Seharian di pembaringan membuat Ribusah terasa Jenuh.
Ia pun memaksakan dirinya untuk bangkit dari pembaringannya.
Tertatih, melangkah ke arah kursi tepat depan jendela.
Angin berhembus membawa semerbak.
Seketika Ribusah pun mematung.
"Jasminum?".
Senyum merekah, mengendus Aroma harapan. Ribusah pun seketika bangkit dari tempat duduknya kemudian membuka jendela.
Terperangah. Ribusah Takjub melihat bunga sedang merona di sebuah taman kecil.
Jasminum!
Aroma itu membawa memori masuk ke Ruang Rindu.
Menari bersama luka-lukanya. Sembilu, Air matanya pun berlinang.
Luka-luka itu kembali darah, Membuat langkah Ribusah terhenti.
"Kamu sedang apa disini ha?"
Wanita itu terkejut melihat kondisi Ribusah yang tengah bersimbah darah.
Ribusah pun hanya diam membisu.
Lanjut wanita itu berkata.
"Kan sudah ku katakan, jangan memaksakan diri dulu!
Dasar! Sana, kembali ke tempat tidurmu!
Berdiri mematung. Ribusah pun tak menghiraukan Ucapan wanita itu.
"Kamu tuh ya, diberitahu keras kepala!".-Ucap wanita itu sambil melangkah mendekati Ribusah.
Saat wanita itu menyentuh tangan Ribusah, ia kembali terkejut melihat wajah Ribusah sedang dipenuhi linangan Air mata.
"Kamu kenapa?".
Seketima Rasa Iba menyelimutinya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Ribusah menoleh kearah Wanita itu seraya mendekapnya.
"Terima kasih!".-Ucap Ribusah penuh Emosi.
Wanita itu tercengang.
"Terima kasih buat apa?".-Ucap wanita itu seraya mengusap pundak Ribusah.
"Apa yang terjadi dengannya?".
Ribusah pun melepaskan dekapannya kemudian melangkah keruangan-nya.
Wanita itu pun tersenyum, kemudian meraih tangan Ribusah.
"Aw, Sakit!".
"Maaf! Aku tak sengaja!".
"Dasar manja!"
Senyum pun merekah.
"Awww. Pelan-pelan!".
"Iya. Maaf!".
Menatih sampai ke pembarigan.
"Sekarang berbaringlah!".
"Ya. Pelan-pelan!".
"Huu Dasar manja!"-Sahut Wanita itu.
"Kenapa makanannya tak dihabiskan haa?".
"Hmm, Sudah ku paksakan!
Kamu menaruhnya kebanyakan!".
Wanita itu pun tersenyum, kemudian berkata.
"Ohh, Kebanyakan ya?
Maaf!".
"Dasar!".-Gerutu Ribusah.
Tanpa kata, Senyum Ribusah merekah.
Wanita itu pun melanjutkan Ocehan-nya.
"Ternyata dia menyebalkan!".
"Kenapa Senyum-senyum haa?".
"Kamu Cantik, kalau lagi Marah!".
Seketika Pipihnya merona, Ucapan Ribusah benar-benar menyihirnya menjadi tersipu, kemudian berkata.
"BOKAMATE DE NGANA WEI!".
"Serius!
Sumpah!".-Ucap Ribusah Seraya mengedipkan Mata.
"BODOK!".
Hari pun berlalu.
Terjaga di ujung malam, seketika wanita itu bangkit dari pembaringan-nya.
Bercucur peluh.
Mimpi buruk, Selalu.
Setelah berkemas.
Sebelum pergi melakukan kewajibannya, wanita itu menyiapkan semua kebutuhan Ribusah.
"Jaga diri baik-baik!
Semoga harimu menyengkan!"
Adalah pesan yang selalu disematkan.
Saat melewati pintu, wanita itu terkejut melihat Ribusah sedang duduk di kursi depan jendela.
"Lagi memikirkan apa?
Semalam kamu tak tidur ya?".
"Tidur!".- Jawab Ribusah dengan nada datar.
"Jangan bohong!".
"INA... INA... kalau tidak percaya jangan bertanya!".
"Iyaa..Iyaa!
Apa yang sedang kamu rasakan?
Apakah lukanya sudah tak sakit lagi?".
"Hmm.
Aku boleh bertanya sesuatu?".
"Apa?".
"Apa arti hidup bagimu?"
Mendengar pertanyaan itu, wanita itu pun menghela nafas panjang, kemudian duduk tepat disisi kanan Ribusah!
"Coba kamu lihat bunga itu!
Untuk sampai ke keadaan itu, butuh perjuangan. Butuh waktu yang panjang!
Hmm, Sebentar lagi Matahari kan merekah.
Saat cahaya menyentuhnya, ia kan mekar dan mengelurkan semerbak selama Tiga hari, setelah itu ia akan layu kemudian gugur.
"Hidup adalah sebuah Perjalanan waktu!
Niscaya. Persimpangan dan Aral melintang menjadi bagian disetiap jalan.
Semua bergantung pada pilihan!
Terus melangkah!
Meski tertatih, Jatuh, kita harus bangkit kembali, hingga Sampai tujuan!
Keterangan wanita itu menjelma menjadi harapan. Menambah kekuatan pada Ribusah untuk menemukan Arah.
"Terima kasih!".
"Hmmm, bagaimana lukanya?".
"Sudah mendingan!
Tapi perihnya masih terasa!".
"Makanya, jangan keras kepala kalau diberitahu!
Coba ku lihat!
Hmm, sebentar lagi lukanya akan sembuh!".
"Hmm.
Lapar le!".
"Lagi pake mode Tega!".
"Hmmm. Mau ambil makanan tapi kaki masih sakit!
Sudahlah, kali ini Tirakat dulu!".
"Eeeranga!
Baiklah. Tunggu!
Mumpung lagi pake mode Mau!".
"Emm teusah!
Tak perlu Repot-repot!".
"Oeeleee!".
"Hahahaha".
"Tangan lagi sakit, juga!
Coba-nya sudah sembuh, pasti makan sendiri!".-Ucap Ribusah dengan Raut sedih.
"Maimo, tumo mo kode-kode Ngana Mate!
Sini, biar ku suap!".-Ucap wanita itu seraya duduk tepat di hadapan Ribusah.
"Kasihan Dia!".
"Oh iya, Nama kamu siapa?".
"Ribusah!".
"Oh Ribusah!
Apa yang membuatmu sampai di tempat ini?
Apakah kau penghuni belantara?".
"Tidak!
Aku tak tahu!".
"Sebenarnya kamu ada masalah apa?".
"Aku tak punya masalah!".-Jawab tandas Ribusah
Fisiognomis. Wanita itu pun tahu jika Ribusah saat ini sedang berbohong.
"Hmmm. Tak usah malu!
Ceritakanlah padaku!
Aku kan mendengarnya kok!".
"Aku tak mengingatnya!".
"Baiklah Kalau begitu!
Selesai minum obat, istrahatlah!".
"iya. Terima kasih!
Terima kasih karena sudah membantu ku!".
"Hmmmm!".
"Baiklah! Aku harus pergi!
Ingat. kamu jangan keluar Rumah!
Tunggu aku pulang ya!".
"Iya. Iya.. dasar bawel!
Semangat!
kamu hati-hati ya!".
"Ya!".
"Semoga harimu menyenangkan!".
"Dah!".
***
-Markas KUNEON-
"Regita apakah kau sudah mendengarnya?".-Ucap Pawata Seraya duduk disebuah kursi tepat depan Meja monitor.
"Hmm. Ada kabar Apa?".-Jawab Regita yang sedang Serius mentap layar monitor.
"Saat ini Dwi murti sedang menuju ke TPU untuk melakukan pertemuan dengan beberapa petinggi kerajaan.
Dari informasi yang ku dapatkan, saat ini Dwi murti kembali berencana merebut Wilayah semenajung Selatan".
"Apa!
Dwi murti benar-benar Gila!
Sekarang apa rencana mu?".
"Kita akan kacaukan Pertemuan itu!
Saat ini Sabo ada dipihak kita!
Ia juga akan menghadir pertemuan itu dan meminta bantuan kita untuk mengacaukannya!".
"Baiklah!".
"Aku Juga telah mengirim Tim 'KINGGIRI' ke wilayah Selatan untuk mengamati keadaan.
Sekarang Bersiaplah!
Kita akan pergi tempat pertemuan itu!".
"Ya!".
***
-Markas BLACK TENDE-
Memakai Jubah Putih mengenakan Topeng berwarna Hitam.
Dua Tim berbaris sedang menunggu perintah.
Sun pun datang menemui mereka.
"Saat ini, beberapa Petinggi kerajaan sedang melakukan pertemuan Di TPU.
Misi kalian adalah Menyusup ke tempat Pertemuan itu cari tahu apa rencana mereka!".-Ucap Sun.
"Baik!".
***
-Di TPU-
Setelah melewati Pos Jaga, Babon menatap beberapa Anggota Ratojeng sedang berjaga.
"Jeprus, Laos. Kalian tetap berhati-hati!".-Ucap Bobon seraya turun dari kereta miliknya.
"Baik. Kami mengerti!".
-
"Apakah ia adalah Putramu Ratojeng?".-Ucap Babon yang tengah duduk menatap Pande.
"Ya!".
***
Berdiri di sela Pepohonan.
"Regita, sebantar lagi mereka akan tiba. Kau tunggu mereka disini, aku akan pergi memeriksa keadaan.".
"Baik!".
Melangkah di antara semak, Pawata pun telah menyadari bahwa ia sedang diikuti.
"Siapa mereka?".
Saat Pawata melangkah, tiba-tiba empat Orang datang menyerangnya dari dua arah.
Pawata pun menagkis sabetan pedang dari keempat orang itu.
Dengan sebuah gerakan cepat, Pawata pun melompat kemudian menendang Dada dari salah seorang itu.
Melirik kearah lelaki yang sedang berdiri mengenakan topeng.
"Seperrinya dia pemimpinnya!".
Tak berhenti, kemudian Pawata berlari kearah lelaki itu dengan memberi sebuah serangan Pedang.
Tak kalah cepat, Lelaki bertopeng itu pun menghunuskan pedangnya menangkis serangannya dan membalas serangan Pawata dengan sebuah jurus Pedang.
Meski terhempas. Pawata berhasil menangkis serangan balik itu.
"Bukalah Topengmu! Aku telah mengetahuimu Kolo!".
Kolo pun membuka Topengnya".
"Aku tak Menyangka kalian akan mengkhianatiku!".
"Aku tak mengkhianatimu!
Hanya saja saat ini posisi pandang kita berbeda!".
Kolo pun menurunkan pedangnya. Dan keempat anggotanya kembali menyerang Pawata.
Hanya dengan sekali tebasan keempat orang itu jatuh terena sabetan pedang dari Pawata.
Tanpa jeda, empat anggota yang terisa pun serentak menyerang Pawata.
Terus bertarung, menghindari sabetan demi sabetan.
Pawata menebaskan pedangnya untuk mebelah jarak.
Berdiri seraya menatap tajam. Pawata pun berkata.
"Tobarani".
Baiklah. Jika itu keinginan kalian!".-Ucap Pawata sembari menguatkan genggaman pada pedangnya.
"Majulah!".
Berdiri mengamati pertarungan. Tiba-tiba Kolo terkejut dan menangkis sebilah anak panah yang melesit laju ke arahnya.
"Maaf. Kami sedikit terlambat!".-Ucap Evu yang tengah berdiri tepat di sisi Pawata.
Memakai Jubah Hitam, dan mengenakan Topeng berwarna Biru.
"Siapa mereka?".
Evu pun menatap Kolo penuh Amarah, kemudian mendongkak menyerang anggota Kolo yang tersisa.
Begitu pun dengan Kolo, ia berlari dengan kecepatan penuh untuk mencegah serangan Evu.
Kalah cepat Dari Pawata, Pawata berhasil memukul wajahnya dari sisi kanan.
Pukulan itu membuat Kolo terpelanting jauh.
Berdiri dengan nafas terengah-engah.
"Sial!".
Mendongkak seraya mengayunkan Pedang.
Serangan tiba-tiba dari Ojo berhasil mengenai Perut Pawata, sehingga membuat bertekuk lutut.
"Sial!"
"Kau semakin Lemah saja Pawata!".-Ucap Ojo seraya melompat ke sisi Kolo.
"Apa kau baik-baik saja Kolo?".
"Ya. Aku baik-baik saja!".
"Pawata. Apakah ini yang kau maksud Galara Sejati?".
Pawata pun Bangkit Seraya tersenyum.
"Hmm. Ojo NGANAMATE yang Pernah ada!
Majulah pengkhianat!".
Ojo pun gusar mendengar Ucapan itu. Tanpa kata Ojo berlari menyerang Pawata.
Tangkis menangkis serangan, serangan Pawata pun berhasil melukai Ojo kemudian menendangnya sehingga Ojo terpelanting jauh.
"Hmm hanya segitu?
Kukira sejak kepergianku kau bertambah Kuat Ojo!".
"Sial!".
Ojo pun Bangkit kembali menggenggam Pedangnya.
Serangan Bersama.
Dengan Sedikit terluka Pawata dapat menangkis Serangan Kolo dan Ojo.
Serangan tiba-tiba. Ojo terkejut dengan serangan Balasan dari Rata.
"Sialan!".
Anak panah Rata melesit dengan Sangat Cepat, dan berhasil mengenai sisi perut kiri nya.
"Sialan!".-Ucap Ojo seraya mencabut Anak panah itu.
"Apakah paman baik-baik saja?".-Ucap Rata seraya membawa Pawata pergi.
Ojo berencana ingin mengejarnya namun Kolo menghalanginya.
"Ojo. Biarkan Mereka Pergi!".