-Istana Kerajaan NUNUMBUKU-
Terlihat mata Ribusah yang jelalatan menatap keadaan.
"Apa yang dia pikirkan?".-Batin Regita yang sedang duduk di sisi kiri Ribusah. Regita pun ikut mendongak. Ia terperangah melihat Ornamen dan lukisan yang melengkapi indahnya langit-langit istana.
"Sungguh benar-benar Indah!".
Regita pun berkata.
"Apakah semua ini hasil lukisan Cira?".
"Benar!
Semua lukisan-lukisan itu adalah hasil karyanya!".-Sahut Sabo.
Setelah semenit menunggu, Janggo pun datang seraya membawa sebuah Teko yang masih mengeluarkan uap.
Ia Pun Tersenyum kemudian berkata "Teh panas!".-
Janggo menuangkannya pada Cawan yang telah teratur di meja.
"Hmm. Silahkan diminum teh nya!".-Ucap Sabo.
"Baik. Terima kasih!".-Sahut Regita.
Janggo : Bagaimana kabar Pawata?
Apakah ia sedang baik-baik saja?".
"Ya. Begitulah!".
"Apakah yang terpampang di sudut-sudut Pilar itu adalah Logam Mulia?".-Tanya Ribusah seraya menunjuk.
"Ya. Benar!
Semua itu adalah hasil dari kekayaan alam kami!".-Sahut Sabo seraya tersenyum ramah.
"Oh iya. Perkenalkan Aku Adalah Sabo. Dan dia adalah Panglima Janggo".
"Siapa Nama kalian?".
"Aku Regita. Dan dia Ribusah".
"Apa kalian Juga berasal dari VONGGI?".
"Ya. Tapi hanya aku!".-Tegas Regita.
Sabo pun menoleh kemudian menatap Ribusah.
"Hmm. Ribusah?".
"Aku Berasal dari Suku ₩!".-Tandas Ribusah.
"Hmm. Suku ₩ ya!
Penghuni belantara.
Oh iya. Sebenarnya apa tujuan kalian sampai jauh-jauh ke Wilayah ini?".
"Sebanrnya kami sedang mencari seseorang!
Dari kabar yang terakhir kami dapatkan, ia sedang berada di wilayah ini".- Sahut Regita.
"Hmm. Begitu ya?".
"Ya. Aku sedang ditugasakan Pawata untuk menemani Ribusah!
"Hmm. Siapa namanya?
Tolan? Atau kenalan?".
"Tidak!".-Jawab tandas Ribusah.
"Namanya Lopi!
Dia berasal dari Suku RAY, Seorang ahli pengobatan.
Saat ini Ayah Ribusah sedang mengalami trauma karena terkena sebuah Jurus dari Suku itu".-Tambah Regita.
Sabo pun mendongak kemudian mengusap dagunya.
Terlihat jelas kerutan pada dahinya.
"Hmm. Suku RAY ya?
Bukankah mereka semua telah tewas dalam insiden itu?".
"Ya. Yang ku ketahui seperti itu! Namun kata Pawata masih ada seseorang yang tersisa dari mereka dan menguasai jurus penggagal dari Jurus itu".
"Benar! Makanya aku meminta bantuan Pawata dan mencarinya kesini. Aku berharap dia bisa membantuku mengembalikan kesadaran ayah".-Tambah Ribusah.
"Hmm. Seperti itu ya?".
"Apa kau mengetahuinya?".
"Aku tak tahu!
Aku juga benar-benar baru tahu informasi itu!".
"Baiklah. Terima kasih atas jamuannya.
Kalau begitu kami permisi dan mencari Orang itu!".
Sabo pun berdiri seraya menautkan tangan di dada.
"Duduklah sebentar!
Saat ini aku benar-benar membutuhkan bantuan kalian berdua!".-Tandas Sabo.
"Bantuan?
Oh. Apa yang bisa kami bantu?".-Tanya Regita
"Ribusah!
Apa yang kau tahu dari tanda kutukan itu?".
"Aku benar-benar tak tahu tentang tanda kutukan itu!".
Ribusah pun memegang dahinya, kemudian lanjut berkata.
"Sesorang telah menanamkannya padaku ku saat aku sedang tak sadarkan diri!".
Sambung Regita.
"Hmm. Tentang tanda kutukan itu ya? Aku sedikit tahu!".
"Benarkah?". Sabo pun tersenyum kemudian kembali duduk di sebuau kursi tepat dihadapan Regita.
"Ya!".
"Tolong!
Bisakah kau jelaskan padaku?".
"Baiklah!
Tanda kutukan adalah wujud dari simbol kekuatan besar yang berasal dari Dua belas Raja hewan belantara.
Karena peperangan di masa Silam, Para Galara saling berebut untuk memilikinya.
Tujuannya hanya satu. Menjadi yang terkuat!
Namun dari informasi yang ku peroleh untuk mendapatkannya sangatlah sulit. Mereka harus bertarung dan mengalahkan Raja Hewan pemilik kekuatan itu. Dan hanya orang yang beruntunglah yang bisa memilikinya.
Untuk membangkitkan kekuatan itu seutuhnya, penggunanya harus melewati Tujuh Fase Evolusi, dimana ditiap-tiap Fase Evolusinya mempunyai Resiko yang sangat besar, dari menggalami gangguan kejiwaan pada pengguna bahkan sampai mengakibatkan kematian.
Sesungguhnya menggunakan Kekuatan itu sangatlah beresiko.
Apa lagi berniat untuk menanamkannya.
Karena sekali pun kita telah memilikinya, namun jika penggunanya tak mampu mengendalikan kekuatan itu, maka konsekuensinya jiwa dari kutukan itu akan mengambil jiwa si penggunanya.
Dengan kata lain Si pengguna akan mati!".
"Hmm. Seperti itu ya?
Benar-benar mengerikan!".
"Ya. Seperti itulah yang ku tahu!".-Tandas Regita.
"Jujur. Aku hanya sedikit tahu tentang kekuatan itu. Itu pun informasi ini ku peroleh dari Pawata.
Saat ini Cira berumur Tujuh Belas tahun!
Saat ayahnya menanamkannya padanya, Ia berkata padaku jika Cira telah menginjak Usia itu, maka kekuatan kutukan itu akan bangkit di tubunya dan membentuk sebuah tanda.
Sabo pun sejenak terdiam.
Kemudian lanjut berkata.
"Tujuh belas Tahun!
Apakah semua pengguna dari kekuatan itu mengalami hal yang sama?".
"Ya. Umumnya seperti itu, namun yang ku ketahui ada Dua faktor yang mempengaruhi kekuatan kutukan itu bangkit tanpa menunggu usia pengguna Menginjak Tujuh belas tahun".
"Dua Faktor?".
"Ya. Dendam dan Renjana!".Ucap Tandas Regita.
"Dendam dan Renjana ya!".
"Sesungguhnya ada hal yang lebih penting dari itu. Yaitu Kebijaksanaan!
Adalah Syarat dari kekuatan kutukan itu.
Hanya orang-orang yang bijaksanalah yang dapat mengunakan Seutuhnya kekuatan itu!".
"Hmm. Seperti itu ya!".
"Ya. Bagiku itulah hal yang terpenting.
Aku benar-benar peduli dengan Cira. Jika kalian ingin ia menggunakan seutuhnya Kekuatan itu, maka bimbinglah ia untuk miliki syarat itu!".
Seketika Sabo dan janggo tertegun. Saat ini Kekhawatiran yang tercermin di wajah mereka benar-benar terbaca Oleh Regita.
Regita pun tersenyum kemudian berkata.
"Hmm. Tapi kalian tak perlu Khawatir!
Jika ku perhatikan dari cara Cira bertarung, sepertinya ayahnya telah mempersiapkan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Cira".
"Hah. Apa maksudmu?".
"Sama seperti orang yang telah menanamkan kekuatan kutukan itu pada Ribusah. Ia telah menyuntikan Sel pengendali padanya!".
"Sel pengendali?
Aku benar-benar tak mengerti apa maksudmu. Apa kau bisa terangkan lebih Rinci?".-Tegas Sabo.
"Baiklah. Sel pengendali adalah sebuah sel yang dimiliki oleh pengguna kekuatan itu sebelum mereka. Sel itu di wariskan para pengguna baru. Praktik Umumnya sel itu disuntikan pada pengguna baru dengan tujuan agar dapat mengendalikan Resiko pada Fase kebangkitan dan Evolusi.
"Hmm. Seperti itu ya?
Jadi setelah ayahnya menanamkan kekuatan kutukan ini pada Cira ayahnya telah menyuntikan Sel pengendalinya?".
"Ya benar. Makanya pada Kebangankitan kekuatan itu Cira sudah dapat menguasainya.
Namun yang perlu kalian tahu Sel pengendali itu hanya berfungsi sampai pada Fase Evolusi Kedua!".
"Apakah ada Sel pengendali sampai Ke Fase Tujuh?".
"Ya. ada!".
"Hmm. Apa kau memilikinya?".
"Tidak!".-Sahut Regita dengan nada tandas
"Hmm. Kalau begitu Siapa yang kau tahu memiliki Sel itu?".
Regita pun menundukan kepala dan memejamkan kedua matanya.
"Cira dan Ribusah!".-Ucap Regita dengan Tandas.
"Apa maksudmu?".
"Sel pengendali Pada Fase ketiga dan seterusnya ditentukan Oleh "KEBIJAKSANAAN" Mereka!".
Dwi Murti pun bangkit seraya berkata.
"Baiklah kami harus Pergi!".
"Tunggulah. Sebentar!
Aku punya hadiah Untukmu!".-Sahut Sabo.
"Hadiah?".-Ucap Dwi murti dengan keheranan.
Janggo pun mengambil sebuah Kotak di atas meja tepat sisi Ranjang tidurnya.
"Sebagia bentuk terima kasihku pada kalian!
Ini terima lah!".
Sabo pun menyodorkan Kotak itu pada Regita.
"Apa ini?".
Regita pun menatap penutup Kotak berwarna putih itu dengan penuh tanya.
"Di dalam kotak itu ada Logam Mulia!
Aku berharap kalian menerimanya!".-Terang Sabo.
"Hmm. Baiklah! Terima kasih!".-Balas sahut Regita.
"Ya. Semoga kalian Cepat menemukan lelaki itu!
Oh iya. Jika kalian masih berada di wilayah kerajaan ku dan sedang butuh pertolongan, datanglah ke markas-markas Prajuritku!".
"Baik! Sekali lagi Terima kasih!
Kami harus pergi!".-Tutup Regita.
"Berhati-hatilah!
Lain waktu mampirlah kemari!".-Teriak Sabo.
"Jangan lupa. Sampaikan Salam kami Pada Pawata".-Tambah Janggo.