Can pun terpelanting terkena pukulan dari Cira.
"Sial!
Akan ku bunuh kau!".
Can pun bertekuk kemudian berteriak.
"Apa yang terjadi dengannya?".
seketika Tonggu melangkah mendekatinya. Ditengah langkahnya, Can menoleh kearahnya dan mentapnya dengan sangat tajam.
Saat jarak tonggu benar-benar dekat dengannya tiba-tiba Can mengakat tangan kirinya dan mengelurkan kekuatan. Seketika Tonggu terhempas terkena kekuatan yang besar itu.
"Kekuatan apa itu?".
Ucap mereka serentak yang sedang terpukau itu.
---
Di tempat yang berbeda, Ribusah dan Regita berdiri di balik pepohonan seraya mengamati pertarungan mereka.
"Kekuatan yang benar-benar mengerikan!".-Tegas Regita dalam hatinya
"Kekuatan lelaki itu sedang berevolusi!
Lihatlah!
Dalam tingkatan itu lelaki itu tak dapat sepenuhnya mengendalikan Kekuatan kutukan mikiknya!".
"Hmm. Seperti itu ya?
Apakah Sel serupa yang ku suntikan pada tubuhku bisa membantuku?".
"Ya. Namun Sel itu bekerja hanya pada Fase kedua.
Sama seperti Wanita itu, kekuatan kutukan Kalian masih berada pada Fase pertama"-Terang Regita.
---
Berdiri seraya menatap Dingin.
Saat ini tampak jelas perubahan pada Can. Selain bentuk Garisan pada tubuhnya, mata kirinya pun berubah menjadi warna Merah Muda.
Melesit laju, Can menangkap leher Cira dan kembali menyeretnya.
Cira pun berusaha melepaskan tangan Can dengan memukul wajahnya berkali-kali.
"Apa kau pikir kau bisa mengalahkannku?".
Saat gerak mereka terhenti, Can mengangkatnya dengan sebelah tangannya kemudian memukul Wajah Cira dengan penuh kekuatan sehingga membuat Cira kembali terpelanting.
"Cira!".-Ucap mereka serentak seraya berlari kearah Cira.
Di tengah langkah, Can mencekal mereka dengan mengangkat kedua Telapak tangannya dan melepaskan kekuatan Khas Dari Tanda Kutukannya. (Sepuluh Tanduk berwarna Putih berukuran pendek yang sangat Tajam)
"Matilah!".
---
"Tetaplah disini!".
"Kau mau apa Ribusah?
Sial!".
Regita pun tak dapat mencekal langkah Ribusah yang berlari mencoba menepis serangan Can itu dengan kekuatannya.
Can pun terkejut melihat kekuatanya terhalangi oleh kekuatan lain.
"Hah?".
"Siapa dia?".-Ucap Can seraya menoleh kearah Ribusah.
Begitu pun dengan Ranggo ia benar-benar takjub melihat kekuatan Ribusah.
"Hah?
Tanda Kutukan Kaloa?".
Tertegun, berdiri seraya menatap Ribusah.
"Dia kan Orang yang bertarung melawan kelompok yang berjubah Biru tadi!
Siapa sebenarnya dia?".-Batin Ranggo.
-
Bertekuk lutut, Sambil memuntahkan darah.
Terlihat wajah Cira yang babak belur sedang merintih.
"Sial!".
Karena lelah dan luka di tubuhya cukup parah Cira pun jatuh terkapar dan taksadarkan diri.
"Cira!".-Ucap Sabo seraya membawanya pergi.
--
Sepertinya Kekuatan lelaki itu sebanding dengan Can!
Siapa sia sebenarnya?".-Ucap Tonggu seraya menyaksikan pertarungan.
---
Berdiri menatap tajam dari dua arah.
"Hmm. Kutukan Kaloa ya!".
Can pun bergerak dengan begitu cepat kemudian melayangkan Pukulan ke wajah Ribusah sehingga membuat Ribusah terpelanting.
"Kekuatannya sungguh besar!".
Saat Ribusah berdiri, Can kembali berlari kearahnya dengan begitu cepat kemudiam melayangkan Tinju dengan menggunakan tangan kirinya, Sehingga Ribusah terpelanting sangat jauh.
"Sial!
Gerakanya benar-benar melebiku!".
Ribusah pun bangkit dan mencari keberadaan Can.
Tak terduga. Tiba-tiba Can muncul di hadapannya dan kembali menendang perut Ribusah. Dalam kondisi terpental Can melaju dan kembali memukul Wajah Ribusah dari Sisi Atas.
Ribusah pun jatuh dan membentur tanah.
Tak Memberi Kesempatan pada Ribusah, Can kembali melesit ketanah untuk menginjak perut Ribusah.
Dengan cepat Ribusah menghindarinya dengan menyerongkan tubuhnya kemudian menendang Can tepat mengenai perutnya.
Ribusah pun bangkit kemudian memuntahkan Darah.
Begitu pun Dengan Can.
Ia Kembali bangkit dengan penuh Amarah.
"Sial!".
Berdiri dengan sisa tenaga, Can menatap darah yang baru saja ia muntahkan.
"Sepertinya kondisi tubuhku mulai melemah.
Hmm baiklah!".
---
"Cira bangunlah!".
Bertekuk seraya mengamati pertarungan.
"Ternyata dia masih bisa bangkit!".-Ucap Zero menatap Tonggu.
Zero pun bangkit kemudian menghunuskan pedangnya.
"Jangan pergi!
Mereka bukan lawan kalian!".
---
Melihat Kondisi Cira semakin melemah, Regita pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari persembunyianya.
Mereka pun terkejut dengan kehadiran Regita.
Ranggo Jen dan Zero tiba-tiba bangkit seraya menghunuskan pedangnya, untuk menghalangi langkah Regita.
"Siapa kau?".
"Tananglah! Aku bukan Musuh kalian!".
Kemudian Regita membuka jubah pada penutup kepalanya, untuk menunjukan identitasnya.
Melihat Simbol yang ada di dahi sisi kiri Regita, Ranggo pun terkejut.
"Apa kau anak buah Pawata?".
"Ya!
"Sepertinya wanita ini sedang Sekarat!
Bolehkah aku menolongnya?".
"Ya!".
***
Terengah-engah. Berdiri dari dua arah seraya menatap tajam.
"Pertahanannya benar-benar kuat!
Baiklah. Akan ku lakukan!".Ucap Ribusah.
"Sial. Aku tak menyangka Bocah ini dapat mengimbangi kekuatanku!
Baiklah!".
Can pun Menghunuskan Pendangnya.
Tanda kutukannya kemudian menyebar sampai ke ujung pedangnya.
Pedang di genggam, Can melesit laju kearah Ribusah. Saat ia mengayunkan pedangnya tiba-tiba ia terkejut melihat Tanda VULA di lengan kiri Ribusah menyebar.
Seketika Can terdiam, kemudian jatuh Bertekuk lutut seraya menahan luka Sabetan mengenai Perut sisi kirinya.
"Ahhh!"-Jerit Can.
Seketika Tanda lukutukannya menyusut seperti semula.
"Kenapa aku bisa terluka terkena Pedangnya!".
Dengan Sisa tenaga Can Menoleh kearah Ribusah.
"Hah? Guma Tadulako?
Siapa sebenarnya dia?".
Cahaya kemerahan pada Gumanya pun menghilang. Begitu pun Dengan kedua Tanda kutukan di tubuh Ribusah. Menyusut dan kembali seperti Semula.
Ribusah pun menyarungkan Gumanya kemudian Menoleh kearah Can.
"Apakah kau pikir ini adalah pedang biasa?".
Serangan tiba-tiba, Ribusah terkejut dan mencoba menghindari Sabetan pedang dari sisi kanannya dengan melompat ke belakang.
"Kita mundur!".-Ucap Tonggu seraya membawa Pergi Can.
Seketika Ribusah jatuh bertekuk lutut. Tanda kutukan di lengan kirinya pun kembali mengeluarkan Cahaya putih kemudian menyebar Ketubuhnya dengan begitu cepat.
Dalam sadarnya seketika Jiwa Dari tanda kutukan itu datang menemuinya dalam sebuah Ruang Dimensi.
Berdiri tertegun.
"Ruang ini begitu Gelap!
Aku Dimana?
Tiba-tiba Ruangan itu menjadi terang benderang.
Ribusah pun terkejut seraya menutupi matanya dengan lengan kanannya.
"Ribusah!".
Memakai Gaun Putih, dan memiliki sebuah tanda Bulat berwarna Putih di dahinya.
Ribusah menatap Wanita berparas Cantik itu dengan penuh tanya.
"Siapa kau?".
"Aku adalah VULA!
Dewi Bulan penguasa Kegegelapan.
Akulah yang telah mewariskan Kekuatan itu Padamu!".
Ribusah pun menundukan kepalanya kemudian menatap tanda yang berada di lengan kirinya.
"Kau tak perlu sedih!".
Wanita itu pun melangkah perlahan mendekati Ribusah, kemudian memegang tangan kiri Ribusah.
"Gunakanlah kekuatanku!
dan jadilah penguasa kegelapan Dunia!".
Seketima tanda itu kembali menyebar dengan bentuk yang berbeda. membuat Ribusah bertekuk lutut menahan kesakitan.
--
Setelah beberapa waktu tak Sadarkan diri, akhirnya Cira pun Siuman.
"Cira!".
"Syukurlah kau sudah Siuman!".
"Pertarungan tadi sangat menguras tenaganya. Apalagi ia baru saja membangkitkan kekutan kutukan itu.
Jika tak cepat diselamatkan, Jiwanya akan sepenuhnya dikuasai oleh Jiwa kutukan itu!".-Terang Regita.
"Terima kasih!".-Ucap Sabo seraya menundukan kepala.
"Ya Sama-sama.
Untung saja kalian punya Sel penyembuh!
Hmm, baiklah aku harus pergi!".
Berdiri menatap sekitar.
Regita pun terkejut melihat Ribusah yang sedang terkapar.
---
Ribusah pun Siuman.
Seketika ia Bangkit dengan nafas terengah-engah.
"Hmm. Akhirnya kau siuman!".
Ribusah duduk kemudian menatap Tanda yang berada di lengan kirinya.
"Hmm. Apa yang terjadi denganmu?".-Ucap Regita seraya memegang pundak Ribusah.
"Apa kau baik-baik saja?".
Tak ada kata. Ribusah masih berkutat dengan memgingat kejadian lalu.
"Hmm. Apakah mereka kabur?".-Tambah Regita.
"Ya. Ia terluka karena terkena Sabetan pedangku!
Apa kau tahu siapa mereka?".
"Mereka adalah anggota kelompok KALIKIT.
Tujuan mereka adalah menculik Cira.
Merekalah yang selama ini yang mengincar Sel milik kita!".-Terang Regita.
"Hmm. Apa kau baik-baik saja Ribusah?".
"Ya!".-Ucap Ribusah seraya berdiri.
"Baiklah. Kita harus pergi!".
Tiba-tiba Sabo hadir dan menghampiri mereka.
"Kalian mau kemana?
Apakah kalian berkenan untuk mampir di kerajaan kami?".
Regita pun menatap Ribusah penuh makna.
"Ya!
Baiklah!".