Chereads / Pangeran Kecil dan seekor Kunang-kunang / Chapter 19 - 19 Tekad Saba

Chapter 19 - 19 Tekad Saba

"Baiklah jika itu maumu!".

Bobo pun menghunuskan pedangnya.

Saat Bobo mengayunkan pedangnya, dengan Cepat Ribusah mencekalnya dengan menangkap tanganya.

"Tenanglah!

Biar aku yang mengatasinya!".-Tandas Ribusah.

Ribusah pun melangkah kemudian duduk tepat di hadapan Bobo.

Tatapan menya begitu berapi.

Ribusah pun berkata.

"Bagimu, Apa Arti kehidupan?".

Tak ada kata.

Mendengar pertanyaan Ribusah seketika kegelapan merayapi dadanya .

Saba pun menatap Ribusah Penuh amarah.

"Baiklah!

Sepertinya kau tak ingin berkata ya!

Aku sungguh kagum padamu!

Kepatuhanmu sangatlah sempurna!

Hmm, Aku teringat pada Seseorang! Seseorang yang sangat teguh dalam pendiriannya.

Sama sepertimu, aku benar-benar mengaguminya!

Ribusah tersenyum Kemudian berkata.

Hidup adalah pemberian!

Tak ada pilihan selain penerimaan!

Dalam kehidupan, terkadang kita menjalani sesuatu tanpa berdasarkan pilihan. Merasa terpaksa, namun itulah kehidupan! Misteri!

Aku percaya bahwa adanya kehidupan sesudah kematian!

Sebuah Pengadilan atas apa yang telah kita lakukan!".

Begitu pun Ribusah, saat ini kebencian telah meyelimutinya.

"Namun ketahuilah, aku benar-benar membenci kalian!

Mempermainkan Kehidupan,  membunuh orang-orang tak berdosa!

Sekarang bersiaplah!".

Berjubah api, Ribusah bangkit kemudian mengambil pedang di tangan Bobo.

"Sebenarnya aku diutus ketempat itu untuk membunuh Raja kalian!".

Ucapan Saba membuat Ribusah terpaku.

"Sesungguhnya kalian lah yang selama ini telah merendahkan martabat manusia!

Membunuh, merampas hak-hak Rakyat kecil!

Aku tak peduli pada pengadilan yang kau ucapkan!

Bagiku menghabisi orang-orang seperti kalian lebih baik meski ku tahu itu adalah sebuah kesalah!".

Amarah benar-benar telah menguasainya.

Saba bangkit dan Meronta-ronta seakan ingin menghabisi Ribusah Dan Bobo.

Ribusah tersenyum, seraya menoleh menatap Saba.

Menautkan kedua tanganya di dada seraya berkata.

"Hmmm. Apakah kau Anggota Kelompok KUNEON?".

"Sepertinya mereka telah mengetahui identitasku!".-Ucap Saba dalam hati.

Ribusah menoleh kemudian menatap Bobo dengan sebuah isyarat.

***

"Saat ini tak ada pilihan lain selain berdiri disisinya!

Sekaligus menjadi alasan untuk tetap bertahan hidup.

Hmmm dahulu aku benar-benar sangat membencinya!

Melihat persaudaraan kalian, aku mendapatkan sesuatu pelajaran yang begitu berharga.

Saat ini aku merasakan kelegaan. Kalian benar-benar membuka Cangkang kebencian di mataku!

Saat ini aku baru sadar, tak ada harta yang paling berharga selain dia!"

Ucapan Saba membuat Bobo dan Ribusah tertegun.

"Apa maksudnya?".-Ucap Bobo dalam hati.

"Aku lelah dengan semua ini!

Hidup dalam bayang kegelapan, diburu, berlari dan bersembunyi.

Sekarang, Lakukanlah!".

Ribusah pun melangkah seraya mengulurkan pedangnya pada Bobo.

Bobo pun melangkah kemudian berdiri di sisi Ribusah.

Berdiri kukuh, pedang digenggam erat. Bobo menatap genggamanmya hingga keujung pedangnya.

Menghembus nafas panjang, Bobo berkata.

"Akalku tak mampu menjangkaunya!

Hidup benar-benar misteri!

Bagiku hidup adalah sesuatu yang sangat berharga".-Ucap Bobo seraya melangkah kearah Saba.

Bobo menatap wajah Saba penuh makna.

"Hmm, Meski keputusasaanmu adalah sebuah kebodohan, Namun aku benar-benar mengakuimu!.

Maafkan kami yang telah mengira kau adalah anggota Ratojeng".-Ucap Bobo seraya menyarungkan kembali pedangnya.

"Apa Maksudmu?".

"Semua ini hanyalah sebuah kesalah pahaman!".

"Apakah kalian menganggapku pengawal Ratojeng?".

"Ya!".

"Akupun sama!

Itulah alasanku menyerangmu!

Benar!

Aku adalah Anggota KUNEON!".

Bobo : Hmm. Sebenarnya apa yang kalian rencanakan?".

Tak sempat berkata.

Tiba-tiba dari arah pintu sebuah Anak panah dan sebuah pedang bersamaan melesit laju kearah Ribusah Dan Bobo.

Dengan sebuah gerakan cepat, Ribusah merunduk untuk menghidari pedang itu.

Begitu pun dengan Bobo, ia menghunuskan pedangnya untuk menangkis selilah anak panah yang melisit laju itu.

Karena begitu kuatnya lemparan, Pedang yang dilemparkan itu tertancap di dinding ruangan.

Berhasil membelah jarak Bobo dengan Saba.

Terlihat dua Sosok lelaki mengenakan jubah hitam dan memakai topeng berwarna Biru berdiri di depan pintu.

Saba pun tertegun.

Ia benar-benar tak menyangka Evu dan Rata akan datang untuk menyelamatkannya.

Seketika Bobo berlari kearah Evu dan Rata dengan menetakkan pedangnya.

Dengan sebuah berakan cepat Ribusah berlari mencekal langkahnya dan memegang tanggan Bobo.

"Tenanglah!".

Tiba-tiba naluri yang sudah menguasainya seketika menghilang.

Berdiri bersisian, menggenggam pedang dengan poisisi siaga.

Menatap tajam kearah Evu dan  Rata sangat telihat tenang melangkah kesisi Saba.

Bobo : Rupanya kalian punya nyali juga ya!".

Rata : Ya. Majulah!

Rata menarik busur panahnya dan mengarahkan kepada Bobo.

Saba pun berkata.

"Rata, Hentikan!

Kalian Berdua tenanglah!".

Rata menurunkan kembali Busur panahnya kemudian menoleh menatap wajah Saba penuh tanya.

Saba tersenyum, seraya memberi sebuah isyarat.

"Apa yang terjadi dengannya?".-Ucap Rata dalam hati.

Saat ini Rata dan Evu tercengang melihat sikap aneh Saba. pasalnya baru kali ini mereka melihat Saba tersenyum.

"Hmmm. Sepertinya kesadarnya sudah dikuasai Dua lelaki ini!".-Ucap Evu dalam hati.

"Kakak. Apakah kau baik-baik saja?".

"Ya. Aku baik-baik saja!

Kalian, menyingkirlah dari hadapanku!

Aku ingin mastikan sesuatu!".

Saba pun melangkah seraya berkata.

"Sepertinya kalian berdua Anggota Organisasi kriminal BLACK TENDE yang terkenal kejam itu ya?".

Ribusah tersenyum mendengar Ucapan itu.

"Hmm. Perampok ya?

Sungguh rapuh persepsi yang berpijak dari Purbasangka!

Meski yang terlihat demikian, Namun sesungguhnya BLACK TENDE bukanlah organisasi Kriminal atau sekelompok manusia yang tak punya pikiran dan nurani membunuh orang yang tak berdosa!".

"Hmmm. Begitu ya?

Dosa?

Apa arti sebuah Dosa?

Bukankah membunuh adalah sebuah dosa?"-Sahut Saba dengan tandas.

Ucapan itu benar-benar membungkam Ribusah.

Seketika suasana menjadi beku. Berdiri mematung. Ribusah menundukan kepalanya kemudian memejamkan kedua matanya.

Ribusah mencoba selami makna keberadaannya.

Seutas tanya tanpa pijakan.

"Dosa!

Aku tak tahu!".

Perlahan Ribusah membuka matanya kemudian menatap kedua telapak tangannya.

"Aku benar-benar tak tahu!

Meski terpaksa, namun saat ini hanya dengan begitu kami bisa mewujudkannya.

Kehidupan tanpa Durjana!".

Mendengar pernyataan Ribusah, seketika ayal melebur menjadi satu. Kecambah, Asa yang runtuh di dalam diri Saba kembali teguh.

"Benar, membunuh adalah sebuah dosa!

Namun ketahuilah, Selama ini BLACK TENDE hanya menerima jasa pembunuhan khusus mereka yang terbukti melakukan tindak pidana Korupsi, dan terbukti mendukung Peperangan!".

"Ya. Namun seluruh harta dari korban kalian ambil.

Apakah kalian menikmatinya?

Apakah itu bukan sebuah kejahatan?".

Saat ini Saba benar-benar di kuasai amarah.

"Hmm. Purbasangka lagi ya!

Ya benar, seluruh harta dari orang yang kami bunuh semuanya kami ambil. Namun ketahuilah, seluruh harta itu adalah milik Rakyat yang mereka renggut dari berbagai cara.

Ku beritahu untukmu ya. Tak sepser pun uang itu kami ambil!

Semua kami bagikan kepada Rakyat di seluruh kerajaan yang sangat membutuhkan.

Berpersepsilah! Berpurbasangkalah!

Ya benar!

Aku pun menyadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan namun kami percaya, hanya cara itu kami dapat menegakan keadilan!".-Tutup bobo seraya melangkah.

Bobo benar-benar ingin menebaskan pedangnya pada leher Saba.

Namun tak ada daya, niatnya terhalangi karena tangannya masih terus digenggam Ribusah.