Nari masuk ke restoran besar bernama Green restaurant yang Jungkook bilang jika akan ramai ketika malam makin larut, dan memang ternyata benar. Suasana di tempat ini makin semarak saja dengan banyak nya pengunjung yang ingin menikmati malam minggu nya.
"Ah sayang sekali pertunjukan dari penyanyi yang terkenal di sini sudah selesai, mereka menjulukinya bunga peony karena suara nya merdu dan dia cantik sekali"
"Kamu bilang fans nya dia banyak?"
"Iya aku dengar kabarnya begitu, maka nya aku jadi penasaran seperti apa wajah nya"
Jungkook bercelotoh, menyesap wine yang baru saja di hidangkan di meja nya dan melirik Nari.
"Aku rasa tak ada yang menarik di sini, di sini malah berisik. Ahk kepalaku jadi pusing"
"Jangan minum wine banyak jika kamu sakit, apa sekarang aku antar pulang ke hotel saja?"
"Hm baiklah, tapi aku ke toilet dulu sebentar ya" Jungkook mengiyakan saja, dia duduk sendirian menikmati musik yang di bawakan seorang pemain piano di restoran itu.
*
*
*
"Nara-ya apa kamu akan pulang sekarang?" Nara yang sudah mengganti bajunya dengan kemeja dan celana jeans setelah menyanyi tadi mengangguk, dia melirik jam tangan nya sudah jam dua belas malam lebih, ibunya pasti sudah sejak tadi menunggu nya.
"Iya....aku baru dapat gajiku minggu ini tadi, syukurlah besok aku bisa membawa eomma kontrol ke dokter dan sisanya bisa aku pakai mencicil kontrakan rumah kami"
"Baguslah, besok akan aku bawakan Dimsum untuk bibi Hyewo. Sekalian kita bisa ngobrol sambil nonton film"
"Oke.....makasih Sunhee, aku ke toilet dulu ya sebentar"
Nara segera beranjak membawa tas ranselnya, dia mengikat tinggi rambut indah hitam nya yang panjang sedikit berombak, lalu masuk ke dalam pintu toilet.
Gadis itu mencuci tangan di wastafel, juga membersihkan make up di wajahnya karena Nara tak terlalu suka memakai make up berlebihan, hanya karena alasan pekerjaan menyanyi inilah dia terpaksa memakai lipstik dan eyesadow tebal. Pekerjaan ini terpaksa dia lakoni karena himpitan ekonomi, hanya dia yang ibunya miliki di dunia ini, meskipun Park Hyewo hanya ibu angkat tapi Nara sangat mencintai wanita tua itu.
"Permisi, apa aku bisa minta sedikit tisu nya?" Nara menoleh dan menyodorkan tisu yang dia miliki, kedua wanita muda itu saling bertatapan dan terpaku, terlebih lagi Park Nari yang langsung menoleh pada cermin besar di depan nya menelisik wajah mereka.
"Ba....bagaimana mungkin wajahmu bisa~" Nara yang belum menyadari hanya terdiam tak mengerti dan gadis anggun itu berjalan mendekat pada nya.
"Kamu....dan aku? Kenapa wajah kita bisa mirip sekali?"
"Hah apa?" Nara yang memang cukup mengetahui bahasa Korea terkejut, dia ikut memperhatikan kedua wajah mereka dan menyadari juga jika wajahnya mirip wanita asing di dekatnya ini tidak mungkin, Kenapa ada orang yang wajahnya bisa semirip ini dengan nya.
"Siapa namamu?"
"Nama saya Nara, ngh saya bekerja di restoran ini nyonya"
"Nara, ah panggil aku Nari. yasudah ayo ikut aku sekarang!"
"Kya nyonya Nari, saya akan di bawa kemana?!" Dengan bahasa mandarin Nara berteriak menolak, dia meronta tapi Nari tetap memaksa nya dan menunjuk wajahnya. Gadis kaya itu memberi sejumlah uang pada pelayan untuk membelikan sesuatu dan mereka masih menunggu di koridor belakang restoran.
"Nyonya saya mau pulang! Tolong lepaskan saya!"
"Diam! Aku akan memberimu uang yang banyak! Kau mau uang banyak kan?"
Nara mengangguk reflek dia membiarkan wanita itu menarik nya lagi. "Bantu aku sebentar untuk membuktikan sesuatu!"
"Ahkk.....kenapa harus saya!?"
Nara terpaksa mengikuti wanita muda asing itu, dia protes saat Nari menerima sebuah wig dari pelayan tadi, dan dia pakaikan pada kepala nya.
"Nah sudah sempurna, astaga aku seperti sedang bercermin saja?"
Nara menggeleng bingung, dia meraba wig rambut hitam pendek sebahu nya, dan mengikuti Nari yang langsung menarik lengan nya.
"Lelaki itu, kamu dekati dia, duduk di depan nya dan bicaralah akrab dengan nya, ayo cepat!"
"Akh saya tak kenal dengan nya, kenapa harus mendekatinya dan duduk di sana?"
"Haissh aku bilang lakukan cepat, dasar Bawel! Nanti aku beri katu uang yang banyak. Mau tidak?" Nara terpaksa mengangguk lagi, dia butuh uang sebenarnya, tapi kenapa harus menuruti kemauan aneh wanita asing itu.
Nara mendekati meja yang di tempati Jeon Jungkook lalu duduk di depan pria itu yang menoleh padanya.
"Sudah selesai ke toiletnya? Kau lama sekali sih? Lho kok kau pakai ganti baju segala?" Nara meremas ujung kemeja nya hanya menggeleng bingung, dia tak kenal pria asing itu tapi kenapa bisa mengajak nya bicara akrab.
"Tidak apa apa kok"
"Nari-ah kamu kenapa? Kepalamu tambah sakit ya? Yasudah kita pulang saja ke hotel ya?" Nara menggeleng pelan dan masih menundukkan wajah karena bingung.
"Aku baik baik saja"
"Ish tapi sikapmu aneh, aku belikan tea hijau kesukaan mu ayo minumlah dulu agar pusing mu berkurang"
"Iya terima kasih"
Nara memegang ujung cangkir itu, dia tak menyukai sama sekali tea hijau, mencium bau nya saja dia mual. Minuman kesukaan nya itu vanilla latte bukan tea hijau.
"Hm bagus sekali! Aktingmu kaku tapi temanku ini juga terkecoh, dan bisa salah mengenali orang!"
"Astaga!!??"
Jungkook terhenyak dan langsung berdiri dari kursinya, dia menatap wanita yang bertepuk tangan itu, dan menatap juga wanita yang masih duduk di dekatnya. Bagaimana mungkin wajah kedua nya bisa semirip ini.
"Kamu Nari?"
Jungkook baru sadar jika baju yang di pakai wanita yang bertepuk tangan itu di pakai oleh Nari sejak tadi.
"Kalian?! Bagaimana mungkin?"
"Kamu juga tak bisa membedakan wajah kami kan?" Pria itu menunjuk Nara yang menunduk dan meremas kemeja nya.
"Namanya Park Nara, aku juga terkejut saat melihat wajahnya tadi. Bagaimana menurutmu?" Nari menarik wig yang di pakai Jinhye hingga lepas dan tertawa geli. Gadis itu rambutnya panjang hitam dan bergelombang indah, dia cantik sekali walaupun tak memakai make up.
"Ya tuhan kalian mirip sekali, wajahnya tak beda sama sekali dengan mu jika pakai wig tadi, aku yakin jika Eunhyuk hyung berdiri di depan nya, pasti akan mengira dia itu kamu"
"Hm mungkin saja? Aku bawa dia dulu, besok kita bertemu di hotel ya"
"Kamu mau kemana Nari-ah?"
Jungkook memanggil teman nya, namun sia sia saja karena Nari sudah melesat pergi menyeret Nara tadi.
"Nyonya saya mau di bawa kemana lagi!?"
"Hissh kau itu bawel sekali sih sejak tadi? Ini uang yang aku janjikan tadi, banyak kan? besok siang jam dua belas, kamu datanglah ke hotel. Ini Alamatnya"
Nari mengangsurkan setumpuk uang dolar Hongkong yang banyak pada Nara, dan menjetikkan jarinya senang.
"Lho untuk apalagi saya harus menemui nyonya?"
Nari memberikan alamat hotel Palace King, yang dia tempati selama di Hongkong ini pada Nara.
"Ada yang harus Kamu kerjakan besok! Ingat jangan sampai berani tak datang! Aku bisa menghancurkan pekerjaan mu di restoran ini jika Kamu berani mangkir!"
"Hah?! Ya tuhan nyonya kenapa anda malah mengancam saya?"
"Sana pergi, mobil jemputan ku sudah datang" Dengan angkuh wanita muda bermantel putih itu menaiki mobil MERCEDES hitam yang baru datang menjemputnya dan mobil itu langsung pergi.
"Siapa dia? Ya tuhan kenapa wajahnya bisa mirip denganku?" Nara meremas kemeja nya lagi dengan wajah bingung, ponsel di tasnya bergetar keras dan di segera menerima panggilan itu.
"Halo"
"Nay.... kamu dimana? Apa kerjamu sudah selesai?"
"Iya oppa, tapi aku masih di restoran. Kenapa oppa menelpon?"
"Aku akan menjemput mu dan sudah dekat, tunggu aku di depan restoran ya"
Sambungan langsung terputus begitu Nara mengiyakan. Telepon tadi dari kekasihnya bernama Kim Suho, yang sudah lama Nara kenal sejak dia masih kecil. Mereka berpacaran sejak Nara masih duduk di bangku SMU, dan gadis itu berharap Suho bisa segera melamarnya dalam waktu dekat.
"Oppa"
Motor yang di kendarai pria tampan berhenti di depan Nara dan dia langsung mengasurkan helm nya pada kekasihnya.
"Tumben oppa bisa menjemputku? Apa pekerjaan mu hari ini tak lembur?"
"Hari ini tidak. aku rindu sekali padamu, ayo naik aku antar kamu pulang sampai rumah" Suho menaiki motor itu, membawa kendaraan itu melewati jalanan kota Hongkong yang sudah sepi malam ini.
*
*
"Hai bro! Akhirnya Kakak datang....."
"Maaf aku telat. tadi aku mengantar pacarku pulang dulu"
Kyungsoo yang sudah datang duluan di kedai itu langsung melakukan high five dengan Suho, dia melirik beberapa perempuan yang duduk tak jauh dari mereka dan tengah mengedipkan matanya dengan genit pada Suho.
"Hei....jangan ganjen, ingat masih ada pacarmu" Suho tertawa dan menyesap minuman birnya, dia meletakkan sebuah kartu nama di meja mereka.
"Apa ini kak?"
"Aku akan berangkat ke Seoul besok pagi, aku akan bekerja seperti impian ku jadi model dan menikah dengan pemilik perusahaan ini. Itu nama perusahaan dan alamatnya"
"Apa? Perusahaan agensi itu HEWON entertainment, astaga Yak apa kamu akan meninggalkan Nara di sini?"
"Mau bagaimana lagi, aku butuh uang Kyungsoo-a dan bisa jadi model seperti cita-cita ku, apalagi wanita itu bisa memenuhi kebutuhan ku, jadi aku terpaksa pergi"
"Kamu akan meninggalkan pacarmu begitu saja? Kenapa kamu tega kak?"
"Hm, semoga saja dia bisa mengerti alasan ku, jika nanti aku sudah punya banyak uang aku akan mencari Nara lagi"
"Apa kamu tak mencintainya?" Suho tertegun dan langsung terdiam, bicara soal cinta dia tak ingin menampik jika dia mencintai Nara, tapi dia tak bisa hidup miskin terus di Hongkong dan tak merubah nasibnya, meskipun dia dan Nara sudah berteman sejak kecil saat di panti asuhan dulu, dan mereka berpacaran sudah hampir empat tahun namun Suho tak mau nasibnya terus miskin seperti ini.
"Aku titip Nara, selama aku tak di sini tolong kamu jaga dia"
"Nara pasti kecewa jika tahu kamu pergi begitu saja kak"
"Hm~ mungkin, aku harap takdir membawaku lagi pada nya. Aku mencintainya tapi aku juga harus merubah nasibku"
*
*
*
Esok nya.
"Argh nyonya saya mau di bawa kemana?!"
Nari mendesis kesal ketika menarik lengan Nara dari restaurant GREEN siang ini.
"Kaut berani tak datang ke hotel ya? Kamu juga berani menyepelekan aku!!??"
"Nyonya, tolong jangan paksa saya. Di sini saya sedang bekerja"
"Ikut aku! Persetan dengan pekerjaan mu di sini!" Nara terpaksa mengikuti wanita muda kaya itu, masuk ke mobil mewah di depan restoran dan entah akan di bawa kemana.
Sampai di sebuah tempat yang asing Nari membawa paksa Nara masuk ke ruangan berisi kaca dan banyak peralatan make up. Seperti sebuah salon.
"Kamu cepat dandani dia yang cantik, jangan lupa pakaikan wig nya" Seorang stylis yang di sewa Nari mengangguk patuh, langsung membawa Nara ke depan meja rias dan meremake wajah gadis itu.
"Pakailah baju ini, dan jangan pakai lama" Nari mengangsurkan setelan pakaian kantoran pada Nara, dengan terpaksa gadis itu mengangguk dan masuk ke dalam ruang ganti.
"Waah aku tak menyangka, hm kamu bisa persis seperti aku jika memakai baju ini" Itu adalah setelan pakaian kerja yang biasa Nari pakai, bahkan ukuran tubuhnya dan Nara sama persis.
"Nyonya saya harus melakukan apa? Ahk saya mau kembali bekerja ke restoran"
"Ikut aku dan jangan bawel lagi, setelah urusan ini beres baru aku akan melepaskan mu" Nara terpaksa mengangguk, dia mengikuti gadis muda itu masuk ke dalam mobil mewah tadi.
"Ni hao ma nona Park Nari?"
"Ni hao...."
Nara ikut menjawab salam tiga orang pria dengan setelan jas resmi di depan nya, dia duduk dengan gugup dan meremas ujung baju dres nya, karena saat ini dia menyamar menjadi Nari dan melakukan meeting dengan orang orang asing.
"Ini perjanjian yang anda minta kemarin, tinggal tanda tangan saja dan di beri cap"
"Baiklah" Nara mengangguk, lalu menggoreskan tanda tangan nya dan cap namanya, dia menoleh ke meja di sudut restoran itu pada Nari yang duduk di sana, dan sedang tersenyum puas.
"Baguslah, kerjasama kita terlaksana mulai sekarang. Semoga bisa berjalan lancar"
"Xie xie tai cha tuan"
Kedua orang itu saling membungkuk, dan Nara juga menjabat tangan tiga pria tadi dan bicara dialek mandarin, mereka pasti adalah pengusaha dari perusahaan besar di Hongkong ini.
"Bagus! Wah kau cukup bisa di andalkan memerankan aku rupanya?"
"Nyonya apa mau mu sih? Kenapa menyuruhku meeting dengan mereka?" Nari duduk di depan gadis itu lalu menyeringai senang. Setelah meeting dengan relasi nya kini dua gadis itu duduk di ruang VIP.
"Tak ada yang mengenali siapa kamu, dari Jungkook teman ku sampai relasi bisnis perusahaan ku. Wah aku tak menyangka hahaha"
Nara hanya diam, dia masih bingung kenapa wanita muda yang mirip dengan nya ini bisa menyuruhnya begini, dan harus patuh.
"Apa pendidikan terakhir mu? Apa kamu pernah kuliah?"
"Tidak. Saya tidak pernah kuliah sama sekali" Nara menggeleng singkat, dia orang miskin mana mungkin bisa berkuliah. Bisa lulus SMU saja sudah bagus, hidupnya saat ini hanya untuk bekerja, memenuhi kebutuhan nya dan berobat ibu nya yang sakit sakitan.
"Hm jadi kamu hanya lulusan SMU? ahk aku harap kamu tidak merepotkan, hm begini....aku ada pekerjaan besar untukmu"
"Pekerjaan besar apa?" Gadis muda itu mengggeleng heran dan meremas ujung rok nya.
"Iya pekerjaan yang bayaran nya sangat besar, hm kamu bisa merubah nasib dan jadi kaya jika mau melakukan nya untukku"
"A...APA?"
"Pekerjaan nya sangat mudah, hanya menggantikan posisi aku di Seoul selama tiga bulan saja, dan setelah aku ingin kembali ke sana, kamu bisa pergi dan mendapatkan bayaran mu seratus juta won. Mudah kan? Kamu hanya tinggal menyamar menjadi aku tanpa ketahuan, dan setelah tiga bulan aku akan kembali tugasmu selesai"
"Apa katamu? Seratus juta won??"
Nari mengibaskan tangan nya kesal, ketika Nara langsung berdiri menolak dengan tegas.
"Nyonya apa anda sudah tak waras? Bagaimana mungkin saya harus menggantikan posisi anda?!"
"Diamlah! Ini pekerjaan yang mudah! Kau hanya tinggal menyamar menjadi aku saja, coba lihat tadi relasi bisnisku juga mengira kamu itu aku kan?"
"Ahk tidak.....saya tak mau melakukan itu berapapun bayaran nya....biarkan saya pergi!"
"Enak saja, jika kamu berani menolak jangan harap kau bisa bekerja lagi di restoran itu!"
"Nyonya!"
"Coba saja, aku akan memaksamu jika kau berani menolak permintaanku!"
Ancaman itu membuat nyali Nara jadi menciut, dia tak menyangka kenapa bisa sesial ini bertemu wanita itu.
"Saya permisi!"
Grep....
"Jika kamu berani pergi dari sini kembalikan dulu uang yang ku berikan kemarin dan semua biaya di salon hari ini"
"A....APA?"