Setelah beberapa Waktu dibawah bimbingan Bobo. Ribusah semakin bertambah kuat.
Banyak hal yang dipelajarinya dari bobo.
Karena kemampuanya, Ribusah digadang-gadang menjadi Ketua Divisi.
***
-Markas KALIKIT-
"Bagaimana?
Apakah kalian berhasil menangkap bocah itu".
Kempi : Ia berhasil melarikan diri!
Bocah itu benar-benar kuat!
Bahkan Ia membunuh Loba!".
"Hmmm. Aku tak menyangka Anak itu benar-benar Kuat!".-Ucap Gora dalam hati.
Gora pun tersenyum.
"Sekarang kau kumpul semua anggota. Perintahkan mereka untuk segera kembali menangkap Bocah itu!".
"Baik!".
"Hmmm Tidak salah lagi.
Ia adalah Putra Tobibo!".
***
"Di ruangan Sun"
"Sando. Untuk mengisi kekosongan Divisi Analis, aku akan menunjuk Ribusah mengisinya. Bagaimana menurutmu?".-Terang Sun.
"Ya. Aku setuju!
Meski dia masih Baru, namun Ribusah sangat tepat di posisi itu!".
"Baiklah!
Hmm. Apakah Bobo telah kembali?".
"Ya. Ia baru saja kembali!".
"Baiklah. Kau temui dia sampaikan padanya tentang keputusan ini!".-Perintah Sun.
"Baiklah!".
-Ruangan Anggota-
Sando pun menemui Bobo yang tengah melepaskan seragamnya.
"Bagaimana Misimu Bobo?".
"Selesai!".
Sando terkejut melihat sebuah Luka sabetan di punggung bobo.
"Kau terluka ya!
Apa kah kau bertarung dengan mereka?".
"Tidak. Di perjalan pulang aku di kejar beberapa Orang misterius.
Aku bertarung, mereka benar-benar sanggat tangguh!".-Seru Bobo.
"Orang misterius?".
"Ya. Mereka mengenakan Jubah berwarna kuning!
Apakah kau mengenal mereka?".
"Memakai jubah kuning ya?".
"Gora?
Sial! Sepertinya ia telah mengetahuinya!".-Ucap Sando dalam hati.
Sando pun menyahut.
"Aku tak tahu!
Mulai saat ini kau berhati-hatilah!".
"Baik!".
"Oh iya. Sun akan menunjuk Ribusah menjadi kepala Divisi Analis. Bagaimana Menurutmu?".
"Aku setuju!
Saat ini, hanya Ribusah lah yang pantas ditempatkan pada posisi itu!".-Tanda Bobo.
"Baiklah, kalau begitu tolong kau cari Ribusah. Sampaikan padanya Sun sedang menunggu di Ruangannya!".
"Baiklah!".
"Hmm. Setelah itu kau ke Laboratorium, aku akan memeriksa kondisimu!".
"Ya!".
-Di ruang Anggota-
Saat ini terlihat sejumlah anggota sedang memakai perlengkapan , bersiap untuk menjalankan misi.
"Kento.
Apakah kau sudah Siap?".-Ucap Paksi
"Ya. Aku Siap!".-Sahut Kento dengan tandas.
Mereka pun melangkah.
"Paksi. Ku dengar Ribusah akan diangkat menjadi Ketua Divisi Analis. Apakah kabar itu benar?"
"Aku tak tahu!
Mungkin saja benar!
Mungkin untuk mengisi Kekosongan Jabatan itu!".
"Hmm. Aku sangat setuju.
Jika dilihat, saat ini hanya Ribusah lah yang pantas memimpin Divisi itu.
Meski ia masih sangat mudah, dan belum lama bergabung namun Ribusah sudah menguasai berbagai Strategi!".-Seru Kento.
"Ya. Anak itu sangat Jenius!
Tak hanya itu. Ia juga sangat tangguh dalam bertarung!
Baiklah, Ayo kita berangkat!".-Tutup Paksi.
-
-Ruangan Sun-
"Gawat Sun!".-Ucap Sando yang tengah melangkah tergesa-gesa itu.
"Hmm. Ada apa?".
"Sepertinya Gora telah mengetahui identitas Bobo!
Saat di perjalan pulang, Bobo di hadang Sekelompok Orang yang memakai Jubah Kuning.
Yang ku tahu, hanya Kelompok KALIKIT lah yang menggunakan Jubah berwarna itu!".
"Sial!
Sekarang Kirim informasi ini kepada Bibi Sampoana.
dan juga mulai saat ini perintahkan Bobo untuk tetap berada di markas!".
"Ya".
***
-Belantara-
Meniti setiap jalan. Belajar dan terus berlatih. Saat ini hanya itu yang dilakukannya.
Tak henti, terus melangkah mencari jawaban dari pertanyaan lalu.
Sudah seharian Ribusah berjalan, dahaga pun mulai terasa.
Menyambung asa saat mendengar Suara Gemuruh air sungai.
Ketika sampai di tepi sungai, Ribusah terkejut melihat Sesosok lelaki yang sedang berdiri tepat di hadapannya.
Hal yang sama terjadi. Lelaki itu pun terkejut dengan kehadiran Ribusah.
"Siapa kau?".-Kata Lelaki itu sambil menghunuskan pedangnya.
Melihat sikap lelaki itu, langkah Ribusah pun terhenti.
Ribusah menatap Lelaki itu dengan tatapan yang tajam.
Bertubuh kekar, sekujur tubuh di penuhi Garis berwarna putih.
"Siapa dia? Apakah dia anggota dari Suku RAY? ".
Lewat tampang dan pernak-pernik di tubuh lelaki itu membentuk Praduga Ribusah.
"Kau orang jahat ya?".-Ucap Ribusah Seraya menghunuskan Belatinya.
Lelaki itu pun tertawa dan menurunkan pedangnya.
"Hmmm, Prasangka mu sangat tepat bocah!".
"Ya. Terlihat Dari penampilanmu!".-Sahut tandas Ribusah.
"Hmm, Jika kau menilai seseorang hanya dari tampilannya, maka kau tak punya banyak kesempatan untuk berlajar dari orang-orang yang hebat!".-Tandas lelaki itu.
Ribusah menyarungkan belatinya dan meneruskan langkahnya.
Bertekuk meraup air dan membasuh wajah.
Pandangannya terus kearah lelaki itu.
"Siapa dia sebenarnya?
Sepertinya aku sudah Salah menilainya!"-Ucap Ribusah dalam hati.
Tak lama kemudian Lelaki itu pun bergegas pergi tanpa menghiraukan Ribusah.
***
-Rungan Sun-
Sando mendapati Sun yang tengah duduk Termenung.
"Bagaimana? Apa kah Ribusah menyetujuinya?".
Sun pun bangkit dari tempat duduknya seraya melangkah membelakangi Sando.
"Paksilah yang akan mengisi Divisi itu!".
"Paksi?
Hmm. Ada apa?
Apakah Ribusah menolaknya?".
"Ribusah sudah pergi!".
***
Di jalan setapak, terhuyung melangkah.
"Apa kau mengikutiku, Bocah?".-Ucap lelaki itu seraya meneghentikan langkahnya.
Ribusah pun terpaku membisu.
Lanjut lelaki itu berkata.
"Katakan!
Apa yang kau inginkan dariku?".
Lelaki itu pun menoleh menatap Ribusah.
"Bolehkah aku bertanya padamu?".
"Hmm. Katakanlah!".
"Apa kau tahu jalan keluar dari belantara ini?".-Ucap Ribusah.
Seketika lelaki itu terhuyung.
Tak sempat berkata, tiba-tiba jatuh pingsan.
Ribusah pun tercengang, dan bergegas menghampirinya.
Setelah beberap waktu tak sadarkan diri akhirnya lelaki itu pun Siuman.
Saat Ia membuka kedua matanya, seketika terkejut melihat Ribusah duduk di sisinya.
"Akhirnya kamu siuman!".
"Hmm".
"Ternyata dirimu sedang terluka ya?".
"Ya. Awww"
Jeritnya seraya memegang bebetan pada sisi kanan Dadanya.
Ribusah pun berkata.
"Sepertinya kau terkena Sabetan pedang yang beracun!
Tapi tenanglah!
Lukamu sudah ku Obati!".
Lelaki itu pun terdiam seraya menatap Ribusah.
"Terima kasih!".
"Oh iya. Kau belum jawab pertanyaanku.
Apa kau tahu dimana jalan keluar dari bentara ini?".
"Aku tak tahu!".-Sahutnya seraya bangkit.
"Hmm, Baiklah!".-Ucap Ribusah Seraya melangkah.
"Kau mau kemana Bocah?".
Langkah Ribusah pun terhenti.
"Aku tak tahu harus kemana?
Aku hanya ingin mencari jalan keluar dari tempat ini!".
"Apakah kau Berasal dari suku ₩?".
"Suku ₩?
Tidak. Aku hanya sedang tersesat!".
"Hmm. Ikutlah denganku!".-Ucapnya seraya melangkah.
"Kemana?".
Lelaki itu pun tak menjawabnya.
"Baiklah!".
Setelah menyebrangi beberapa Sungai, akhirnya mereka tiba disebuah pemukiman.
Ribusah pun terkejut melihat Rombongan Orang berlari menghampiri mereka.
"Ketua!".-Ucap mereka serentak.
"Syukurlah kau selamat!
Kami mengira kau sudah tertangkap oleh kelompok itu!".-Ucap Lompu.
"Aku berhasil lari dari kejaran mereka!
Lompu, sampaikan pada parawanita untuk segera memasak!
Hari ini kita ada Tamu!".
"Baik Ketua!". Sahut Lampu seraya pergi.
Mereka pun serentak Menundukkan kepala seraya berkata.
"Selamat Datang!".
"Ya. Terima kasih!".
"Hmmm, Ternyata lelaki ini adalah Pemimpin di Suku ini ya!".-Ucap Ribusah dalam hati.
"Hmmm, mengapa kau mengajakku kemari?".
"Sebagai bentuk terima kasihku!
Oh iya. Selamat datang Di VATUTEMPA!
Aku Ranggo, Kepala Suku RAY".
"Hmm. Begitu ya?
baiklah!
Aku Ribusah!".
"Ikuti aku!".-Ucap Ranggo.
Dari ujung jalan, terlihat seorang Wanita berambut Merah, manangis sambil berlari menghampiri mereka.
Berlari seraya mendekap Ranggo.
"Syukurlah kau selamat!".
"Hmm. Aku berhasil melarikan diri dari mereka!".
"Hmm, Siapa bocah ini?".
"Ia adalah Ribusah!
Ia lah yang telah menyelamatkanku!".
Wanita paruh baya itu pun menundukan kepala, seraya berkata.
"Terima Kasih, karena sudah menolongnya!".
Sikap itu adalah simbol penghormatan dari suku RAY.
"Hmm!".
"Oh Iya. Sampaikan pada semua anggota untuk segera berkumpul di BARUGA (Tempat pertemuan).
Ada informasi penting yang harus ku sampaikan!".-Titah Ranggo
"Baiklah!".
Mereka semua pun pergi.
Ribusah menatap penuh tanya.
"Ranggo, yang berambut merah itu Istrimu ya?".
"Hmmm. Kali ini asumsi benar!".-Ucap Ranggo Seraya tersenyum.
"Hmm. Apa kalian penduduk asli di tempat ini?".
"Tidak. Kami hanyalah pendatang ditempat ini!
Kami semua berasal dari kerajaan VONGGI".
"Kerajaan VONGGI?".
"Ya. Karena terjadi suatu hal, Kami pun melarikan diri kebelantara ini!".
"Hmm. Begitu ya!
Apa yang terjadi?".
"Selain Gejolak di dalam kerajaan, Pemimpin baru kami memberlakukan Aturan kerja paksa.
Ia mengirim Ribuan penduduk untuk membuat benteng-bemteng pertahanan.
Tak hanya itu, mereka mengambil seluruh anak-anak di suku kami".-Terang Ranggo.
"Biadab!
Apakah pemimpin baru kalian menjadikan anak-anak itu menjadi pekerja?".
"Aku tak tahu!
Kata Sebagian Orang anak-anak itu akan dijadikan Objek penelitian!".
"Hah? Objek penelitian?".
"Biadab Kau Dwi murti!".-Ucapnya dalam hati.