"Kau dasar anak kurang ajar!!" bentak Diana.
"Tira lari dan hampiri polisi itu aku akan menhannya!!" perintah Angga sambil tetap berusaha menahan mantan istrinya itu.
"Ah.. badan ku masih lemas efek obat bius tadi, kita lakukan hal yang mudah saja..." jawab Tira.
"Apa hal yang mudah?" tanya Angga.
"Tolong!!! Pelakunya mau bunuh diri tolong!! Pak polisi masuk kesini!!!" teriak Tira.
Mendengar suara Tira pun polisi itu langsung mendobrak pintu rumah dan masuk menuju keberadaan mereka.
Para polisi pun segera menangkap Diana. Dan mengambil pistol yang digunakan sebagai bahan bukti atas kematian Bu Andien.
Diana yang merasa sangat marah, mendorong badan polisi yang menahanya hingga ke tanah. Wanita itu mengambil pistol pada polisi itu, Angga yang panik langsung mengunakan tubuhnya untuk melindungi Tira.
Namun, tenyata bukan Tira atau pun Angga yang dincarnya melainkan dirinya sendiri. Diana menggunakan pistol itu dan menembak kepalanya hingga tewas. Angga yang melihatnya sangat terkejut dan sangat sedih.
"Diana!!" teriak Angga, yang ingin menghampiri tubuh mantan istrinya itu. Namun, niatnya itu ditahan oleh Tira.
"Dia sudah mati, tidak ada yang bisa kita lakukan.. kita sudah mencegahnya tadi.. Om.." Tira menggela nafas dan menghibur Angga dengan memeluknya. Pemuda itu menangis di pelukan gadis itu seperti saat mereka pertama kali bertemu.
.
.
.
Polisi meminta keterangan Tira tentang di culiknya dia. Tira menceritakan bahwa saat hendak turun angkot bersama temannya, dia melihat seorang nenek tua sedang kesulitan membawa tasnya yang besar.
Tira saat itu memutuskan untuk membantu nenek tua itu. Namun, nenek tua itu malah membiusnya dan dia tidak ingat lagi tentang kejadian itu. Saat polisi bertanya seperti apa ciri nenek tua itu, Tira langsung menunjuk kearah mayat Bu Andien dengan tatapan dingin.
Dan para polisi meninggalkan tempat kejadian dan menyegel sekitar rumah Bu Andien dengan police line.
Angga dan Tira saling bertatap-tatapan dengan senyum kebahagiaan.
"Maafkan aku Tira, gara-gara mereka kamu jadi.."
"Yang salah mereka, kenapa om yang minta maaf.." sela Tira.
"Aku... hanya.." Angga terbata-bata menjawab pertanyaan Tira tapi, dia mengerti maskud perkataan pemuda itu dengan melihat matanya.
"Om masih sayang ya.. sama si tante itu, pasti kalau waktu itu aku enggak larang. Om balikan sama dia om pasti bakal balikkan kan?" tanya Tira lembut.
"Ya.. kau benar, aku... aku terlalu sangat amat mencintai dia.. aku tidak pernah mengangapnya mantan istri sehingga ketika dia salah.. aku merasa perlu mewakili dia untuk minta maaf.. bahkan hingga sekarang Tira, aku tetap mencintai dia.." jawab Angga.
"Om suami yang baik kok tetap melaporkan istrinya ke polisi meski om sangat sayang padanya, om hebat!!" ucap Tira mencoba menyemangati Angga.
"Aku memang melaporkan hilang dirimu pada polisi, tapi aku tidak mengatakan dimana lokasi mu bahkan, aku tidak mengatakan bahwa diana pelakukanya karena saat itu aku tidak tahu..." ucap Angga.
"Kalau bukan om lalu siapa, orang macam apa yang langsung melaporkan tante.. Diana?" tanya Tira bingung.
"Aku!" Jawab seorang wanita tua berambut hitam denyan panjang sebahu dan penampilannya yang glamour.
"Siapa Anda!?" tanya Angga terkejut.
"Aku ingin minta maaf sebelumnya pada kamu Angga atas kesalahan yang dilakukan putraku..," jawab wanita tua itu.
"Nenek pasti orang tua mantan suaminya tante Diana yang barukan!" celetuk Tira.
"Tira.. jangan bicara sembarangan kalau bukan ba.."
"Anak kecil ini benar, sekarang aku tahu kenapa Diana membencinya. Mulut anak gadis pintar ini pasti membuat wanita sosiopat seperti Diana kesal..," sela wanita tua itu.
"Hah..." Angga kehabisan kata-kata untuk merespon tubuh sudah lelah setelah berusaha menahan tubuh mantan istrinya itu.
Dan sekarang dia harus berhadapan dengan orang tua dari seseorang yang menjadi selingkuhan mendiang mantan istrinya itu dalam 1 hari.
"Angga.. aku ingin meminta maaf sebelum untuk siapa aku tapi, kamu harus tahu nasib anakku sendiri juga tidak baik..Di..ana.. dia..."
"Membunuh anak tante." Kali ini bukan Tira yang menyelah tetapi, Angga yang sudah tidak kaget dengan kelakuan mantan istrinya itu.
"Dari... mana kamu.." wanita tua itu kehabisan kata-kata mendengar perkataan Angga.
"Setelah semua yang dia lakukan hari ini. Bahkan, pada ibunya sendiri buka hal yang tidak mungkin dia membunuh suaminya sendiri..." jawab Angga datar.
"Aku mewakili Diana minta maaf atas itu..." lanjut Angga.
"Angga..! Akulah yang harusnya meminta maaf, saat anakku hendak menikahi Diana. Aku mendengar desas-desus tentang suaminya yang sangat mencintainya, dia menangis saat sidang perceraian dan diasingkan oleh ibunya sendiri..." cerita wanita tua itu.
"Saat itu aku mengatakan pada anakku agar dia tidak menikahi Diana tapi, anak itu tidak mendengarkanku, dan malah menikahinya. Sejak saat itu aku terus memperhatikanmu keluargamu pekerjaanmu kau kehilangan semua itu tapi, kamu tetap memikirkan Diana. Aku yang merasa bersalah terus berusaha mencegahmu untuk bunuh diri.."
"Kenapa?" Angga menyela bertanya-tanya mengapa wanita tua itu melakukannya.
"Aku takut putraku akan tertimpa karma atas perbuatannya padamu... dan seperti yang kamu tahu dia benar-benar tertimpa karma yang benar.." jawab wanita tua itu.
"Nek... nenek jangan sedih, nenek tidak punya putra dan Om Angga tidak punya ibu kalian cocok kan..., tante Diana mengambil ibu kalian dan dengan kematiannya dia memberikan apa yang dia ambil.." terang Tira kepada dua orang dewasa yang ada hadapanya itu.
Dua orang itu saling menatap apa yang dikatakan Tira adalah benar adanya tapi, tentu saja wanita tua itu sangat terkejut. Melihat seorang anak kecil dengan gaya bicara yang sangat dewasa seperti Tira.
"Nanti juga terbiasa.." ucap Angga.
Wanita tua itu pun menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan ucapanya itu.
"Tapi pertanyaan ku belum terjawab bagaimana nenek tahu tentang kejadian ini?" tanya Tira.
"Hm.. kamu memang anak kecil yang pintar ya.., jadi begini sejak Angga kembali aktif pada kehidupan sosialnya.. berkat kamu. Aku selalu mengawasi Angga, jaga-jaga dia akan mencoba untuk bunuh diri lagi..." terang wanita tua itu.
"Saat itu aku melihat Angga terlihat tergesa-gesa kekantor polisi lalu dia keluar dengan kesal... dan pegi. Saat itu aku sadar ada sesuatu yang salah.... dan itu pasti ulah Diana jadi saat mendengar kalau kamu melaporkan kejadian Anak hilang... ya aku tahu pelakunya pasti dia apalagi gadis itu abis kegugurankan, padahal dia yang mengugurkan anaknya sendiri dengan minum alkohol.." lanjut wanita tua itu mengoceh.
"Apakah Anda tahu Anna menemui saya beberapa hari yang lalu!?" tanya Angga.
"Tidak..., cuman aku yakin sejak kematian anaknya gadis itu pasti jadi gila dan suka menculik anak-anak.." jawab wanita tua itu.
"Sepertinya Anda sangat membenci Diana ya?" tanya Angga.
"Ya.. begitulah, dan ini uangmu.." jawab wanita tua itu sambil mengembalikan uang 100 juta milik Angga.
"Darimana..."
"Aku bertanya kronologis kejadian kamu marah-marah pada para polisi itu.. jadi.." kata-kata wanita tua itu terhenti dengan Angga yang memeluknya dengan erat.
"Terima kasih..." ucap Angga sambil memeluk wanita itu.
"Hei cukup haru-harunya orang tua ku pasti kawatir dirumah!" celetuk Tira merusak suasana hangat itu.
Angga pun langsung mengingat tujuannya dan mengantarkan Tira pulang. Lalu, wanita tua itu menwari mereka naik mobilnya agar lebih cepat sampai.
Sejak Angga bercerai dengan Diana ibunya mencabut semua fasilitas yang dia berikan pada Angga. Rumah yang masih berdiri itu karena Angga membelinya dengan uang hasil kerjanya selama beberapa tahun terakhir. Dan hanya uang sebesar 500 juta saja yang tersisah.
Namun, karena depresinya yang dia alami saat itu Angga sering menghambur-hamburkan uang itu untuk dengan berkeliling luar negeri setiap bulan desember. Untuk mencari tempat yang bagus untuk bunuh diri.
Sayangnya dia selalu dihentikan oleh polisi setempat. Dan uangnya pun habis dan menjadi sisah 100 juta. Dan terakhir kali Angga keluar negeri adalah untuk membelikan rumah boneka yang bagus untuk Tira.
Sesampainya di depan rumah Tira kedua orang Tira pun menghampiri gadis itu dengan nampak cemas.
"Kamu habis dari mana aja sayang mama kawatir!?" tanya mama Tira dengan panik pada putrinya itu sambil memeluknya.
"Anu.. tante Tira.. dia.."
"Aku habis pergi ke mall sama om Angga mah.." sela Tira, dia tahu jika om kesayanganya itu pasti tidak bisa berbohong, sehingga dialah yang harus melakukannya.
"Terus kenapa tangan dia bedarah!?" tanya papa Angga curiga.
"Tadi nenek ini di jambret!! Terus om Angga nolongin baik banget kan mah!!" jawab Tira, sambil menunjuk wanita tua itu.
Wanita tua itu pun langsung memahami bahasa tubuh Tira dan membantunya.
"Iya tadi saya di jambret terus di tolong sama nak.... Angga karena kawatir dia pulang tanganya bedarah-darah gitu gara-gara jambret. Jadi mereka berdua saya antarkan kemari suapaya gak bahaya..." terang wanita tua itu.
Angga yang bingung hanya bisa mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh kedua wanita disampingnya ini. Orang tua Tira pun percaya, wanita tua itu pun lalu pergi setelah memberikan nomor ponselnya pada Angga.
Angga menatap kepergian wanita tua itu dengan sendu. Dia jadi merindukan sosok ibunya yang sudah tidak ia temui selama beberapa lamanya itu.
Melihat keadaan Angga yang terluka orang tua Tira pun menjadi tidak tega, jika dia harus sendiri dirumah dengan segalah latar belakang yang dimiliki Angga. Mereka berdua pun menyuruh Angga masuk kerumahnya dan menginap.
Angga yang berusaha menolak, melihat mata Tira untuk meminta bantuan. Namun, justru Tira mendukung keputusan orang tuanya dengan menggunakan senjata mata memelasnya itu. Angga pun tidak bisa menolak dan masuk kedalam rumah itu..
Kisah cinta mereka pun akan mulai berjalan kembali dengan manisnya