"Kakak. Aku benar-benar tak menduga akan bertemu denganmu!".
Pagi merekah, kereta kuda telah sedia di halaman.
"Apakah kakak sudah Siap?".
"Ya!".
Kereta pun berlalu.
Saat melintasi tepi belantara, Ival menyadari bahwa saat ini mereka sedang berada dalam pengintaian.
"Sial.
Sepertinya mereka anggota dari kelompok Itu!".
"Sabo. Dengarkan Kakak baik-baik!
Saat ini kita sedang diikuti oleh Sekelompok Orang!".
"Sekelompok Orang?".
"Ya. Dari Jubah yang mereka kenakan, sepertinya mereka adalah Kelompok yang sama dengan yang telah ku ceritakan padamu"
"Siapa mereka Sebenarnya?".
"Aku tak tahu!
Yang ku tahu selama ini mereka mengincar kita.
Kakek-Nya 'Sum' mengatakan padaku bahwa tujuan mereka sebenarnya adalah mengincar Sel Gen dari keturunan Nenek 'Bulava' untuk dijadikan bahan Eksperimen penelitian.
Saat ini kita tak punya waktu untuk menjelaskan semua padamu. Jadi, kau tetap disini, lindungi mereka, aku akan menghalangi Para pengejar itu".
"Baik!
Berhati-hatilah!".
"Ya!".
Sabo pun menghunuskan pedangnya seraya memerintahkan Sais untuk memacu kereta.
"Cepatkan sedikit Keretanya!".
"Baik!".
--
"Mereka benar-benar Kuat!".
Ival pun kembali dengan Kondisi terluka.
"Kakak. Apa kau baik-baik saja?".
"Ya!
Ternyata jumlah mereka sangat banyak dan kita akan tertangkap jika terus berada di dalam kereta ini!".
"Apa rencanamu?".
"Kita akan melompat".
"Baiklah".
Sabo pun membuka tirai pembatas tempat duduk mereka.
"Sayang. Kak Jum. Dengarkan aku baik-baik!
Saat ini kita sedang diikuti Sekelompok Orang.
Tak ada waktu untuk bertanya, sekarang kemari dan Bersiaplah.
Sabo pun telah membuka Tirai penutup pintu samping kereta.
"Kita akan melompat dua-dua Orang".
"Ya. Jum, berikan Cira padaku!".-Ucap Ival seraya mendekap Cira.
***
"Tangkap mereka!".
"Sial. Sepertinya mereka mengetahui rencana kami".
"Sabo. Berhati-hatilah!".
Terus berlari melewati Pohon-Pohon perkasa.
Jarak mereka semakin mendekat, ditandai dengan Sebuah pedang yang dilemparkan kepada mereka.
"Sial!
Tak ada pilihan!".
"POMPELINJA".
Terus berlari seraya mendekap Cira.
"Sabo. Dengarkan aku!
Aku akan kembali menghalangi mereka!".
Ival Pun menyodorkan Cira pada Sabo.
"Bawalah mereka pergi.
Jaga mereka baik-baik!".
"Tidak. aku akan menemanimu!".-Sahut Sabo.
"Saat ini tak ada pilihan!
Sabo. Dengarkan Kakak baik-baik!
Aku telah menanamkan sebuah Tanda kutukan pada Cira.
Jika aku tak kembali, berjanjilah padaku untuk menjaga mereka!".
"Kakak".
Seketika Sabo mengeluarkan Air matanya.
"Hmm. Kau masih saja cengeng ya!".
"Berhati-hatilah kak!".
"Baik. Serahkan saja padaku!".
Ival pun menghentikan langkahnya kemudian berbalik arah.
***
"Kejadian itu menewaskan mereka semua!
Hanya Cira yang berhasil Ayah selamatkan!".
Sabo pun menetesakan Air mata. Kemudian mendekap Jen Dan Cira penuh penyesalan.
Larut dalam dekapan Amarah.
"Maafkan aku!
Aku tak bisa melindungi mereka semua!".
***
"Ribusah. Apa kau menyadarinya?
Sepertinya Seseorang Sedang mengikuti kita".
"Ya!
Kita akan menjauh dari keramaian!".
"Baiklah!".
Mereka pun memutuskan masuk ke hutan yabg berada tepi Desa.
"Sepertinya mereka masuk ke hutan!
Zero kau ikuti jejak mereka, aku akan pergi memberitahukan pada Paman Janggo".
"Baiklah!".
***
"Cira dengarkan paman baik-baik!
Kakak berpesan padaku kekuatan itu akan bangkit di tubuhmu saat kau menginjak usia Tujuh belas Tahun.
Paman tak tahu pasti seberapa besar kekuatan yang Kakak Tanamkan padamu".
"Kekuatan?".
"Ya. Tanda hitam yang berada di dahimu itu adalah Sebuah tanda kutukan yang ayahmu berikan padamu saat tragedi itu.
Ia berharap kekuatan itu dapat membantumu saat kau menghadapi sekelompok itu!
Sebenarnya tujuan Kelompok yang selama ini mengejarmu adalah ingin mengambilmu untuk di jadikan bahan penelitian.
Tak hanya Dirimu, tapi semua dari keturuanan Nenek.
Dengan kata lain saat ini kita menjadi incaran mereka.
Kelompok itulah yang menyerang kami dalam tragedi itu. Mereka berencana menculikmu.
maka itulah alasan mengapa selama ini aku terus menyuruhmu latihan yang keras.
Dari beberapa informasi yang ku peroleh, Sel milik kita akan di jadikan Bahan penelitian untuk membuat Sebuah Kloning yang akan menyerupai kekuatan kita.
Bahkan jika Eksperimen itu terus dikembangkan Kloning-kloning itu bahkan dapat melampauhi kekuatan si pemilik Sel.
Kalian bisa berdua bisa bayangkan jika kelompok itu berhasil menangkap kita.
Pasti akan terjadi malapetaka.
Apalagi saat ini keempat keturuan murni dari Saudara-saudara Nenek tak ada satu pun lagi yang tersisa.
Saat ini hanya kalian harapanku menjadi penerus NUNUMBUKU".
"Baiklah. Kami berjanji!".
***
"Paman, saat ini Kelompok misterius itu sedang berada di Desa!
Mereka menyadari pengawasan kami dan sedang melarikan diri menuju hutan. Namun saat ini Zero sedang mengikuti mereka".
"Sialan!".
***
"Regita. Sepertinya mereka tak lagi mengikuti kita!".
"Baiklah. Aku Capek!
Kita cari tempat istrahat sejenak ya!".
"Baiklah!".
Belum sempat melangkah, seketika mereka terkesiap dengan kehadiran Lima sosok yang berdiri tepat di hadapan Mereka.
***
"Ayo kita pulang!".
"Baiklah!".-Sahut Jen dan Cira dengan gembira.
Saat di tengah perjanan, tiba-tiba mereka tertegun melihat Lima sosok lelaki mengenakan Jubah berwarna kuning.
"Sial!".-Ujar Sabo seraya menhunuskan pedangnya.
***
"Siapa kalian?".-Ujar Ribusah pada Sesosok lelaki yang sedang berdiri di depan.
"Ribusah berhati-hatilah!".
Regita pun menghunuskan Pedangnya Mendongkak kearah lelaki yang tengah berada di depan itu.
"Hmmm!".
Lelaki itu pun tersenyum kemudian Mendongkak.
Dengan mudah, Serangan Regita dihindarinya.
"Apa?". -Ucap lelaki itu seraya terkejut.
Rupanya serangan Regita adalah serangan tipuan.
Lelaki itu benar-benar tak menyadari ternyata Ribusah telah berada pada posisi yang tepat.
"Sial. Dia sangat Cepat!".
Ribusah pun memberikan sebuah pukulan tepat mengenai Wajah lelaki itu dan membuatnya terpelanting Jauh.
"Sialan!".-Ucap Lelaki itu seraya bangkit.
Tangkis menangkis serangan.
Pemimpin kelompok itu mendongkak kearah Ribusah.
Ia pun menebaskan pedangnya dari sisi atas sehingga Membelah jarak antara Ribusah dan Anggotanya.
Menyeruak. Berdiri seraya mengamati.
"Ribusah. Berhati-hatilah dengan mereka!".
"Ya!".
-
Berdiri di balik pepohonan seraya menyaksikan pertarungan.
Zero benar-benar tertegun menyaksikan kekuatan yang dikeluarkan.
"Mereka benar-benar Hebat!
Siapa sebenarnya mereka?".
***
"Rep. Apa kau yakin mereka lari kearah sini?".
"Ya. Benar Paman!".
"Baiklah. Kalian berhati-hatilah!".
***
Berdiri terengah-engah.
Serangan mereka berhasil mengenai lengan kanan Sabo.
"Apa paman baik-baik saja?".
"Ya!".
"Mereka benar-benar kuat!
Jen, Cira. Cepat ikuti Ayah!".
Sabo pun memutuskan untuk kabur.
***
Terus bertarung, Ribusah pun terpelanting jauh terkana Pukulan Dari Pemimpin Kelompok itu.
Begitu pun juga dengan Regita.
"Sial. Mereka benar-benar tangguh!".
Mereka pun bangkit secara bersamaan.
--
"Paman!".
"Zero. Dimana mereka?".
Zero pun memberikan Sebuah isyarat.
"Lihatlah. Mereka sedang bertarung dengan sebuah kelompok!".-Ucap Lirih Zero.
Janggo pun tertegun.
"Jubah Biru dan hitam?
Siapa sebenarnya mereka?".
***
"Kejar! Jangan biarkan mereka lolos!".-Tegas Tonggu.
"Baik!".
Terus berlari melewati Semak dan pepohonan.
"Aku tak menyangka, mereka benar-benar kuat!".
"Jen, Cira. Kalian berhati-hatilah!".
"Baik!".
Langkah demi langkah mengingatkan Cira tentang sebuah tragedi itu.
Tanpa sadar kecambah kebencian tumbuh di hatinya.
Saat ini Cira tak menyadari perubahan pada Warna Bola kedua Bolah matanya telah terjadi.
"Lihatlah. Akan ku bunuh kalian!".
Cira Pun berbalik Arah dan menedang salah Seorang dari mereka.
Sabo pun mengikutinya dan menarik Cira kembali.
"Berlarilah!
Kita bertiga tak cukup jika melawan mereka!"