Chereads / Kado Natal Untuk Aku dan Anakku / Chapter 2 - SEBUAH NAMA

Chapter 2 - SEBUAH NAMA

TOK TOK TOK!

Pintu rumah terketuk setelah maghrib dan hujan sudah berhenti. Dalam keadaan payah dan berat membawa perut yang membesar, Riga berusaha berdiri untuk membuka pintu rumahnya yang berwarna cokelat dari kayu.

"Ya sebentar," saut Riga dari dalam agar pengetuk tidak mengetuk lagi.

"Ini Mas, sayang," ucap si pengetuk pintu yang ternyata adalah suaminya.

Dengan sumringah, Riga berjalan ke arah pintu sambil tangan kanannya memegang pinggangnya. Kedua kakinya yang bengkak agak sakit digerakkan dan dibuat jalan. Ingin mengeluh, tapi mengingat mereka sudah menantikan anak ini, Riga langsung mengurungkan niatnya.

CEKLEK!

Pintu rumah terbuka. Riga mencium punggung tangan kanan suaminya dan segera memeluknya. "Aaaaa, Maaasss... aku kangeeenn," ucap Riga manja.

Isam mencium kening istrinya, lalu membalas pelukan istrinya dengan sayang sambil mengelus punggung istrinya. "Mas juga kangen, sayang. Ini Mas kan udah pulang," ucap Isam, lalu melepaskan pelukan. "Sayang, Mas kan udah bilang pintunya jangan dikunci. Biar Mas bisa langsung masuk ke dalam rumah. Jadi kamu ngga perlu repot-repot bukain pintu. Perutmu udah besar, nanti kamu kesakitan.. kecapean," ucap Isam memandang istrinya khawatir sambil mengelus perut Riga.

Riga tersenyum. Ah suaminya ini memang penyayang dan perduli padanya. Tidak salah ia menjadikan Isam sebagai suaminya. "Ngga papa, Mas. Biar aku langsung bisa salim sama kamu dan peluk kamu," kilah Riga.

Isam tersenyum dan mencolek hidung istrinya. "Bisa aja istriku," ucapnya.

Riga tertawa dan mempersilahkan Isam masuk lalu menutup pintunya.

Isam meletakkan tas kerjanya dan mengajak istrinya duduk di sofa dengan pelan-pelan supaya istrinya bisa nyaman duduk dengan perut besar. "Sayang ngga ngerjain pekerjaan rumahkan? Ngga nyapu, ngepel, angkat beban, beberes, atau ngapain?" tanya Isam khawatir seperti biasanya. Isam sangat khawatir dan takut istrinya dan kandungannya kenapa-kenapa. Itulah sebabnya Isam melarang Riga mengerjakan pekerjaan rumah, meskipun ringan.

Riga tersenyum dengan nafas tersengal karena merasa engap dengan perutnya yang membesar. Ah... suaminya memang selalu perhatian dan pengertian terhadapnya dan anak mereka. Riga bangga memperkenalkannya sebagai suaminya.

"Aku tadi ada cuci piring bekas aku makan aja, Mas. Biar kamu ngga banyak cucian piring kotor. Soalnya aku makan banyak banget. Sama tadi ngepel sedikit pas selesai cuci piring sama kalo ada yang tumpah di lantai," jelas Riga.

"Tapi kamu ngga papa-kan? Ngga keplesetkan? Ngga papa. Taruh aja piring kotornya. Sebanyak apapun Mas cuci. Mas cuma takut kalau kamu cuci piring, bekas airnya ke lantai terus kamu kepleset. Atau pas kamu pel, kamu kepleset. Itu yang Mas takutin. Kan Mas udah sering bilang alasannya sama kamu," ucap Isam lembut. Tak terdengar nada marah disana.

Riga tersenyum. "Ya, Mas.. yaudah. Nanti ngga lagi. Maafin aku ya," ucap Riga.

Isam menghela nafas berat. Semoga kali ini Riga benar-benarn nurut dan mendengarkan. "Yaudah, sayang. Mas mandi dulu. Badan aku kotor, lengket, sama bau keringet. Mas pengen cepat-cepat selesai mandi dan ganti baju. Habis itu ngobrol sama istriku daaann.." Isam mengelus perut Riga dengan sayang dengan tatapan lembut. "Calon bayi kita," lanjutnya.

Riga tersenyum lalu mengangguk. Isam pun berdiri dari duduknya dan segera mandi. Menyambar handuk yang ada di jemuran dalam rumah. Riga pun kembali ke dalam kamar. Dua puluh menit kemudian Isam selesai mandi, lalu segera memakai celana dalam, celana pendek, dan kaos.

Isam duduk disamping Riga. Ikut menyandarkan punggungnya di dinding kamar. Mengelus perut Ragi dan menciumnya. Mengajak ngobrol calon bayi yang sudah lama mereka tunggu. Riga tersenyum sambil mengelus kepala Isam.

"Jadi, sayang... anak kita mau dinamain siapa?" tanya Isam tiba-tiba. Memandang Riga sambil tangan kanannya mengelus perut Riga.

Riga mengetuk-ngetuk dagunya nampak berpikir. "Heemm.. kayaknya ikut nama dari aku deh," ucap Riga memandang Isam.

"Siapa namanya?"

"Yester Naraya. Artinya bintang harapan semua makhluk," ucap Riga dengan bangga.

Isam mengangguk-ngangguk.

"Kenapa, Mas? Mas ada usulan nama?" tanya Riga.

"Ada sih. Tapikan sesuai kesepakatan kita, kalau anak perempuan yang namain kamu. Kalau laki-laki baru aku yang namain,"

"Emang Mas udah siapin namanya?"

Isam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Udah sih," ucapnya kemudian terkekeh.

Riga tersenyum. "Apa, Mas?" tanya Riga.

"Ashana Kirei. Anak yang memiliki sifat baik dan cantik," jelas Isam memandang ke depan dengan dalam, pandangan tak terungkapkan.

"Bagus namanya, Mas. Kapan Mas cari nama itu?" tanya Riga.

"Pas di kantor lagi senggang. Iseng-iseng cari diinternet. Bagus-bagus sampai Mas bingung. Tapi Mas ngerasa pas sama nama itu. Supaya anak kita baik dan cantik kayak Ibunya," ucap Isam memandang Riga dengan sayang.

Riga tersenyum, tersipu malu. Riga merasa wajahnya menghangat karena pujian dari Isam. "Panggilannya siapa, Mas?" tanya Riga lagi.

"Ana,"