. Menutup mataku, cinta datang pikiran kemana-mana. Kapan pun, dimana pun kamu berada. Mungkin aku mencintaimu? Bahkan jika kau mendorongku pergi, hatiku masih tahu tentangmu. Bahkan jika semuanya berubah, satu hal yang tak pernah berubah. Ingatkah kamu tentang lirik lagu yang pernah kamu tunjukan kepadaku. Kau adalah cintaku Sam....

itulah yang Arjuna katakan dalam hatinya saat melihat Sam berciuman dengan orang lain, tak terasa air mata pun menetes dari sudut matanya, ia pun memutuskan untuk pergi dari sana.

"Terkadang tak ada penjelasan pasti, mengapa hati yang paling suci bisa rasakan debar jantung terkuat, itulah saat kau bisa membangun jembatan cahaya, itulah yang mengubah salah menjadi benar, itulah saat kau tak mau menyerah. Itulah saat cinta mengubah malam menjadi siang, itulah saat kesepian pergi. Itulah mengapa kau harus kuat malam ini. Hanya cinta yang bisa membangun jembatan cahaya cinta untuk kita. Saat kakimu terbuat dari batu, dan kau yakin kau benar-benar sendiri. Lihatlah bintang-bintang namun jangan lihat gelapnya. Kau akan dapati hatimu bersinar seperti mentari. Jangan biarkan amarah menyesatkan kita, dan keinginan menjadi

benar datang dengan harga terlalu tinggi. Tarik nafas dalam-dalam tegarlah. Tapi jangan lupa tuk biarkan cinta merasuk kembali. Itu salah satu lagu kesukaanku." Kata Kaivar setelah mencium Samanta.

"Benarkah aku menyukai musuhku sekarang?" tanya Samanta "Entahlah, namun janganlah kamu menyukai seseorang secara berlebih karena jika kamu seperti itu kamu tak akan pernah mendapatkannya." Kata Kaivar, namun entah mengapa bayangan Arjuna muncul dalam pikiran Samanta "Mmmm aku rasa aku harus pergi sekarang. Terima kasih Kai untuk hari ini." Kata Samanta yang langsung melesat pergi meninggalkan Kaivar.

"Hahhhh padahal aku belum menyatakan perasaanku padanya." Kata Kaivar yang juga pergi meninggalkan tempat itu. Di pondok sendiri, para bintang sedang berlatih dengan serius. Namun Samanta tidak melihat adanya Arjuna "Ve! Lo lihat Juna?" tanya Samanta "Mmm tadi sih dia nyariin lo ke tempat lo biasa menyendiri, tapi dia belum balik tuh. Mungkin dia lagi latihan di tempat lain." Kata Vera "Dari mana aja lo Sam?" tanya Revan "Gue habis latihan Van, oh ya Engku mana?" tanya Samanta "Tuh! Di ruang depan biasa duduk sambil ngopi." Kata Revan sambil menunjuk ke arah ruang depan.

"Oke guys! Gue kesana dulu, yang semangat latihannya. fokus!" kata Samanta menyemangati "Oke bos!!" jawab ke empat bintang "Haaaa kamu ini. Ada apa denganmu Sam?" tanya Engku tiba-tiba "Apa maksud Engku?" tanya Samanta yang baru datang dan kemudian duduk "Kenapa kau biarkan Arjuna terluka lagi? Dia melihatmu berciuman dengan Kaivar. Nampaknya dia mencarimu karena dia ingin mungungkapkan perasaannya kepadamu." Kata Engku.

"Apa! Dia...? Entahlah Ku, aku tak bisa menjelaskan apa yang hatiku inginkan. Aku nyaman dengan Kaivar namun hatiku mencintai Arjuna, aku tidak tahu apa yang harus aku putuskan." Kata Samanta "Kalau seandainya di dalam pertarungan mereka berdua terluka parah, mana yang akan kau sembuhkan? Kalau Engku jadi kamu, Engku akan memilih apa yang selama ini Engku perjuangkan, karena Engku yakin waktu akan menuntun seseorang untuk memutuskan dan hati akan menuntun seseorang untuk memilih." Kata Engku

"Maksud Engku?" tanya Samanta "Maksud Engku, jangan memilih yang instan saat yang berproses sudah memutuskan untuk memilihmu. Kaivar dan Arjuna mereka sama-sama menyukaimu, namun apakah kamu yakin yang instan bisa jadi pilihan yang terbaik?" tanya Engku "Tidak. Dia hanya membuatku nyaman tapi aku tidak pernah tahu kedepannya." Jawab Samanta "Kamu tidak akan pernah tahu kalau kamu belum melewatinya, Engku hanya tak ingin masalah pribadi mengganggu kalian dalam pertarungan." Kata Engku.

"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang Ku?" tanya Samanta kembali "Lebih baik sekarang, kau cari Arjuna ingat don't always longing for all happened in conformity with your desire. What which annoy your heart, don't do it for the others." Kata Engku sambil tersenyum. Samanta hanya bisa membalasnya dengan memeluk sang Engku dan mengucapkan terima kasih lalu mencari Arjuna. Di tengah jalan Samanta merasakan aura Viona datang, ia pun langsung memetikkan jarinya dan menghentikan waktu sementara.

"Sam.." panggil Viona. "Vio ada apa kamu datang? Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan?" tanya Samanta "Iya. Tentang Arjuna." Jawab Viona. Samanta pun hanya bisa terdiam mendengar jawaban Viona "Sam sudah berapa lama aku pergi dari kalian, dan berapa lama juga kamu masih menanyakan diriku di dalam hati Juna? Dari awal kita terbentuk, aku tahu bahwa kamu menyukainya. Tapi tidak denganku. Berkali-kali Juna datang kepadaku menanyakan perasaanku, namun jawabannya selalu sama, aku tidak pernah menyukainya dan dia tahu itu. Sekarang setelah dia mengubah orbitnya menjadi kamu, kenapa kamu masih ragu? Sam jika yang kamu cari adalah kesempurnaan sebuah cinta, kamu tidak akan mendapatkannya. Tuhan menciptakan semua yang ada di dunia ini tidak sempurna, termasuk cinta. Aku tidak ingin perasaan-perasaan bodoh seperti ini menghancurkan kita. Jadilah Samanta yang dulu aku kenal, Samanta yang tidak mudah goyah, tidak perduli betapa kerasnya dunia menempanya. Jangan kecewakan hati seseorang yang sedang berjuang mati-matian untuk sembuh." Kata Viona yang tersenyum dan kemudian hilang.

Samanta hanya bisa diam kembali memetikkan jarinya dan meneteskan air mata, menyalahkan dirinya sendiri dengan apa yang telah terjadi sekarang. Samanta pun kembali melesat pergi dan berulang kali mengatakan maaf dalam hatinya.

Lama ia mencari akhirnya Sam pun menemukan Arjuna yang sedang berlatih sendiri di Hutan tidak jauh dari pondok. "Jun?" panggil Samanta, Juna pun menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah Samanta kemudian tersenyum. Samanta yang melihat senyuman itu justru merasa bersalah.

"Aku minta maaf atas apa yang kamu lihat tadi, itu semua terjadi begitu saja, aku sungguh tidak tahu apa yang sedang aku rasakan, aku...." "Tidak apa Sam. Aku tak akan memaksamu untuk memilih, karena aku yakin hati yang pergi akan tahu kemana dia harus kembali, lagi pula mencintai bukan harus memiliki kan? Jika sekarang memang Kaivar yang ada di hatimu, siapa yang harus aku salahkan?" Kata Arjuna. "Jun maaf aku telah menyakitimu." Sesal Samanta, Arjuna pun hanya bisa memeluk Samanta dan berkata

"Sam bisakah kau menjaga hatimu dari lelaki lain, rasanya aku tidak ikhlas melihat wanita yang aku cintai dicium oleh lelaki lain. Sam.... aku meminta Tuhanku untuk mengembalikanmu padaku, dan saat aku mempunyai hak untuk memintamu kembali, itu berarti aku mempunyai kewajiban untuk menjagamu." Kata Arjuna.

Samanta pun hanya bisa menangis dalam pelukan Arjuna dan membalas pelukan itu. Tanpa Samanta duga Arjuna pun mencium bibirnya lembut dan memberikan perasaan yang jauh lebih hangat dibandingkan dengan Kaivar.

"Ini untuk membersihkan noda yang sudah Kaivar buat di bibirmu." Kata Arjuna setelah melepas ciumannya dan tersenyum, Samanta pun membalas senyuman itu dan kembali memeluk Arjuna. Tak lama kemudian mereka pun kembali ke pondok untuk melanjutkan latihan mereka. Waktu pun terus berlalu para bintang pun semakin mahir menggunakan pedang mereka masing-masing dan sampai saat itulah Arjuna pun semakin mencintai Samanta, namun untuk kali ini Samanta pun sudah sangat jarang menemui Kaivar bahkan tak sempat memikirkannya, Samanta hanya ingin fokus terhadap para bintang.

Dan keesokan harinya Engku memutuskan untuk kembali ke desa karena tugas dia sudah selesai "Yaaa sudah waktunya saya harus kembali." Kata Engku "Terima kasih atas pelatihan yang telah Engku berikan." Kata Samanta "Ahaha! Itu tidaklah seberapa. Ingatlah kekompakan sangat diperlukan dalam perang ini, jangan sampai perasaan mempengaruhi kalian. Baiklah Engku pulang dulu." Pamit Engku "Eh! Ku tunggu! Apa tidak sebaiknya kami antar, jarak desanya kan jauh." Kata Vera.

"Ah tidak perlu, saya bisa pulang hanya dengan beberapa menit saja. Well... do you know? Akulah Igarus Silcarius.." kata Engku yang kemudian melesat pergi sambil memberikan senyumannya. "What!!! Dia... Igarus?!" kaget Revan "Jadi selama ini kita dilatih oleh orang hebat?" tanya Arjuna "Ya nampaknya memang seperti itu." Kata Samanta sambil tersenyum dan berkata lirih "Terima kasih guru.." kata Samanta.

Para Bintang pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing untuk meminta restu orang tua mereka dalam berperang. Orang tua mereka sendiri mengetahui siapa anak mereka jadi tak heran mereka tak melarang walau kadang perasaan khawatir akan takut kehilangan sering kali muncul dalam benak mereka. Setelah mereka meminta restu, mereka pun mengajak orang tua mereka ke suatu tempat dimana mereka bisa menunggu kedatangan para bintang.

"Baiklah Bu. Disini Ibu bisa menungguku, apapun yang terjadi nanti tetaplah tersenyum don't be afraid, dont worry I will always be fine, promise." Kata Sherin pada ibunya, Ibu Sherin hanya bisa memeluk anaknya erat. Orang tua yang lain pun sama seperti ibu Sherin mereka tak mau kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup mereka "Haaaa kau ini! Kenapa selalu membuat ibumu menangis ha!" bentak ayah Arjuna "Sudah yah tak apa, berjanjilah pulang dengan tubuhmu bukan hanya namamu nak." Kata ibu Arjuna "Promise." Kata Arjuna sambil tersenyum "Haaa sudah sana! Pergi jangan menambah air mata ibumu. Sudah sana!" usir ayah Arjuna.

Para bintang pun mulai membentuk formasi untuk melakukan meditasi jiwa bintang, namun saat Arjuna mulai melangkah pergi "Hei Jun!! Jangan lupa tepati janjimu." Kata Ayah Arjuna sambil tersenyum ke anaknya begitu juga dengan Kak Vita dan Ibunya. Arjuna pun mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Saat semua bintang telah berkumpul dan duduk membentuk formasi, mereka pun mulai berkonsentrasi melakukan meditasi jiwa bintang, sampai akhirnya...

"Now the star war is begin." Kata Samanta sambil menutup matanya dan diikuti oleh ke lima bintang lainnya. Meditasi jiwa bintang sendiri artinya, jiwa mereka tidak ikut berperang. Jiwa mereka tetap tinggal di tempat yang telah mereka tentukan sedangkan nyawa atau roh mereka berada di dalam pertarungan yang sebenarnya ataupun bisa dibilang jiwa lain mereka.

Namun apapun yang dirasakan jiwa lain mereka, juga akan dirasakan oleh jiwa asli mereka, apabila mereka terkena serangan, jiwa asli mereka pun akan merasakan sakit. Itulah mengapa para keluarga mereka masing-masing sangat ketakutan apabila sampai melihat reaksi jiwa asli para bintang nantinya. Apakah yang akan terjadi nanti? Mungkinkah perang bintang kali ini kebenaran akan menang? Dan adakah hal baru yang akan mereka dapatkan?

"Kau tak akan pernah tahu seberapa kerasnya ia menyebut nama mu dalam doa, kau tak akan pernah tahu seberapa banyak air mata yang ia keluarkan ketika melihatmu bersedih. Kau tahu kebahagiaan terbesarnya? Semata-mata hanya ingin melihatmu berhasil menggapai apa yang kau inginkan. Meskipun ia khawatir pada saat yang bersamaan dirinya bukan lagi sumber kekuatanmu ketika kau di atas nanti."

NS 180319