Chereads / Tira dan Angga / Chapter 11 - Kecamasanku pada Dia

Chapter 11 - Kecamasanku pada Dia

"Ha..h!!" Seorang gadis kecil cantik merasa sangat fruatasi, dikarenakan dia tidak bisa menemukan kejahatan bu Linda selama 3 bulan dia telah tinggal dirumah Angga.

"Hei Tira!! Sudah terima aja mungkin nenek-nenek itu memang baik, cuman penampilan saja mencurigakan.." kata salah satu temannya, yang mencoba menenangkan Tira.

"Gak mungkin!! Mustahil.. nenek tua itu merencanakan sesuatu dan aku Tira Chandra akan mengetahuinya..." geram Tira.

Gadis kecil itu sudah sampai pada puncak pernasaranya. Dia merasa bahwa dirinya harus mengetahui aoa yang direncanakan oleh wanita tua itu.

"Hm.. apa yang dilakukannya selama 3 bulan terakhir ini dia begitu tenang.. mencurigakan.." guman Tira.

"Mungkin dia memang baik dan kesepian.., maksudnya usianya 75 tahun apa yang bisa dilakukannya..." seru salah satu temannya.

"Ada! Justru karena usianya dia bisa saja kamuflase seakan-akan dia tidak melakukan apa-apa.." terang Tira.

Dalam diskusi mereka yang tenang datang seorang remaja tampan menghampiri mereka semua.

"Eh bocah-bocah lagi pada ngapain?" tanya remaja laki-laki itu.

"Eh! Kak Miko apa kabar kak lama gak ketemu" sapa Tira dengan wajah gembira.

"Hoi! Kak Miko mana oleh-olehnya katanya kuliah di luar negeri.." seru salah satu dari anak-anak itu.

"Ya.. ada sih e.. tunggu sejak kapan aku pergi keluar negeri, aku hanya pergi keluar kota... Bandung, untuk kuliah.." sahut remaja laki-laki itu bingung.

"Bukannya bandung luar negeri ya..!?" tanya salah satu dari anak-anak itu.

"Berapa usia kalian Bandung itu, luar kota!! Uh.. dasar bodoh!" ketus Tira kesal.

"Hahaha.. Tira.. tira. Adik sepupuku ini gak berubah ya.. dari dulu selalu sok paling tua dan sok tahu.." sahut remaja laki-laki itu terkekeh melihat kelakuan Tira.

"Kak Miko juga gak berubah kuliah jauh-jauh, masih tetep katro aja.. padahal di Bandung orang kuliahnya katanya keren-keren.." balas Tira sambil menyipitkan matanya.

"Ya.. ya.. kamu menang.. bagimana kabarmu Tira baik!?" tanya remaja itu padanya.

"Ya.. aku baik tapi kesal.." jawab Tira menggerutu.

"Kenapa!?" tanya remaja itu.

"Kakak kenal Om Angga!?" Tira balik bertanya pada kakak sepupunya itu.

"Kenal.., dia itu tadinya tehniksi di kantor papa. Sayangnya, beberapa bulan setelah bercerai dia mengundurkan diri.. padahal kerjanya bagus.." jawab remaja laki-laki itu.

"Memangnya kenapa? Ada masalah apa kamu sama dia.. yang ku tahu sih dia orang baik jadi kalau kamu ada masalah sama dia pasti kamu yang mulai..!" balas remaja laki-laki itu bertanya pada sepupunya.

"Aku dan dia berteman.." jawab Tira santai.

"Apa!!" Remaja laki-laki itu terlihat samgat terkejut mendengar jawaban dari saudaranya itu.

"Ba.. bagaiman bi... bisa?" tanya Remaja itu pada sepupunya.

"Kalau ku ceritakan, ceritakan akan selesai saat kau lulus S2!" ketus Tira.

"Dia menghentikanku bunuh diri.." Seorang pemuda menyanggah obrolan 2 saudara ini dengan nada bicara yang lembut dan tenang.

"Pak Angga.." seru Remaja itu terkejut.

"Saya pikir bapak udh meninggal.." lanjutnya.

"Hei!! Kakak.... i.."

"Tidak apa, memang banyak gosip seperti itu... Tira.." sela Angga menenangkan Tira.

"Saya senang Pak Angga sudah terlihat hampir seperti dulu.." kata remaja laki-laki itu senang.

"Ya.., saya juga senang bisa kembali.." Angga membalas kata-kata anak remaja itu dengan lembut.

"Jadi.. apa yang kalian lakukan disini!?" tanya Angga pada mereka.

"Om sendiri ngapain!?" balas Tira bertanya.

"Aku ingin melihatmu main bola seperti biasanya dan.. ini bu Linda buatkan kue.. untuk kalian.." jawab Angga lembut, sambil menunjukan bue bolu cokalt yang telah di potong kotak-kotak agar mudah disantap.

"Wah!!" Anak-anak itu telihat sangat tergoda oleh kue coklat itu mata mereka semua membulat mencoba untuk meraih makana itu.

Namun, Tira menghentikan langkah kaki mereka, dan menuyuruh mereka menunggu.

"Kak Miko! Makan kalau beracun kakak yang mati duluan..." pinta Tira kakak sepupunya itu.

"Hah!?" Remaja laki-laki itu terlihat sedikit bingung dengan permintaan sepupunya itu.

"Tira..!" tegur Angga.

"Apa!?" jawab Tira.

"Kalau kamu tidak percaya dengan bu Linda percaya padaku mengerti!?" pinta Angga pada Tira.

"Siapa bu Linda?" tanya remaja itu.

"Nenek tua, dia orang tua dari selingkungan tante Diana yang tinggal dirumah om Angga.." jawab Tira santai.

"Hah!?.. kok bisa.. how?" Remaja laki-laki itu sangat terlihat bingung dengan semua yang terjadi.

"Apa yang ku lewatkan..." guman remaja itu.

"Panjang ceritanya...!!!" sahut anak-anak itu dan Tira bersamaan.

"Lalu Diana.. dia.."

"Mati.!" celetuk Tira.

Obrolan mereka terhenti melihat ekspresi Angga yang berubah, wajah muram dan terlihat sangat terpukul.

Angga pun pergi meninggalkan mereka semua.

"Hah.. pak Angga itu sampe kiamat juga dia pasti cinta sama wanita jahat itu.." celetuk remaja itu.

"Aduh.!! Gimana ini kak Miko, om Angga ngambek..." tanya Tira pada kakak sepupunya itu.

"Tidak... dia tidak marah padamu.. dia.. dia hanya masih berduka... Tir.. kadang seorang pria mengalami luka karena hubungan jauh lebih lama.. di banding wanita... karena wanita tersebut adalah belahan jiwanya...." Miko menjawab dan menatap lembut adik sepupunya.

Dia yakin Tira dengan usia tidak akan memahami hal yang Angga rasakan, tapi dia juga yakin bahwa suatu hari Tira akan memahami semua itu.

Tira yang mendengar perkataan kakak sepupunya itu, pergi berlalri mengejar Angga.

"Om!!!... om Angga!!" Tira terus berteriak memanggil Angga, dan tentu saja pemuda itu tidak tega mengabaikan gadis kecil manis. Yang bahkan, tidak mengerti apa yang sedang dia alami itu.

Angga mengentikan langkah kakinya, dia berbalik dengan senyum tipis mengahadap ke arah gadis kecil cantik itu.

Pria muda itu menuju ke arah Tira dengan berjalan. Dia menatap gadis kecil itu dengan sangat dalam. Dan mata mereka telah saling memandang, Angga memeluk Tira dengan sangat erat.

Gadis kecil tidak mengerti, dirinya hanya bisa membalas pelukan pria muda itu dengan erat. Tira mungkin, tidak bisa memahami perasaan Angga saat ini tapi dia bisa merasakan jika Angga membutuhkan dirinya.

Dan jika hal itu benar maka dia harus ada bersamanya. Sebab Tira telah berjanji akan selalu bersama Angga, dan begitu juga sebaliknya.

Mereka berdua saling memeluk dengan erat bumi seakan milik berdua. Sebuah rasa yang tidak dijelaskan tumbuh lewat mata yang saling memandang. Dan hasrat untuk saling menyayangi datang lewat dekapan hangat yang erat.

Bibir bisa menyangkal, tapi bahasa tubuh mereka telah mengungkapkan rasa itu. Sebuah rasa yang hangat dari perasaan yang telah menyatu.

Suatu hal sakral yang tidak bisa dibicarakan. Namun, dipraktekan dengan perbuatan baik dan manis yang membekas terhadap satu sama lain. Satu hal dari mereka yang tak bisa dibeli dan tak bisa tukar.

Cinta yang suci dan mahal mulai tumbuh dari jiwa kedua insan merpati denga jangka usia yang jauh ini. Persahabatan mereka ternodai oleh sebuah cinta yang suci dan sejati.

Apakah mereka akan menyadari hal itu, atau menolaknya atas nama persahabatan. Itu adalah lain hal yang tak dapat dijelaskan...