Terkapar berlumur darah.
Saat ini Cira menginjak Leher tonggu dengan sangat keras.
"Katakan padaku!
Siapa yang menyuruhmu?".
Cira pun menusuk perut tonggu dengan pedangnya.
"Baiklah. Jika kau tak mau menjawabnya!".
Saat Cira kan menusukan pedangnya ke leher Tonggu, tiba-tiba ia terkena sebuah tendangan dari Can.
Cira pun terpelanting jauh.
"Can!".-Gumam Tonggu
Can pun bertekuk kemudian memegang Wajah Tonggu seraya membaca sebuah Mantra.
Seketika luka di sekujur tubuh Tonggu tertutup.
"Sekarang. Pergilah menjauh!".-Titah Can.
Can pun menatap Cira kemudian melangkah seraya menghunuskan pedang.
"Cira!"
Saat di tengah Langkah, Tiba-tiba ia terkejut melihat Wajah Sabo.
"Ternyata kau disini juga ya!".
Can pun mendongkak kearah Sabo. Saat kan mendekati Sabo tiba-tiba Cira menghalanginya dengan sebuah pukulan tepat mengenai wajahnya, sehingga membuat Can terpelanting jauh.
"Apa paman Baik-baik saja?".
"Ya!".
Bangkit Seraya mengusap Darah yang mengalir Dari mulutnya.
"Sialan!".
Can pun terkejut melihat Garis Tanda kutukan menyelimuti sebagian tubuh Cira.
"Kekuatan Kutukan ya?
Hmmm, Ternyata kau sudah bisa membangkitkannya ya!".
Can pun memutuskan menggunakan Kekuatanya.
Jubah pada penutup kepalanya pun terbuka, Seketika Tanda di kirinya mengelurkan Cahaya berwarna Biru, kemudian menyebar menutupi sebagian wajahnya.
Mereka pun terkejut serentak milihat Can yang juga memggunakan tanda kutukan.
"Hah, Kekuatan Kutukan?
Siapa sebenarnya dia?".-Ucap Jen.
"Can? ".-Ucap Sabo yang sedang terkejut.
***
Berdiri terengah-engah seraya menatap tajam.
"Sial!
Mereka benar-benar Kuat!".
Regita pun kembali berdiri di sisi Ribusah.
"Apakah kau baik-baik saja?".
"Ya!
Berhati-hatilah!
Sepertinya mereka memiliki Sel penyembuh sama seperti Bobo!".-Terang Regita.
"Baiklah. Kita pancing mereka ke tempat yang lebih terbuka supaya kita lebih leluasa menyerang.
Ikuti aku!".-Tandas Ribusah Seraya berlari.
"Jangan biarkan mereka kabur!".-Ucap tandas Pemimpin kelompok itu.
---
"Paman. Mereka Kabur!".-Ucap Zero.
"Baiklah. Kita kejar mereka!".
---
Tertegun, berdiri seraya menyaksikan pertarungan.
"Mereka benar-benar cepat".-Ucap Jen.
"Untung saja Can cepat datang!".
Batin Tonggu seraya berdiri.
"Dengan luka yang cukup parah itu. lelaki itu masih bisa berdiri?".
Sabo pun menghunuskan pedangnya dan berlari kearah Tonggu. Saat mendekati nya seketika Ia terkejut melihat Tubuh tubuh Tonggu tanpa ada luka sedikitpun.
"Siapa sebenarnya dia?".
"Siapa kau sebenarnya?".
"Hah? Apakah identitasku penting bagimu?".-Sahutnya seraya berlari kearah Sabo dengan sebuah Sabetan pedang.
---
Regita dan Ribusah pun berhasil keluar dari hutan itu dan tiba di suatu tempat sangat terbuka.
"Di tempat ini lebih leluasa untuk kita bertarung!".-Ucap Ribusah.
Langkah mereka terhenti, berdiri siaga seraya menunggu.
"Tanda kutukan VULA Yaa?".
Regita pun menatap tanda kutukan yang berada di lengan kiri Ribusah seraya mengingat pesan Pawata padanya sebelum mereka berangkat.
*** -Ingatan Regita-
"Regita kemarilah!".
"Ada apa?".-Sahut Regita.
Pawata pun mengeluarkan sebuah Suntik dari Saku nya kemudian berkata.
"Suntikan sel pengendali ini pada Ribusah!".
"Bukankah Sel pengendali nya sudah kita suntikan Saat mereka kita tanamkan kekuatan kutukan itu?".
"Ya. Benar!
Namun aku melihat ada sebuah tanda kutukan baru di lengan kirinya.
Sepertinya itu adalah tanda kutukan VULA!".
"Tanda kutukan VULA?".-Sahut Regita seraya mengernyitkan Dahinya.
"Ya. Tanda kutukan VULA ada sebuah kekuatan yang sangat Besar.
Kekuatan itu melampaui Dua belas kekuatan yang di miliki Raja Belantara.
Tanda itu sangatlah berbahaya!
Jika tak dapat mengendalikannya, maka penggunanya akan menjadi jahat!
Tanda itu berasal dari Dewi Bulan Penguasa Kegelapan.
Yang ku tahu, Dahulu tanda itu hanya di miliki TADULAKO".
Pawata pun menyodorkan sebuah Suntik kepada Regita.
"Ini peganglah!
Sesungguhnya aku tak yakin ini akan berhasil.
Namun cobalah!".
"Baik!".
---
"Ribusah!".
"Hmm. Ada apa?".
"Peganglah ini!
Segera, Suntikan pada tubuhmu!".
Regita pun menyodorkan Sebuah suntik pada Ribusah.
"Apa ini?".
"Aku tak punya waktu untuk menjelaskannya.
Sekarang lakukanlah!
Suntikan pada lengan Kirimu!".
"Baiklah!".
"Yang barusan kau suntikan ke tubuhmu itu adalah sebuah Sel Pengendali milik Ayahmu yang telah kami kembangkan!".
"Hah? Sel pengendali milik ayah?".
"Ya. Sel itu berfungsi untuk mengendalikan kekuatan kutukan yang kau miliki!".
"Hmm. Ternyata kau juga mengetahuinya!"
"Ya. Aku dan Pawata lah yang menanamkan kutukan itu padamu!".
Seketika tanda kutukan di lengan kiri Ribusah menyebar dengan cepat.
"Apakah Sel nya berfungsi?".-Ucap Regita seraya menatap Ribusah.
"Hey bocah!
Apa yang sudah kau lakukan padaku?".
Tutupnya dengan berteriak.
"Tidak!".
Seketika tanda itu kembali dengan sangat Cepat seperti semula.
Ribusah pun Jatuh bertekuk.
Seketika nafasnya terengah-engah.
"Ribusah. Apakah kau baik-baik saja?".
"Ya!".
"Apakah Berhasil?".-Terka Regita dalam hati.
Regita pun lanjut berkata.
"Apa kau baik-baik saja?".
"Ya!".-Sahut Ribusah kemudian berdiri.
Regita pun terkejut dengan kehadiran Para kelompok itu.
"Mereka datang. bersiaplah!".
***
Setelah tangis menangkis serangan, pukulan Cira pun berhasil mengenai Wajah Can membuatnya kembali terpelanting.
"Sial!".
Can pun bangkit seraya berkata.
"Baiklah!".
Karena kebencianya, Tanda kutukan Miliknya Berevolusi ke Fase Kedua, Membuat tanda yang telah menyelimuti tubuhnya bertambah dan menyebar.
sekeketika Luka-luka pada tubuhnya tertutup dengan begitu cepat tertutup.
Kemudian mendongkak dengan sangat cepat kearah Cira.
Cira tak berhasil mencegahnya, Meski ia telah mengeluarkan kekuatan Khas Dari tanda Kutukannya, Can berhasil menangkap leher kemudian membanting-bantingnya ke tanah.
"Cira!".
Teriak Jen dangan lantang.
Cira pun berusaha melepaskan genggaman Can.
"Lepaskan Aku!".
Cekikan itu membuatnya melemah.
"Hmm. Inilah akibatnya jika kau berani melawanku!".
Melihat Cira yang sudah terlihat kesakitan, Jen pun memutuskan menolongnya.
Berlari seraya menggenggam pedang.
Rupanya Can telah menyadari niatnya, Ia pun menoleh kearah Jen dan menangkis tebasan pedang itu dengan tangan Kirinya.
"Hmmm. Bocah!
Apa kah kau berniat ingin melawanku?".
Seketika Can melempar Cira kemudian meju dengan cepat meninju wajah Jen.
Jen pun terpelanting Jauh akibat pukulan itu.
***
Mereka kembali menyerang Ribusah dan Regita dengan melakukan Serangan Pedang secara bersamaan.
"Ahhh".-Jerit Regita.
Salah satu serangan mereka berhasil Mengenai Perut Regita.
"Regita!".
Ribusah pun melompat kearah Regita kemudian menendang Lelaki itu dari arah belakang.
"Apa kah kau baik-baik saja?".
Ribusah mengangkat Regita yang tengah Bertekuk lurut itu. Saat Mereka berdiri, tiba-tiba dari arah belakang Salah seorang dari Kelompok itu berlari dengan Cepat kemudian menebasakan pedangnya Kepada Ribusah.
"Apa yang terjadi?".
Lelaki itu pun terkejut melihat Pedangnya terpental saat mengenai leher Ribusah.
"Akan ku bunuh kau!".-Ucap Tanda Ribusah.
Tanda kutukan itu telah menyebar menyelimuti sebagian tubuhnya. Seketika Ribusah menoleh dengan sebuah pukulan kearah wajah lelaki itu membuatnya terpelanting Jauh.
Tak berhanti, Ribusah berlari kearah lima orang yang tersisa kemudian memukulnya Satu persatu.
Mereka pun bangkit bersamaan.
"Sial. Ia benar-benar kuat!
Siapa sebenarnya Dia?".
"Gerakannya begitu Cepat!
Kekuatan apa yang di miliki Bocah itu?".
"Jika terus terus melawanya kami akan kalah!".
"Ayo. Mundur!".-Titah pemimpinnya seraya Pergi.
Berlumur darah, duduk seraya merintih.
"Lepasakanlah Tanganmu, biar Ku obati Lukamu!".-Ucap Ribusah yang bertekuk tepat di hadapan Regita.
Ribusah pun meletakan tangan kirinya pada Luka sabetan yang ada di perut Regita. Perlahan Tanda kutukan di lengan kirinya menyebar kemudian menutupi Luka itu.
Regita pun Takjub melihatanya kemudian membatin.
"Sel Penyembuhannya benar-benar Cepat!
Apakah itu adalah keistimewaan dari tanda kutukan Kekuatan Vula?".
"Hmm. Apa yang kau rasakan?
Apakah lukanya masih sakit?".
"Tidak!
Sepertinya sudah sembuh!
Oh iya, Terima kasih!".
"Hmm!".
"Baiklah. Ayo kita pergi!".-Ucap Ribusah seraya mengulurkan tangan kanannya pada Regita.
Saat Regita berdiri, Tiba-tiba Janggo dan beberapa anak buahnya hadir.
Ribusah pun menoleh seraya berkata. "Sial!".
Seketika mereka terkejut mendegar suara pertarungan yang berada tapat di sisi kanan mereka.
Menoleh serentak.
Janggo pun tertegun seraya berkata.
"Sabo!".
"Cepat Regita!".
Ribusah pun memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur dari mereka.
"Sial. Mereka berhasil kabur!".
Dengan penuh kekuatan Sabo menebaskan pedangnya kearah Tonggu saraya berteriak.
"Yaaa!".
Tonggu berhasil menghindarinya, Kemudian memanfaatkan kesempatan itu menendang Perut Sabo sehingga Sabo terpelanting jauh.
"Hmm. Rasakan!".
Saat tonggu menoleh Ia tersenyum melihat Janggo dan beberapa anak buahnya berlari menolong Sabo.
"Hmmm. Bala bantuan ya?".