Matahari pun merekah.
Duduk termenung, saat ini Ribusah larut dalam imajinya. Tatkala ingin kembali menikmati hari-hari seperti sediakala.
"Kuda-kudaan dan pedang buatan ibu!".
Ribusah pun memulai langkah. Saat ini ia berniat kembali ke istana. Di tengah perjalanan, kata-kata ibunya terus terngiang, menambah hasrat segera jumpa.
"Ibu, Aku rindu!".
Ribusah berlari dengan sekuat tenaga. Jatuh tersungkur kemudian bangkit lagi.
Setiba di gerbang istana, langkahnya terhenti saat menatap punakawan yang sedang berjaga.
Tiba-tiba Senyuman nya merekah melihat kereta milik ayahnya sedang melewati gerbang dan menuju ke arahnya.
"Ayah, Ibu, kakak!".
Kereta itu semakin dekat.
Melesit Laju.
"Ahhh".-Jerit Ribusah.
Seketika senyuman itu berubah menjadi jerit kesakitan saat anak panah mendarat tepat di dadanya.
"Tangkap anak itu!" -Perintah Dwi murti.
Ribusah berlari bersimbah darah. Saat ini hanya ke sungai yang ada di benaknya. Berharap, disana bertemu dengan ibunya.
Nafasnya pun terasa berat. Saat Ribusah menyebrangi sungai, ia hanyut terbawa derasnya arus.
Sementara Tiga pengejar itu Terus memanahnya dari kejauhan.
Nafasnya pun Terengah-engah.
Ribusah menatap sebatang kayu yang melintang dan berusaha meraihnya.
"Hutan belantara!".
Dengan tatapan kosong, Ribusah berusaha berenang ke tepi sungai seraya menghindari anak panah terus datang membayanginya.
Kalut, Terus berlari.
Ribusah benar-benar tak megerti apa yang sedang terjadi. Serasa ia sedang berada dalam mimpi buruk.
"Mengapa aku berada dalam keadaan ini. Dikejar oleh orang yang dikenalinya dan berusaha membunuhnya".
Saat berada tepat di tepi belantara. Ribusah pun menghentikan langkahnya Kemudian berbalik.
Kecambah Kebencian didalam dirinya pun mulai tumbuh.
Dari kejauhan Sosok Tiga pengejar itu sudah terlihat.
Ribusah pun menghunuskan Belatinya.
Desiran anak panah kembali menghujaninya.
Menangkis dengan belati.
Meski sebagian telah mengenainya Ribusah terus bertahan.
Jarak mereka semakin dekat, memaksa Ribusah memasuki belantara.
"Lihatlah jejaknya!
Sepertinya anak itu benar-benar telah masuk ke belantara ini!".-Tergas Para pengejar itu.
"Ya. Ayo kita kembali!
Sampaikan pada Ratu bahwa anak itu telah masuk ke belantara!".
"Ya. Baguslah!
Kita tak perlu capek-capek mengejarnya.
Biarkan ia menjadi santapan lezat binatang buas di dalam sana!".
Menjerit lunglai, bersimbah darah. Ribusah bersandar di sebuah pohon perkasa dan berusaha mencabut anak panah yang menacap di dadanya.
Merintih, bercucur peluh. Tubuhnya gemetar, darah dan air mata mengalir menutupi luka goresan alam di sekujur tubuhnya.
Matanya perlahan melemah, kemudian tak sadarkan diri.
***
-Istana Kerajaan-
"Bagaimana? Apakah kalian berhasil membunuh anak itu?".-Tandas Dwi Murti.
"Maaf Yang mulia!
Ia berhasil melarikan diri ke dalam belantara, padahal beberapa anak panah kami telah mengenainya!".
"Tapi yang mulia tenang saja, aku yakin dengan luka itu ia takkan selamat!".-Terangnya.
"Bagus!
Biarkan ia jadi santapan hewan buas disana!".-Tutup Dwi Murti.
***
Disebuah Ruangan.
Setelah beberapa waktu tak sadarkan diri akhirnya Ribusah siuman.
Matanya terasa berat karena reaksi dari Racun anak panah yang mengenainya.
"Akhirnya kau Siuman!".
"Aku dimana?"
Menatap sekitar dengan mata sayup. Ribusah pun bertanya kepada sesosok lelaki yang sedang duduk tepat di hadapannya.
"Aku dimana?".-Ucap Ribusah dengan lirih.
"Saat ini kamu ada di tempatku!
Tenanglah! Disini kau akan baik-baik saja!".
"Terima kasih sudah menolongku Paman!".
Ribusah pun memegang luka di dada-nya dan berusaha bangkit.
"Hmm, Lukanya sudah ku obati!
Jangan memaksakan diri dulu!
Istrahatlah kembali, agar lukamu cepat pulih!".
Ribusah pun kembali terlelap.
Terjaga disepertiga malam, Ribusah pun bangkit dan mencari pemilik rumah.
"Paman!".
"Dimana dia?"
"Paman!".-Teriak Ribusah.
Tak ada sahutan.
Ribusah pun keluar Ruangan dan mendapati Sun sedang duduk termenung di bawah pepohonan.
"Paman!".
"Hmm, kau rupanya!
Ada apa?".
"Aku lapar!
Apakah kau punya sedikit makanan untukku?".
Sun pun tersenyum kemudian bangkit dan menghampirinya.
"Ya. Masuklah!".-Ucap Sun sambil menuntun Ribusah kembali keruangannya.
"Duduklah!
Tunggu sebentar, akan ku ambilkan untukmu!".
Setelah beberapa waktu menunggu, Sun pun datang dengan membawa sepenggal Roti dan segelas Air minum.
"Ini. Makanlah!".
Duduk seraya menatap Ribusah, Sun pun berkata.
"Hmmm. Bagaimana?
Apakah lukanya masih sakit?".
"Ya!".
"Setelah kau habiskan makananmu, minumlah Ramuan itu kemudian istrahat!".
"Ya!
Terima kasih!".
***
Hari berganti, semua berlalu menyimpan tanya.
"Sepertinya luka ini sudah kering".-Ucap Ribusah seraya membuka bebetan pada tubuhnya.
Makin hari, kondisi Ribusah semakin membaik.
Tak ada rencana. Ribusah pun sudah betah tinggal di tempat Sun Karena Selama ini ia dirawat dan diperlakulan dengan baik.
Duduk seraya menatap kelamnya Belantara.
Sun pun menghampirinya.
"Kamu sedang apa?".
Tak ada kata. Ribusah masih tenggelam dalam lamunannya.
"Ribusah!".
"Paman!
Iya ada apa?".
"Malam ini aku akan pergi!
Tinggalah disini!".
"Paman mau kemana?".
"Ada beberapa hal yang harus ku selesaikan!".
"Baiklah!".
"Hmm, masuklah!
Di luar udaranya sangat dingin!".-Tambahnya.
"Ya. Baiklah!".
"Baik. Aku pergi!".
***
-Markas BLACK TENDE-
"Misi kalian Adalah menyusup ke kerajaan VONGGI.
Cari tahu dimana lokasi pertemuan mereka selanjutnya!".
"Baik!".
"Jika kalian sudah dapatkan, kembalilah segera!".-Ucap Sun Kepada Dua Anak buahnya.
***
Di bawah pohon perkasa, Ribusah kembali berkutat.
Sunyi, beradu Rindu dalam dekapan Halimun.
"Mengapa semua ini terjadi padaku?
Kakak, dimana kau saat ini?"
***
-LABORATORIUM-
Duduk sembari menghadap kearah monitor. Saat ini Sando sedang Fokus menganalisis Objek penelitiannya.
Sun pun datang menghampirinya.
"Bagaimana perkembangan penelitianmu?".
"Tinggal beberapa tahap lagi.
Dari hasil Uji Klinis, sepertinya eksperimen ini akan berhasil!".-Terang Sando.
"Baguslah!
Bagaimana? Apakah ada perkembangan informasi tentang kelompok KALIKIT kau dapatkan?".
"Saat ini Jeko dan Sampoana masih terus menyelidikanya!".
"Hmmm, Sepertinya Si Gora brengsek itu sudah memulai Rencananya!".
"Ya. Sepertinya saat ini Gora telah menyusupkan anak buahnya ke dalam kerajaan!
Sekarang apa rencanamu?".
"Saat ini kita tinggal menunggu perkembangan informasi dari mereka.
Setelah itu kita kirim Tim untuk membunuh penyusup-penyusup itu!".
"Baiklah!".
"Terus amati perkembangannya.
Mulai saat ini Fokuslah pada pengembangan Eksperimen itu!".
"Baiklah!".
Saat di pintu Ruangan, Langkah Sun terhenti.
"Jika Bobo sudah kembali, perintahkan mereka untuk menemuiku!".
"Baiklah. Apakah malam ini kau akan kembali ke tempatmu?".
"Ya. Ada beberapa hal yang harus ku selesaikan!".
"Baiklah!".
***
Di ujung malam, saat mendekati kediamannya, Sun terkejut mendapati Ribusah yang tengah duduk termenung.
"Hmm, Kukira kau sudah tidur!".
Tak ada kata. Sun pun menatap Ribusah dengan keheranan.
"Hmm. Apa yang kau lihat keatas?".
"Langitnya kelam!
Bintangnya tak terlihat!
Paman. Apakah di tempat ini tak ada bintang?".
Sun tersenyum mendengar Ucapan itu.
Kemudian duduk di sisi kanan Ribusah Sambil ikut mendongak.
"Oh, Bintang?
Bintangnya ada kok!
Ia hanya sedang ditutupi rindangnya pepohonan itu!".-Sahut Sun Seraya tersenyum.
Ribusah pun terdiam seraya menggeratkan genggaman belati nya.
Sun menatap Ribusah penuh makna.
"Hmm, Kamu senang melihat bintang ya?".
"Iya. Di kamarku bintangnya terlihat sangat jelas, indah!
Sebelum tidur, ibuku selalu menunjukan padaku bintang yang paling terang!
Kata ibu, bintang adalah wujud dari harapan. Meski kelam Bintang selalu setia menghiasi malam!".
"Ibu kamu hebat ya!
Emm, Bagaimana lukamu?".
Ribusah menatap lukanya kemudian mengusapnya.
"Lukanya sudah kering, tapi sakitnya masih terasa!".
"Mmmm Baguslah!
Itu tandanya sebentar lagi lukamu akan sembuh!
Malam itu aku menemukanmu di tepi belantara!
Tubuhmu dipenuhi anak panah dan berlumur darah.
Siapa yang melakukan semua ini padamu?".
"Aku tak tahu!
Aku tak tahu mengapa mereka sangat kejam kepadaku!".
"Mereka siapa?".-Tanya Sun seraya tertegun.
Ribusah pun terdiam. Mengingat kejadian itu. Saat itulah kecambah kebencian tumbuh dalam dirinya.
"Hmm sudah. Kamu tak perlu takut!
Disini kau akan baik-baik saja!".-Ucap Sun kemudian mengusap kepala Ribusah.
Lanjut Sun berkata.
"Baiklah. Mulai besok kau ikut denganku!
Akan ku ajarkan kau cara menggunakan belati ini".
"Ya!".
Ribusah Sangat bahagia mendengar ucapan itu.
"Baiklah. Ayo pulang!
sudah waktunya tidur!".-Tutup Sun.
***
Hari berlalu.
Di belantara, tumbuh bersama kegelapan membuat kebenciannya semakin bertumbuh.
Demi balas dendam, saat ini Ribusah mempelajari beberapa teknik dari Sun.
Dari mulai teknik bertarung, sampai cara menyusup.
***
-Markas BLACK TENDE-
"Bobo. Perintahkan Semua anggota untuk berkumpul!
Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan!".-Ucap Sun
Semua anggota telah berkumpul, berdiri dengan seragam lengkap, menunggu kehadiran Sun.
Akhirnya Sun keluar dari Ruangannya didampingi Oleh Ribusah dan Sando.
"Baiklah!
Perkenalkan, Ini adalah Ribusah!
Mulai saat ini, Ribusah resmi menjadi anggota kita!
Bobo. Kau bimbing dia!".
"Siap!".-Jawab Bobo dengan Tandas.
"Ribusah?".-Gumam Bobo.
"Oh iya. Bobo, tolong kau berikan Ribusah Seragamnya!".-Tambah Sun.
"Baik!".