Dari dua arah yang berlawanan.
Menatap penuh siaga, menunggu gerakan.
Ribusah pun melangkah berdiri tepat di antara Evu dan Kacong
"Hentikan!".
"Apakah kau juga bagian dari mereka Ribusah?".-Ucap Kacong Seraya menghunuskan Pedang.
Mendengar ucapan Kacong, Ribusah pun menoleh kearahnya.
"Ya. Meraka adalah saudaraku!".
"Hmm, Saudara ya?
Ku kira tanda di dagumu benar Tanda alamiah.
Ternyata kau Adalah anggota Kriminal BLACK TENDE itu ya!".-Ucap Kacong dengan gusar.
Ribusah memejamkan kedua matanya.
Menarik nafas dalam, kemudian berkata.
"Ya, Kau benar Kacong!
Semua manusia sama!".
Kacong pun terdiam.
Saat ini tatapan tajam Evu, Saba dan Rata terus tertuju pada Kacong.
"Siapa sebenarnya Dia?".-Ucap Evu dalam hati.
"Evu. Jelaskan padaku!
Apa maksud Semua ini?".
"Dialah yang telah membunuh Pawata!".
***
Di perjalan, Regita menemui Pawata.
"Ku kira kau benar-benar tewas!".
"Regita!".
"Apa yang terjadi?".
"Saat jatuh ke jurang itu, Aku berhasil di selamatkan Seseorang".
"Seseorang?".
"Ya!
Kau dari mana?
Dimana Saba dan lainnya?".
"Saat ini kami sedang berpencar Mencarimu!
Evu, Saba dan Rata pergi ke Wilayah semenanjung selatan, untuk membunuh pengawal Alex yang katanya telah membunuhmu itu!
Hmm. Tenyata ini sumua kerjaan Ojo Nganamate itu!
Fudin yang katakan semua ini padaku!".
"Baiklah! Kita susul mereka!".
***
Evu pun melangkah mendekati Kacong.
"Apakah kau masih mengenalku?"-Ucap Evu seraya membuka jubah penutup kepalanya.
Kacong pun terkejut melihat wajah Evu.
Lanjut Evu berkata.
"LUMBUNEBURI!
Kau masih ingat kan tempat itu?".
"Ternyata kau!
Maafkan aku!".-Ucap Kacong seraya menundukan kepalanya.
"Sekali lagi maafkan Aku!
Saat itu aku hanya melaksanakan perintah!
Dalam sebuah Misi, Perintah adalah perintah!".
"Ya. Begitu pun saat ini!
Dendam adalah dendam!".-Ucap Evu.
Evu pun kembali menyerang Kacong.
Menangkisnya dengan Dua pedang.
Saat pedang mereka bersentuhan, dengan tiba-tiba Ribusah Mebelah jarak mereka dengan sebuah tebasan pedangnya.
Karena kekuatan yang di keluarkan Ribusah begitu besar, Kacong dan Evu pun terpental.
"Jika itu yang kalian inginkan, baiklah!".
Emosinya memuncak.
Seketika Simbol Garis Tiga Hitam yang berada di dahinya mengelurkan Cahaya Kemerahan. Menyebar bersamaan dengan simbol putih di lengan kirinya, menyelimuti sebagian tubuhnya.
Gabungan Dua Simbol itu membuat tampilan Ribusah terlihat berbeda Dari sebelumnya.
Rata pun terkejut.
"Kekuatan apa itu?".
Seketika pedang milik Ribusah mengeluarkan Cahaya Kemerahan.
"Hah. Guma Tadulako?".-Ucap Kacong, Rata, Evu Serentak.
"Hah? Guma Tadulako?".-Ucap Rata.
"Ya. Guma terkuat yang pernah ada!
Guma adalah pedang Pusaka yang mempunyai kekuatan Supranatural.
Semua berjumlah Lima, Dan kelimanya adalah milik Tadulako!
Tadulako adalah leluhur kami di kerajaan VONGGI. Konon ia adalah Galara terkuat yang pernah menguasai seluruh Dataran KALEDO.
Sejak dahulu pedang itu menjadi Incaran semua Orang.
Banyak yang mencoba mencurinya, bahkan saling membunuh hanya demi mendapatkannya.
"Apakah Bobo adalah Keturunan Tadulako?".
"Aku tak tahu!".
Lanjut Saba Berkata.
"Konon, di akhir hayatnya, Tadulako memberikan Gumanya Kepada Empat Adiknya".-Tutup Saba
*
"Ayo bertarung denganku!".-Ucap Ribusah Seraya melangkah.
Kecepatan Ribusah tak dapat mereka imbangi. Tak sempat berdiri, Kacong kembali terkejut dengan kehadiran Ribusah yang tiba-tiba hadir tepat di hadapan-nya dengan sebuah Pukulan.
Terpelanting jauh karena menangkis besarnya kekuatan yang dikeluarkan Ribusah.
Begitu pun dengan Evu, dengan seketika Ia terhempas terkena tendangan Ribusah.
"Rata menjauhlah!
Sepertinya kesadaran Ribusah telah hilang".-Ucap Saba.
"Semakin besar kebencianmu, semakin kekuatanku sempurna!".
Begulat kesadaran, Seketika Ribusah berontak.
Serasa sebagian tibuhnya terbakar saat kedua simbol menyatu dan menyebar.
"Apa yang terjadi dengan Ribusah?".-Ucap Rata.
"Aku tak tahu!
Sepertinya Ribusah mendapat Kekuatan Kutukan!".-Jawab Saba.
Ribusah pun tertekuk seraya merintih.
Rata pun berniat mendekatinya untuk namun Saba mencekal langkahnya dengan melentangkan tangan kanannya.
"Jangan dekati dia!
Kau akan terluka!".
"Sepertinya itu adalah tanda utukan KALOA!
Siapa Ribusah sebenarnya?".-Ucap Saba dalam Hati.
"Efek dari tanda kutukan itu ya?"
Hmm, ternyata benar dugaan ku!
Garis Tiga Hitam yang ada di dahinya adalah tanda kutukan KALOA".-Ucap Kacong yang sedang berusaha berdiri.
Terus menjerit.
Dengan sisa kesadaranya, Ribusah mencoba bangkit.
Belum sempat berdiri, Ribusah kembali jatuh kemudian tak sadarkan diri.
Melihat Ribusah yang tiba-tiba terjatuh, Saba dan Rata pun memutuskan untuk mendekatinya.
Saat ditengah langkah, Sesosok lelaki muncul tiba-tiba bertekuk tepat di sisi Ribusah.
Mereka pun terkejut.
Meski Pawata menutupi Kepalanya, Saba, Evu dan Rata dapat mengenalinya karena lambang yang ada di Jubah yang di kenakannya.
"Paman?"-Ucap Saba seraya tersenyum.
Begitu pun Evu dan Rata. Mereka tak menyangka Bahwa Pawata masih hidup.
Berbeda dengan Kacong. Ia menyangka Pawata adalah Orang yang ingin menyakiti Ribusah.
Kacong pun melemparkan Pedangnya kearah Pawata.
Dengan sebuah Gerakan Cepat, Rata mengeluarkan Anak panahnya untuk menangkis Pedang yang melisit laju itu.
"Sial".
Kacong berlari kearah Pawata seraya menggenggam Guma-nya.
Dengan cepat Evu mencekal langkahnya dan berdiri tepat di hadapan Kacong.
Seketika Prasangkanya Runtuh, ketika Kacong melihat Pawata tengah mengobati Ribusah.
"Pawata!".
Tiba-tiba Regita muncul dari balik semak. Regita pun terkejut melihat Tim POPATE.
"Saba, Rata, Evu!
Kalian Sedang apa disini?".
"Saat menoleh Kearah Pawata Regita kembali terkejut melihat Tanda KALOA yang berada di dahi Ribusah.
"Apakah dia adalah Ribusah?".-Ucap Regita dalam hati.
Regita pun melangkah mendekatinya.
"Regita. Cepat kau periksa keadaannya!".
"Baik".
Pawata pun berdiri kemudian menatap pedang yang saat ini berada digenggaman Kacong.
"Apakah kau adalah Putra dari Vungagavu?".
Kacong pun terdiam.
"Siapa sebenarnya Dia!".-Ucap Kacong dalam hati.
"Kau Kacong kan!
Aku tak menyangka melihat Guma Vungakodi di tempat ini!
Pawata pun tersenyum melihat raut Kacong yang sedang tercengang itu.
"Hmm, tenanglah!
Kami semua bukan Musuhmu!".
Mendengar Ucapan Pawata, Kacong pun kembali menyarungkan Pedang Guma-nya.
"Apakah Ribusah baik-baik saja?".
"Ya. Ia hanya sedang pingsan!
Saat ini tubuhnya sedang kaget saja dengan kemunculan Kekuatan itu".
"Apakah kau juga tahu tentang Tanda Kutukan Itu?".-Ucap Kacong.
"Kutukan KALOA!
Tanda itu adalah sumber kekuatan yang dimiliki Ribusah Saat ini.
Kutukan itu diturunkan secara turun temurun di kerajaan Kami!
Ribusah adalah Putra Dari Jack!
Keturunan Murni dari Tadulako!".
Dengan serentak, Saba, Evu, Rata dan Kacong terkejut.
"Hmm. Ternyata Ribusah Adalah Pengeran yang telah dianggap Mati itu ya?".-Ucap Saba Dalam hati.
"Meski pun kami bukan keturunan Murni, namun kami berlima adalah Keturunan Dari Tadulako!
Berbeda Dengan Rata!
Rata dan sama seperti Ribusah. Mereka memiliki Sel Genetik murni dari Tadulako dan Tinosia!".
Seketika Rata terkejut mendengar pernyataan Pawata itu.
"Mengapa Pawata tahu Nama Nenek?
Siapa Sebenarnya Pawata?".
Kacong pun menatap mata Rata yang berwarna Kuning itu.
"Semua benar yang ia katakan!
Siapa sebenarnya dia?".-Ucap Kacong dalam Hati.
"Oh iya. Kenalkan!
Aku Adalah Pawata. Mantan Panglima Kerajaan Vonggi!
Sejak Raja Jack meninggal Dunia, aku diburu oleh Dwi murti, karena tak setuju dengan Rencananya Merebut Wilayah Semenajung Selatan.
Sejak saat itu kami di uber dan melarikan diri ke belantara ini.
Dari kegegalapan ini lah kami mencoba menjaga Perdamaian.
"Maafkan Aku!
Waktu di LUMBUNEBURI Raja Alex menganggap bahwa kau adalah bagian dari rencana itu!".
"Ya. Aku tahu itu!
Fudin telah memberitahunya pada Regita!
Saat ini perang telah berakhir, Alex Telah di kalahkan Dwi Murti!".
"Apa?".
"Ya. Sepertinya Alex terluka cukup parah. Namun Fudin berhasil membawanya pergi!".
Mendengar ucapan Pawata, Kacong pun bertekuk lutut.
Ia benar-benar tak percaya bahwa TASISARO telah di kalahkan.
"Oh iya!
Mengapa kau ada Di belantara ini?".
"Aku sampai di tempat ini karena menyelamatkan Adiku yang sedang terluka!".
"Njodi?".
Pawata pun menoleh mencari keberadaannya.
"Dimana dia?".
"Ia sudah Tewas!
Aku dan Ribusah telah memakamkannya!".
"Aku turut berduka untukmu!".
Evu pun kembali menyarungkan Pedang Gumanya.
Pawata pun menoleh kearah Regita seraya berkata.
"Hmm. Regita, Bagaimana Keadaannya?".
"Semua Organ-nya baik-baik saja!
Namun ada sesuatu keaneh yang ku temukan pada tubunya!".
"Keanehan?".
Akhirnya Ribusah Siuman.
Saat membuka kedua matanya, Ribusah terkejut melihat wajah Regita.
"Siapa kau?".-Ucap Ribusah yang sedang menatap Regita.