Eunhyuk baru sampai di rumah orang tua nya keesokan hari nya, katakanlah dia bisa menghilangkan kesuntukan nya dengan minun minum kemarin bersama Minho si detektif polisi dan Taemin anak buah Eunhyuk di sanggar tari.
Dengan tampang lelah pria tampan itu baru saja turun dari mobik Porsche nya lalu bersandar di tembok teras dan mengecek ponselnya. Seperti dugaan nya tak ada satupun pesan atau panggilan masuk dari Nari, padahal Eunhyuk menunggu gadis itu menagih janji nya menjemput ke rumah nya pagi ini.
Eunhyuk menghela nafas sedih, mungkin benar juga kata Minho jika kekasih nya punya pria lain, tapi siapa, Eunhyuk merasa jika hubungan nya dengan Nari baik baik saja selama ini, dia juga selalu memanjakan kekasihnya dan tak pernah menuntut banyak.
Sekarang dia juga makin tak rela pernikahan nya dengan Nari di undur makin lama, jika dia menolak, Eunhyuk takut kehilangan tunangan nya. Cinta nya makin besar saja sejak gadis itu kembali dari Hongkong dan bersikap memberi jarak dengan nya.
"Hyukie? Kamu baru pulang, darimana saja kau pergi sejak kemarin?" Lee Hana yang baru turun dari tangga mansion mewah itu menegur sang putra bungsu yang baru masuk di pintu depan. Tampang anak nya bahkan lusuh dan kucel dengan wajah mengantuk, dan hanya mengangguk seadanya.
"Kamu minum ya? Apa semalam kamu ke club malam? Astaga adeul eomma kan sudah melarang mu minum alkohol dan ke tempat itu!" Lee Hana mengomel panjang lebar ketika mencium bau alkohol di tubuh anaknya, namun Eunhyuk hanya acuh saja naik ke tangga atas.
"Hyukie!"
"Argh eomma, aku minum minum juga dengan Minho dan Taemin saja kok di club, bukan menginap di sana dengan perempuan"
"Tapi itu salah! Bagaimana kamu bisa jadi seorang suami yang baik untuk Nari, jika kamu masih suka mabuk hah?! Kamu harus ingat sebentar lagi kalian itu akan menikah, kamu akan jadi seorang suami, punya tanggung jawab besar menjaga dan mengayomi seorang wanita"
"Ckck~ iya, aku takkan menginap di club malam lagi, sudahlah aku ngantuk besok lagi saja ceramah nya"
Lee Hana hanya bisa menggeleng sedih, dia turun ke bawah dan menuju ruang makan, duduk di dekat suami nya yang masih sibuk dengan koran pagi nya.
"Kenapa wajahmu kesal begitu hm?"
"Yeobo....."
Lee Sanghun terkekeh, melipat koran nya lalu menyesap kopi yang baru di hidangkan ahjumma Jung dimeja makan.
"Baru ribut dengan Hyukie? Ahk sudahlah anak kita itu masih muda jangan terus melarang nya ini itu dan bawel padanya"
"Tapi anak kita itu kumat lagi bandelnya, dia mabuk dan semalaman menginap di club malam, aku takut dia seperti dulu lagi. Ahk kelakuan nya itu sampai membuat aku kesal" Lee Sanghun tersenyum dan menepuk bahu sang istri, dia memahami ketakutan istrinya jika sampai Eunhyuk berubah liar dan bandel lagi seperti dulu.
Mereka sudah bisa bersyukur dan lega sejak berpacaran dengan Nari selama hampir dua tahun ini Eunhyuk meninggalkan semua kesenangan di club malam, ataupun tidur dengan jalang. Karena itu Lee Hana cemas lagi begitu melihat anaknya pulang dengan kondisi mabuk.
"Tanyakan saja padanya kapan dia akan menikahi tunangan nya? Aku menunggu mereka siap dan kita tak usah menunda nya lagi"
"Baiklah, aku akan tanya Hyukie nanti. Ahk yeobo apa kau akan berangkat ke kantor sekarang?"
Lee Sanghun mengangguk, lalu mengambil jas hitam nya di kursi dan memakainya, istrinya mengikutinya keluar di teras depan rumah.
"Aku titip rumah dan anak anak ya"
"Baiklah...hati hati di jalan yeobo"
"Daeyoon! Kau jaga rumah saja, biar sopir Song saja yang mengantarku ke kantor"
"Baik tuan besar algeumsenida"
"Awasi juga Hyukie, jangan boleh dia ke Club malam lagi dan suruh dia diam di rumah saja hari ini"
"Baik tuan besar"
Lee Hana mengikuti suaminya hingga dekat mobil lamborghini hitam itu, lalu melambai dengan senyum ketika mobil mewah itu bergerak pergi dari halaman luas mansion.
*
*
*
"Kamu tak ke kantor hari ini?"
"Nggaki, aku mau tidur saja kepalaku masih pusing karena minum minum semalam"
"Ck tentu saja pusing, Tae bilang kau menghabiskan wine sebotol belum lagi brandy nya hah, jika dua cecunguk itu tak mengawasimu, bisa saja kau yang mabuk meniduri jalang juga di sana"
Eunhyuk terkekeh dan menggosok rambut hitam nya yang masih setengah basah, dia duduk di ranjang kamarnya yang berdominan warna hitam, putih dan abu abu, tak lupa dengan ornamen lukisan menara eiffel Paris di tembok nya, kota vavorit pria itu. dia mengobrol dengan Donghae lewat ponsel.
"Terima kasih sudah mengirim mereka berdua untuk menjagaku, aku titip kantor ya besok aku akan masuk kerja lagi kok"
"Wakil CEO macam apa yang hobi membolos hah?! Kamu itu suka merepotkan aku saja"
Setelah Donghae mulai mengomel Eunhyuk segera mematikan sambungan mereka, asisten bawelnya itu takkan berhenti nyerocos jika bibirnya belum lelah. Dengan nyaman pria itu berbaring di ranjang lalu sesekali memijit dahi nya karena pengar nya belum juga hilang.
"Pacar ku punya selingkuhan? Apa iya Nari selingkuh?" Eunhyuk menggeleng kesal, kenapa dia terus saja memikirkan dugaan Minho itu, sepertinya dia harus menyelidiki nya sendiri agar batin nya tenang.
"Hyukie ini eomma. Boleh eomma masuk?"
Lee Hana masuk ke kamar putra bungsu nya, membawakan sepiring sandwich keju, segelas susu hangat dan minuman untuk pengar.
"Iya eomma, ada apa?"
"Minumlah ini dulu agar alkohol nya bisa di netralisir. Eomma bawakan sarapan juga untukmu"
"Nde terima kasih eomma....aku memang lapar hehe" Eunhyuk segera menghabiskan susu hangat tadi dengan senang hati.
"Setelah sarapan tidurlah ya, eomma takut kau sakit wajahmu pucat begini"
"Hm~ aku baik baik saja kok, cuma sedikit pusing saja"
"Adeul~ jika kau ada masalah ceritalah pada eomma hm, jangan pergi minum alkohol nak. Kau itu masih punya eomma yang bisa menjadi tempatmu mengeluh sayang" Lee Hana mengusap bahu anaknya, dengan manja Eunhyuk berbaring dan memposisikan kepalanya di pangkuan ibu nya. Dengan lembut wanita tua itu mengusap juga rambut hitam Eunhyuk.
"Aku sedang bingung soal Nari"
"Nari? Memang nya ada apa adeul? kalian tidak sedang bertengkarkan? atau hubungan kalian ada masalah?"
"Tidak separah itu sih eomma, hubungan kami baik baik saja, hanya saja dia selalu menjaga jarak dengan ku akhir akhir ini"
"Menjaga jarak dengan mu?"
Lee Hana terlihat tengah berpikir keras, dia masih mendengarkan cerita putra kesayangan nya.
"Hm benar, dia juga minta pernikahan kami diundur sampai tiga bulan lagi"
"Sungguh?! Minta di undur juga?"
"Iya, aku sempat kesal eomma, alasan nya dia ingin fokus mengurus perusahaan nya yang sedang bermasalah, ahk aku memilih mengalah saja daripada ribut dengan nya lagi"
"Mungkin benar juga keputusan Nari itu, kamu harus maklum jika alasan nya begitu. Perusahaan nya memang banyak masalah akhir akhir ini, jika bukan LG CORP yang selalu menopang sejak kemarin, Park Company sudah gulung tikar"
"Sampai separah itu ya, apa aboeji yang cerita pada eomma?"
Lee Hana mengangguk pelan, dia mengusap bahu Eunhyuk yang baru berubah posisi duduk.
"Kamu harus percaya dengan kekasihmu adeul. Hubungan kalian kan sudah lama, cepat atau lambat kalian akan menikah. Jadi sabar saja ya"
"Iya eomma benar, aku akan mencoba sabar dan percaya dengan Nari"
*
*
Dua minggu kemudian.
Park company building
Meeting meraton hari ini sungguh melelahkan, sudah hampir satu bulan Nara terjebak di tempat ini, jika saja Nara tahu betapa lelah bekerja di kantor itu dengan pendidikan nya yang pas pas an begini, Nara lebih memilih bekerja menjadi penyanyi di restoran lagi di Hongkong saja, meskipun gaji nya kecil.
"Direktur, ada telepon dari perwakilan LG CORP. Apa anda ingin di sambungkan?"
"Iya terima kasih eonni, biar aku bicara langsung dengan mereka"
Han Sejung mengangguk lalu menyodorkan telepon werless yang dia bawa pada bos nya.
"Halo selamat siang....dengan direktur Park Nari. Maaf siapa di sana?"
"Hm apa kabar nona Park Nari? Apa tidak merindukan aku sampai berhari hari kamu tak menghubungi aku dan seakan menghindar hm"
"Siapa ini ya?"
Terdengar lawan bicara di seberang itu tertawa bingung, Nara mulai gugup karena pria itu langsung berbisik padanya dengan kalimat mesum yang membuat bulu kuduknya meremang.
"Katu bahkan lupa dengan suara ku hm, apa di sana ada orang lain, sampai kamu sok bicara formal begitu?"
Nara langsung terdiam, dia melirik sekertarisnya dan mengkode wanita itu agar keluar dari sini, lalu dengan kesal Nara menjawab jutek lawan bicara nya.
"Mau apa menelpon? Tak ada orang lain lagi di sini"
"Wah.....slow down baby, baguslah jika ada ktau saja, maaf aku hanya bercanda tadi. Kamu sudah di Seoul sejak lama, aku lihat adik iparku sibuk menemuimu, pasti kamu sudah kembali. Dugaan ku tepat ternyata"
"Saya memang sudah di Seoul dan tidak butuh bercanda dengan anda, tadi katanya ada telepon dari perwakilan LG CORP. Lalu ada urusan apa?"
"Nada bicaramu aneh? Baiklah aku langsung saja, aku tunggu kau di club nanti malam seperti biasanya sudah lama kita tak buat janji kencan kan. Ingat Jangan telat"
Nara menghela nafasnya, dia yakin pria yang tengah menelpon nya ini pasti dekat dengan Nari sampai berani merayu seperti tadi.
"Maaf saya tak bisa, jika itu soal urusan pribadi maaf saya tutup saja telepon nya, selamat siang"
Klik....
Nara duduk di kursinya dengan kepala pening, ini sudah ketiga kali nya dia menghadapi pria yang berbeda. Lee Hyukjae, lalu Choi Siwon dan sekarang pria siapa lagi ini. Apa Nari itu punya stok banyak pria untuk tidur, apa bedanya wanita itu dengan wanita jalang.
"Argh~ kepalaku bisa pecah, wanita itu benar benar menakutkan?"
Nara membaca sebuah pesan yang baru masuk di ponselnya dari Siwon dan isinya tentu saja ancaman, bercampur rayuan.
"Aku akan memberikan video seks kita pada Lee Hyukjae jika kau berani tak datang ke apartemen ku nanti malam, kau masih ingat alamatku kan?"
Nara meremas ponsel nya, jika saja dia bisa kabur dari sini dia takkan peduli dengan video laknat itu, tapi ibunya masih berada di tangan Nari, jika sampai dia mengacaukan semua nya ibu nya bisa celaka.
"Arhh aku harus kesana nanti malam" Nara mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan nya bermaksud untuk makan siang di kantin bawah, di depan lift dia berpapasan dengan Park Hyunsik dan manager Kim Seokjin.
"Wow direktur kita mau pergi kemana nih? Buru buru sekali" Manager tampan itu menyapa dengan sedikit tak sopan, tentu saja Nara kesal karena dia mencium gelagat tak baik dari dua pria itu.
"Maaf tuan tuan saya harus pergi duluan"
"Pacarmu itu tak kesini? Tumben sekali aku jarang melihatnya mondar mandir di sini sekarang, apa kamu mulai bosan dengan nya?"
"Manager Kim, urusan pribadi saya bukanlah hak anda untuk ikut berkomentar, jangan sok tau"
Park Hyunsik tersenyum walaupun Seokjin berdecak kesal dan melotot pada Nara yang segera masuk ke lift duluan.
"Cih gadis sombong! Tahu begitu malam itu aku sudah memperkosanya?"
"Hahaha sabar saja, keponakan ku itu meskipun cantik tapi sedikit liar. Kamu akan dapatkan dia sebentar lagi kok. Tinggal tunggu waktu nya haha" Seokjin tersenyum miring, dalam hati dia tak sabar lagi segera menguasai perusahaan ini, termasuk dengan pemiliknya sekalian.
*
*
Luxury apartemen Seoul.
Nara menekan bel pintu apartemen mewah itu, pada akhirnya disinilah dia berada, beruntung dia menemukan alamat apartemen Choi Siwon dari buku catatan milik Nari di laci meja kerja nya, dengan wajah kaget dia menatap pria tampan itu yang baru saja membukakan pintu.
"Ah kamu, ayo masuk kamu datang juga akhirnya. Aku senang kamu masih punya rasa takut? Haha~"
"Apa mau mu Siwon-ssi? Cepat katakan karena aku takkan lama di sini!"
Siwon mendekap lengan nya dan tersenyum, matanya mengerling pada Nara dan menunjuk sebuah lukisan besar yang membuat Nara hampir pingsan karena terpajang di dinding ruang tamu apartemen ini.
"Apa-apa an ini?!"
Nara melotot dan langsung menutup bibirnya shok, meskipun itu bukan gambar lukisan dirinya tapi dia jijik juga melihat betapa gila lukisan telanjang Park Nari itu. Dia seperti melihat diri sendiri di lukisan itu, sampai wajah Nara memerah malu.
"Tentu saja lukisan mu, apa kamu lupa hm. Aku melukismu setelah kita main semalaman di sini. Kau seksi dan menggairahkan di lukisan itu. Telanjang tanpa mengenakan apapun" Nara bergidik dan menggeleng resah dia juga mahir melukis tapi tak pernah membuat yang vulgar begini, lalu kenapa bisa ada lukisan sialan ini juga. Pantas saja Siwon mengatakan jika dia punya kartu struk dari Nari.
"Aku tak suka lukisan nya, jelek, menjijikkan dan aku malu" Siwon terkekeh, lalu mendekat pada gadis itu dan berbisik nakal.
"Kamu sekarang malu malu rupanya, wah aku suka gadis yang pemalu hehe~"
"Lepaskan saya~"
Pria itu terpaksa menjauh karena Nara menampik lengan kekarnya dengan kasar, dia makin gemas dan penasaran dengan sikap jual mahal gadis ini yang makin membuatnya tergila gila.
"Aigoo nona Park kenapa kamu makin menggemaskan saja sih, tak biasanya sih kamu suka pakai dress tertutup? Tapi kamu malah makin cantik dan anggun sekarang"
Nara memutar malas bola matanya, dia tahu dengan jelas Nari memang hobi memakai dres terbuka tanpa lengan memamerkan tubuh seksinya, karena isi lemarinya penuh dengan pakaian wanita yang mewah dan seksi, bahkan banyak koleksi lingerlie.
Nara duduk di sofa hitam di ruang tamu mewah itu, lalu mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya.
"Jangan sok basa basi, katakan saja apa maumu? Aku takkan lama lama di sini. Baca ini cepat"
"Tentu saja aku mau tubuhmu sayangku, hehe~ apa ini?"
"Tutup mulutmu Choi Siwon! Itu kertas perjanjian agar kamu tak mengganggu hidupku lagi!"
"Ah aku tak sudi membuat perjanjian. aku mau kita tak putus, itu saja kok. Aku membutuhkan mu dan aku siap memberikan apapun yang kau inginkan sayangku"
"Aku tak bisa, aku mencintai Eunhyuk oppa dan takkan main main dengan mu lagi. Kita sudahi saja semua. Tanda tangan cepat!"
"Kamu hamil? Apa dia sudah menghamilimu makanya kamu mau putus dariku?"
"Ti....tidak!"
"Lalu apa sebabnya?"
"Aku mencintai Lee Hyukjae! Sudah jelaskan kata kataku!?"
Nara menggeleng kaget, dia mundur berjengit saat Siwon tetap tak percaya, mendekat lalu menarik keras pinggang ramping nya.
"Mencintai Lee Hyukjae? Haha kamu yakin? Kamu sering memanggil dia si bodoh Lee Hyuk jae jika di depanku?"
"Ngh~ kamu mau apa?"
Siwon menyeringai, lalu menarik tengkuk gadis itu dan melumat bibir merah itu tiba tiba, Nara tentu saja kaget, dia berusaha berontak dan melepas ciuman paksa pria itu, namun tenaga nya kalah jauh. Dengan buas Siwon mencecap bibirnya, dan meremas kasar juga payudara Nara dari luar dres putihnya.
Gadis itu meronta ronta keras namun tetap saja dia tak bisa lepas dari kungkungan Siwon yang luar biasa kuat.
"Argh lepaskan!"
"Tidak akan! Layani aku sekarang, Kau itu hanya milikku Park Nari!!"
"Kyaa tidak mau....!!"
Nara terjatuh terlentang di sofa hitam dengan dres nya yang koyak dan sobek di bagian dada, payudaranya yang besar, padat dan penuh terlihat menyembul dibalik bra hitam yang dia pakai, gadis itu menangis dan memegangi ujung dresnya agar payudara nya bisa tertutup lagi.
"Jangan lakukan....hiks~ aku mohon Choi Siwon....."
Siwon terpaku, dia mengusap bibirnya karena tak menyangka gadis itu benar benar menangis di depan nya. Kenapa Park Nari bisa ketakutan padanya, aneh.
Biasanya wanita itu bahkan menyerangnya duluan, dan mereka langsung bermain seks tanpa foreplay sekalipun.
"Kamu?! Kamu sebenarnya siapa hah?"
Nara menggeleng panik, apa dia ketahuan sekarang. Kenapa pria itu bisa tahu dia bukan Park Nari. dengan kasar pria itu mendorong tubuh mungil Nara lagi hingga jatuh terlentang di sofa dan melepas paksa BRA hitam gadis itu. Siwon merasa harus membuktikan sesuatu, dia menyobek BRA hitam itu dengan kasar, hingga putus tali nya dan payudara gadis itu sebagian terbuka.
"Kamu...? Ka~ kamu bukan Park Nari?!"