Terseok, melangkah di antara semak belukar.
"Apakah Paman baik-baik saja?".
"Ya!".
"Kita istrahat sejenak!".
"Baik!
Rata kau kembali ke TPU, Jemput Regita".
"Baik!".-Ucap Rata seraya pergi.
Belum lama mereka duduk.
Tiba-tiba sekelompok Orang datang menghampiri mereka.
"Pawata!".
"Alex?".
"Ternyata kau juga bagian dari rencana itu ya!".
"Apa maksudmu?".
"Hmmm, Kau tak perlu menyangkal!
Aku sudah tahu semuanya!".
"Bunuh mereka!".
"Sial!".
Empat pengawal Alex serentak menyerang Evu.
Sementara Alex dan salah seorang pengawalnya yang tersisa menyerang Pawata bersamaan.
***
Ribusah terjaga disepertiga malam.
Ketika Ribusah menoleh, hadapannya.
Tak Jemu, Ribusah menatapnya penuh Rasa Bersalah.
"Maafkan aku ya!
karena kebodohanku, sekarang aku jadi menyusahkanmu!".
Ribusah menyelimuti-nya, kemudian kembali merebah.
Di pembaringan, tangan terpaut menjadi alas kepala.
Berkutat, larut dalam tanya.
Terjaga, seketika wanita itu menoleh kearah Ribusah.
"Sedang memikirkan apa?
"Hmm, Akhirnya kamu sudah bangun!
Kenapa kami tidur di kursi itu?".
"Aku ketiduran!
Mungkin karena kelelahan!
Ribusah. jangan terlalu banyak berpikir ya!
Saat ini kondisimu belum pulih, disamping itu kamu juga harus menjaga kesehatanmu!".
Ribusah memejamkan kedua matanya, kemudian menarik nafas dalam-dalam, kemudian berkata.
"Harapan!
Apa arti harapan bagimu?".
Wanita itu pun berdiri kemudian melangkah ke arah jendela.
Wanita itu menatap bunga yang sedang diselimuti embun.
"Harapan ya?
Bagiku harapan adalah nafas kehidupan!
Harapan adalah sumber kekuatan memberi manusia nafas bertahan dari getirnya kehidupan.
Terkadang hidup tak sesuai dengan harapan!
Tetapi itulah kenyataan.
Hanya harapan yang dapat membuat kita dapat menerimanya!".
"Harapan begitu menyakitkan!
Kau sungguh salah kamarathy!
Berhentilah berharap. Karena harapan itulah yang selalu menjadi sumber masalah!".-Sahut Ribusah.
"Ribusah. Hidup adalah pilihan!
Kau salah. Sesungguhnya bukanlah harpan yang menjadi sumber mesalah.
Tak peduli ukuran, besar kecilnya harapan.
Tapi Yang menjadi sumber masalah ada "Ruang Penerimaan".-Tegasnya.
Ribusah. Ikuti kata Hatimu!
Apapun yang terjadi, tetaplah melangkah. Jika kau merasa masalah yang kau hadapi saat ini begitu, pergilah!
Banyak tempat di dunia ini yang bisa kamu datangi, menjadi penawar luka-luka itu!".-Tambah Kamarathy.
"Kata hati!".
Sejenak Ribusah membisu kemudian memegang dadanya.
"Aku tak tahu!
Saat aku berada disisimu, aku merasa tenang.
Serasa saat ini harapanku kembali mekar begitu besar di dadaku!
Bunga-bunga di taman kecil mu membuat aku mengerti tentang arti kehidupan!".
"Haaa? Kamu masuk ke taman itu ya?".
"Ya!".
"Hmm, bandel ya!".
"Terima kasih ya, sudah menolongku!"
"Iya... iya...!
Baiklah. Sebentar lagi aku akan pergi, saat nanti ku tinggal sendiri, istrahatlah!
Jangan memikirkan yang tidak-tidak!
"Siap Jendral!
Jaga diri baik-baik, saat ini bagiku dirimu sungguh berarti!".
Kamarathy pun tersenyum kemudian melangkah.
"Dah!".
***
Pagi Cerah, angin berhembus membawa semerbak, masuk ke cela-cela dinding rumah.
"Aroma kehidupan!".
Jalani hari seorang diri, sangat sulit bagi Ribusah.
Debar senja, saat ini kegelapan mencoba menyelimutinya.
Kalut, bergulat asa. Saat Ribusah itu Ribusah selalu pergi ke sabana.
Cahaya pun menyeru.
"Berbahagialah!
Sekelam apa dunia saat ini, percayalah. Esok mentari akan bersinar!
Tak ada yang bisa menunda".
hari pun berlalu, sudah sewindu wanita itu tak kembali.
***
-Laboratorium-
Dua Wanita terlihat sedang duduk dihadapan layar Monitor.
Duduk termenung di sebuah kursi.
"Semoga ia baik-baik saja!
Ribusah sedang apa ya?".-Ucap Kamarathy dalam hati.
Rasa khawatir telah menguasainya. Bangkit kemudian melangkah.
"Kamu mau kemana?".-Tanya Nuna dengan heran.
Saat tepat berdiri dihadapan pintu. Langkahnya pun terhenti.
"Aku ingin keluar sebentar!
Ada beberapa hal yang harus ku selesaikan!".
"Hmm. Baiklah!
Dah!
Dasar Aneh!".-Tutup Nuna.
***
Duduk di kursi sambil memandangi bunga disebuah taman.
"Ruang Penerimaan ya?".
Ribusah pun bangkit.
"Baiklah. Aku harus Pergi!".
Ribusah meninggalkan sepucuk Surat di sebuah meja.
***
Melangkah tergesa-gesa sembari berkata.
"Ribusah!
Dimana kau?".-Teriak Kamarathy.
"Dia kemana ya?"
"Ribusah!".
Kamarahy pun tetegun melihat sepucuk Surat yang di letakan di Atas Meja.
Berdiri seraya membaca Sepucuk Surat.
Menarik nafas dalam, kemudian menyimpan Sepucuk Surat itu di sakunya.
***
Matahari merekah menyinari Sabana, memberi harapan bagi mereka yang sedang bergulat asa.
Ribusah pun tersenyum seraya berkata.
"Pagi yang indah!
Mimpiku dimulai!".
Ribusah pun meneruskan langkahnya.
Saat diperjalanan, langkahnya terhenti ketika melihat sekuntum bunga berwarna Biru merona.
Ribusah pun tersenyum.
Saat ini hanya Pesan Kamarathy yang ada di benaknya.
Ribusah pun berbalik arah, berniat kembali ke tempat Kamarathy.
Terus berlari.
Ribusah pun terjatuh tersungkur.
Kemudian bangkit dengan kekuatan yang terisa.
"Kamu sedang apa disini ha?".
Ribusah pun terkejut mendengar Suara itu.
"Kamarathy!
Hmm. Aku sungguh sangat beruntung bisa bertemu denganmu disini!".-Ucap Ribusah Seraya bangkit.
"Kamu dari mana saja?
Semalam aku kembali tapi tak menemuimu!".
"Semalam aku di sabana!".
"Hmm, begitu ya?
Bagaimana kondisimu, Apakah lukanya sudah sembuh?".
"Sepertinya sudah mendingan!".
"Syukurlah!
Ayo pulang!".
"Hari ini aku akan pergi!
Terima kasih atas semuanya.
Dan aku berjanji akan mengingat semua Ucapanmu.
Namun jika aku lupa, mau kah kau mengingatkannya?".
Kamarathy pun terdiam.
Ribusah pun menyeringainya dan membuatnya seakan ingin membalasnya.
Kamarathy berniat memulai Ocehanya. Baru sekata, Ribusah memnghentikannya dengan memberikan sebuah Isyarat.
"Iya. Aku ingat kok!
Jaga kesehatan!
Jangan memikirkan yang tidak-tidak!
Selalu berpikir positif!
Dan yang terpenting adalah menyiapkan Ruang penerimaan!
Iya kan?
Aku ingat kok!".
Kamarathy pun tersenyum. Kemudian mendekap Ribusah.
"Ya, selalu!
Yang terpenting adalah, jangan pernah lupa apa tujuanmu!".
"Ya, semoga saja!".
"Ya, semoga bahagia! ".
Ribusah pun memperlihatkan Senyuman terindahnya.
Tanpa kata berbalik Arah.
Menarik napas dalam-dalam kemudian melangkah.
Langkah Ribusah terhenti, kembali menatap Wanita itu.
"Oh iya!
Nama kamu Siapa?".
"Kamarathy!".
"Kamarathy ya?
Baiklah. Sampai jumpa semoga harimu menyenangkan!".-Ucap Ribusah kemudian melangkah.
Kamarathy menatap pundak Ribusah.
Sayap-sayap impian kembali terbentang.
"Sampai jumpa, jaga diri baik-baik!".
***
-Di belantara-
Terus melangkah mencari jalan keluar.
Di perjalan batinnya terguncang.
Raganya tak kuasa menahanya. Karena besarnya ukuran harapan.
Jejal Awan kelabu, debar yang sungguh begitu hebat.
Nafasnya kembali terengah-engah. Ribusah pun jatuh tersungkur.
"Lukaku belum benar-benar sembuh, datanglah, jadilah penawar!".
"Hidup!". Kata itu diucapkan berkali-kali menahan kesadarannya.
Terus bertahan, Pohon-pohon raksasa di sekelilingnya mulai terlihat samar. Bayangan hitam pun menguasainya. Menyeru sampai ke tepi jurang.
Ribusah pun tak sadarkan diri.
Ribusah pun Siuman.
Saat ini kegelapan benar-benar telah menguasainya.
Bangkit dengan sisa tenaga.
"Melangkah, melangkah, terusalah melangkah!"
Detak jantung kembali semula, namun makin jauh, semakin melemah.
"Bertahanlah!
Ribusah benar-benar tak mengerti apa yang sedang di alaminya. Menahan Rasa yang sungguh besar itu, membuat air matanya berlinang kemudian merebah lara disamping batu perkasa.
Menatap langit, nafasnya kembali terengah-engah.
Ribusah mengambil bunga yang berada di sakunya adalah bunga abadi pemberian Kamarathy.
"Harapan!
Hiduplah!".
Gengamannya semakin melemah
"Sepertinya Kegelapan benar-benar akan membunuhku!".
"Bertahanlah".
Kata itu terus diucapkan sambil menepuk keras dadanya.
Setelah bergulat merebut Asa, Ribusah pun bertahan, meski Robekan Nastapa di dadanya bertambah.
***
Fajar merekah, Cahayanya menembus Sela-sela pepohonan.
Menyingkap Kelam yang sedang menyelimuti Ribusah.
Ribusah pun terjaga.
Duduk sambil berkutat.
"Apa yang terjadi denganku?".
Saat ini Ribusah duduk.
Ia pun terkejut melihat kemunculan Tanda di lengan kiri-nya.
"Tanda apa ini?".
Seketika tanda di tangannya itu mengeluarkan Cahaya berwarna Putih.
Tanda itu Kemudian menyebar menyelimuti sebagian tubuhnya.
Dalam keadaan setengah sadar, Ribusah di datangi sesosok wanita.
"Ribusah!
Saat ini kau mewarisi kekuatanku!".
Seketika Sosok itu menghilang, dan tanda di tangan Ribusah pun kembali surut kebentuk semula.
Kesadaran Ribusah kembali sempurna. Bertekuk seraya menatap Simbol itu.
"Warisan?".