-Kerajaan NUNUMBUKU-
Memakai jubah kuning melangkah di antara keramaian penduduk Nunumbuku.
"Kami harus berhati-hati.
Setelah kegagalan itu. Sepertinya Bocah itu akan dikawal ketat!".
"Berhati-hatilah jangan sampai ada orang yang mencurigai kita.
Apa kalian mengerti?".-Ucap Tonggu kepada Dua anggotanya.
"Baik kami mengerti!".
*
Masih di tempat yang sama, Cira duduk seraya menatap langit yang sedang Biru cerah itu.
Cira pun tersenyum melihat sepasang burung terbang Melintas.
"Hmm. Andai saja aku sudah menguasai Jurusnya. Pasti hidupku tak sesempit ini!
Sebenarnya apa tujuan Orang-orang itu mengincarku?
Hmm Dasar menyebalkan!".
Cira pun terkejut dengan kemunculan Tiga Sosok lelaki yang iba-tiba berdiri di hadapanya.
"Siapa kalian?".
Cira pun berdiri.
"Tangkap dia!".-Ucap Tonggu seraya Menghunuskan Pedangnya.
Sira pun menghunuskan pedangnya dan menagkis dua Serangan lekaki itu.
Berdiri memegang busur panas seraya membidikan kearah Cira.
Cira pun terkena sebuah anak panah milik Tonggu.
"Sial!".-Ucap Cira seraya memencabut anak panah itu.
Tatapannya mulai samar. Cira pun jatuh bertekuk.
"Sial. Sepertinya anak panah yang mengenaiku beracun".
Saat dua anggota Tonggu mendekatinya, tiba-tiba Ranggo datang mencekal langkah mereka dengan Sebuah tendangan.
Mereka pun terpelanting.
"Panglima Ranggo.
Sial".
"Mundur!".
Tonggu pun memutuskan untuk melarikan diri.
***
-Belantara-
"Ribusah. Aku tak menyangka bisa kembali bertemu denganmu!".
"Ya. Aku pun begitu!".
"Hmm, Saat ini tampangmu sangat berbeda!
Oh, iya. Apa yang membuatmu kembali ke tempat ini?".
"Entahlah!
Sama sepertimu. Saat ini tampilanmu sangat jauh berbeda dari sebelumnya!".
"Hmm.
Sekarang apa rencanamu Ribusah?
Apakah kau bersedia bergabung kembali?".
"Maafkan Aku Bobo!
Aku tak bisa!
Hmm, Apa Sun baik-baik saja?".
"Hmm. Baiklah!
Ya. Ketahuilah. Sun benar-benar merasa kehilanganmu!".
"Hmm. Sampaikan salamku padanya!".
"Baiklah!".
Bobo menatap pedang yang saat ini di genggaman Ribusah.
Lanjut Bobo berkata.
"Oh iya. Selama ini aku mencarimu untuk mengembalikan pedang itu!".
"Apakah kau tak lagi membutuhkannya?".
"Ya. Aku sudah mendapatkannya!".
Bobo pun tersenyum seraya mengangkat pedangnya.
"BABEVURI".
"Hmm. Baiklah!".
"Terima kasih Ribusah!".
"Ya!".
"Aku tak menyangka ia adalah Pengeran Ribusah!
Keturunan murni Tadulako!".-Ucap Kacong dalam hatinya.
"Ternyata pedang yang selama ini Di gunakan Bobo adalah pedang milik Ribusah ya?".-Ucap Evu dalam Hati.
"Oh iya, Bobo. Bisakah kau mengantarku bertemu dengan Sun?".-Ucap Pawata.
"Ya!".
"Baiklah!
Oh iya. Ribusah, Apa Rencanamu saat ini?".
"Aku akan membalaskan dendam ini, dan kembali merebut Kerajaan dari tangan Dwi Murti biadab itu!".
"Baiklah!
Kita akan melakukannya bersama!".
"Ya. Saat ini aku sedang mencari Ribuyah!
Apa kalian tahu dimana dia berada?".
"Hmm. Kabar yang terakhir ku dengar Ribuyah berada di Suku Tapa! Wilayah Timur dekat belantara".-Jawab Regita.
"Baiklah. Aku akan pergi kesana untuk mencarinya!".
"Regita kau temani Ribusah!
Aku Saba, Evu dan Rata akan pergi menemui Sun.
Jika kalian telah menemukan Ribuyah, kembalilah ke Markas, kita akan bertemu disana!".
"Baik!".-Ucap Regita.
"Kacong!
Ini untukmu!".-
Ucap Pawata seraya memberikan tanaman "Mantalalu dan Balacai".
"Baik. Terima kasih!
Kembalilah kekerajaan, bangun kembali pasukan, tiba Saatnya kita akan bertemu dan memerangi mereka Semua!
Sampaikan Salamku pada, Alex dan Fudin!".
"Baik. Akan ku sampaikan!".
"Hmm Baiklah. Kita pergi Bobo!".
"Ya!
Jaga baik-baik dirimu Ribusah, berjanjilah padaku, Aku menunggumu!".
"Ya!".
"Ribusah. Aku juga menunggumu!".-Ucap Kancong seraya pergi.
"Tiba waktunya akan ku kuasai kembali Vonggi. Tunggu aku Kacong!".-Ucap Ribusah dalam hati.
"Semoga kau baik-baik saja Ribusah!".-Ucap Saba dalam hati.
"Regita jaga baik-baik Ribusah!
Kami titipkan ia Padamu!".
"Baik! Serahkan saja padaku!".
***
-Kerajaan NUNUMBUKU-
Di sebuah Ruangan.
Memakai baju Zirah, pedang terikat di pinggang.
Berdiri menautakan tangan di dada seraya menimbang segala kemungkinan.
"Janggo. Pergi ke belantara, temui Pawata. Sampaikan informasi ini padanya!".
"Baik!".
***
-Kerajaan TAIPA MADIKA-
"Bagaimana keputusanmu kak Ratojeng, apakah kau benar-benar ingin menerima tawaran kerjasama dari Babon?".
"Ya!".
"Mengapa?
Bukankah tawaran itu akan merugikan untuk kita?".
"Aku tahu itu Jeko!
Jika Sando dan Sun masih hidup mungkin aku akan menolaknya.
Saat ini tak ada pilihan. kita harus menerima tawaran itu agar kekuatan pasukan kita setara dengan kerajaan-kerajaan lainnya.
"Saat ini pencarian tengah belangsung, bulum ada kepastian bahwa Kak Sun Dan Paman Sando benar-benar tewas!".
"Semalam, aku sudah memerintahkan mereka untuk menghentikan pencarianya!".
"Tapi kak...".
"Aku tak peduli Jeko!
Aku tatap akan menerima tawaran itu!".
"Seperti Melempar dadu!
Memutuskan sesuatu tanpa dasar yang jelas, sama halnya menjadikan kerajaan ini menjadi taruhannya!
Pikirkanlah baik-baik keputusanmu itu!".-Ucap Jeko kemudian pergi.
Saat ini kebencian tengan menyelimutinya.
Balas dendam. Hanya itu yang ada dibenaknya.
"Hmm. Kau benar-benar lemah Ratojeng!
Bergabunglah, setela itu kita perangi mereka untuk membalas kematian Sun dan Sando!".
"Lihatlah Sabo! Aku ku balas kalian!".
***
Di balkon. Duduk termenung sambil menatap bintang-bintang.
"Ayah, Ibu, Maafkan Aku!
Aku tak bisa melindungi mereka!".
"Ternyata ayah disini!".-Ucap Pande seraya duduk tepat di hadapanya.
"Ada apa Nak?".
"Ibu mencarimu!"
"Ayah!".
"Hmmm".
"Apakah ayah akan menerima tawaran Kerjasama itu?
Ayah tahu kan, apa akibatnya Jika ayah menerimanya".
"Ayah tak peduli itu Pande!
Semua ini ayah lakukan hanya untuk melindungi kerajaan kita!".
"Tak harus menjadi bagian dalam Proyek itu!
Kekuatan. Cukup membuat pelatihan khusus untuk seluruh Prajurit kita, tugas ayah melindungi kerajaan sudah terlaksanakan!
"Benar apa yang di ucapkan Pande!".-Ucap Sampoana yang datang Tiba-tiba.
"Apakah kau lupa kerajaan Silam?
Dulu kakek mati-matian menentang Paktik itu, dan percaya pada kekuatan Prajuritnya sendiri.
Jika kita masuk dalam Proyek itu nama baik kita akan benar-benar tercoreng!".
"Saat ini aku tak peduli itu!
Aku hanya ingin melakukan apa yang harus ku lakukan!".
"Hmm, Jika Sanja masih hidup ia pasti akan tertawa mendengar keputusanmu ini!
Pikirkanlah baik-baik Ratojeng!".-Tutup Sampoana kemudian pergi.
-Disebuah Ruangan Rahasia-
"Apa kau yakin Sun dan Sando benar-benar tewas, Ebong?".
"Meski jasadnya belum kami temukan, namun aku sangat yakin tak ada orang yang bisa selamat jika jatuh di jurang yang sangat dalam itu!".
"Bagus!".
Setelah lama menunggu, Akhirnya Bute pun tiba.
"Maaf jika kalian sudah menunggu lama!".-Ucap bute kemudian duduk tepat di hadapan Nebot.
"Hmm, Bagaimana Bute?
Apakah Ratojeng Menerima Tawaran kerjasama itu?".
"Ya!
Selangkah lagi rencana kita akan berhasil!".
"Hmm, Bagus Bute!
Ebong, Pergilah kau temui Gora!".
"Baik!
Laksanakan!".
"Bute. Apakah Aku yakin Sun dan Sando sudah Mati?".
"Ya. Aku yakin mereka sudah tewas, meski kami menemukan Jasadnya, tapi kita harus tetap berhati-hati!".-Sahut Bute dengan Tandas
"Hmmm, Semoga saja jasad mereka sudah menjadi santapan hewan buas!".